Bangun Hunian Baru untuk Korban Bencana Perlu Komitmen Pemerintah
Selasa, 10 November 2020 - 11:09 WIB
Menurutnya masih sangat banyak peluang yang harus dikembangkan. Apalagi saat ini inovasi-inovasi pun sudah banyak dilakukan. Dan yang paling penting, upaya meningkatkan permintaan baja ringan nasional ini juga sudah sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo tentang bagaimana meningkatkan produksi dalam negeri serta pemulihan ekonomi nasional di saat pandemi.
Namun demikian ia mengingatkan, masih ada beberapa kendala regulasi yang sedikit menghambat akselerasi industri baja ringan dalam pembangunan. Salah satunya adalah adanya peraturan menteri yang masih mewajibkan penggunaan tulangan beton untuk pembangunan rumah sederhana sehat.
“Bahwa memang ada sedikit kendala di Permen 403 tahun 2002. Pedoman teknis tentang pembangunan rumah sederhana sehat. Yang dikeluarkan menteri permukiman dan prasarana wilayah yang di dalam Permen itu dikatakan mengharuskan mempergunakan rangka tulangan beton. Itu direlaksasi agar bisa menggunakan baja ringan,” ujarnya.
Di sektor produksi, inovasi juga terus dilakukan industri baja ringan nasional untuk meningkatkan utilitasnya. Salah satunya ditunjukkan oleh PT Tatalogam Lestari dengan inovasi Domus-nya yang telah diaplikasikan di berbagai wilayah, terutama di daerah bencana.
“Orang-orang yang kehilangan rumah pastilah sangat membutuhkan tempat tinggal yang baru dengan segera. Proses pembangunan yang cepat menjadi suatu keniscayaan. Solusinya untuk kecepatan itu antara lain adalah dengan menambah penggunaan komponen material baja Hi-Ten (baja ringan dalam sebuah rumah,” terang CFO PT Tatalogam Lestari, Ir. Wulani Wihardjono MBA dalam sambutannya.
Ibu Lani, sapaan akrab Ir Wulani menjelaskan, selama ini penggunaan baja pada rumah konvensional tidak lebih dari 12 persen dari seluruh komponen materialnya. Padahal baja ringan memiliki banyak keunggulan seperti lebih kuat, fleksibel, presisi serta mudah dan cepat diaplikasikan ke dalam sebuah bangunan. (BACA JUGA: Penggunaan Konstruksi Baja Ringan dan Kayu untuk Tahan Gempa)
“Dengan meningkatkan persentasi penggunaan elemen baja dalam perumahan, berarti kita mendapat keuntungan dari segi waktu dan tenaga. Selain pemilihan material yang tepat, pembuatan rumah bisa dipercepat dengan teknik dan sistem yang tepat. Kami menyebutnya sistem domus,” terangnya lagi.
Ia menjelaskan, sistem Domus telah diuji coba dan terbukti dapat membuat rumah yang kuat dan indah hanya dalam waktu 5 hari. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak banyak. Dalam membangun Domus tipe 36, hanya dibutuhkan 4 aplikator baja ringan saja.
Jadi dengan sistem Domus yang dipadukan baja HiTen tentunya dapat digunakan untuk membangun pemukiman secara massif dan cepat. Sehingga menjadi solusi pembangunan infraktur perumahan dan permukiman di Indonesia, terutama di kawasan bencana yang membutuhkan pembangunan yang cepat.
Saat ini, Domus sudah diaplikasikan untuk Hunian Sementara (Huntara) sebanyak 841 unit di Konawe Utara untuk membantu masyarakat korban banjir bandang. Rumah huntap atau hunian tetap di Lombok NTT untuk korban gempa, dan Huntap di Luwuk Utara Desa Masamba, Sulawesi Selatan untuk korban banjir.
Namun demikian ia mengingatkan, masih ada beberapa kendala regulasi yang sedikit menghambat akselerasi industri baja ringan dalam pembangunan. Salah satunya adalah adanya peraturan menteri yang masih mewajibkan penggunaan tulangan beton untuk pembangunan rumah sederhana sehat.
“Bahwa memang ada sedikit kendala di Permen 403 tahun 2002. Pedoman teknis tentang pembangunan rumah sederhana sehat. Yang dikeluarkan menteri permukiman dan prasarana wilayah yang di dalam Permen itu dikatakan mengharuskan mempergunakan rangka tulangan beton. Itu direlaksasi agar bisa menggunakan baja ringan,” ujarnya.
Di sektor produksi, inovasi juga terus dilakukan industri baja ringan nasional untuk meningkatkan utilitasnya. Salah satunya ditunjukkan oleh PT Tatalogam Lestari dengan inovasi Domus-nya yang telah diaplikasikan di berbagai wilayah, terutama di daerah bencana.
“Orang-orang yang kehilangan rumah pastilah sangat membutuhkan tempat tinggal yang baru dengan segera. Proses pembangunan yang cepat menjadi suatu keniscayaan. Solusinya untuk kecepatan itu antara lain adalah dengan menambah penggunaan komponen material baja Hi-Ten (baja ringan dalam sebuah rumah,” terang CFO PT Tatalogam Lestari, Ir. Wulani Wihardjono MBA dalam sambutannya.
Ibu Lani, sapaan akrab Ir Wulani menjelaskan, selama ini penggunaan baja pada rumah konvensional tidak lebih dari 12 persen dari seluruh komponen materialnya. Padahal baja ringan memiliki banyak keunggulan seperti lebih kuat, fleksibel, presisi serta mudah dan cepat diaplikasikan ke dalam sebuah bangunan. (BACA JUGA: Penggunaan Konstruksi Baja Ringan dan Kayu untuk Tahan Gempa)
“Dengan meningkatkan persentasi penggunaan elemen baja dalam perumahan, berarti kita mendapat keuntungan dari segi waktu dan tenaga. Selain pemilihan material yang tepat, pembuatan rumah bisa dipercepat dengan teknik dan sistem yang tepat. Kami menyebutnya sistem domus,” terangnya lagi.
Ia menjelaskan, sistem Domus telah diuji coba dan terbukti dapat membuat rumah yang kuat dan indah hanya dalam waktu 5 hari. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak banyak. Dalam membangun Domus tipe 36, hanya dibutuhkan 4 aplikator baja ringan saja.
Jadi dengan sistem Domus yang dipadukan baja HiTen tentunya dapat digunakan untuk membangun pemukiman secara massif dan cepat. Sehingga menjadi solusi pembangunan infraktur perumahan dan permukiman di Indonesia, terutama di kawasan bencana yang membutuhkan pembangunan yang cepat.
Saat ini, Domus sudah diaplikasikan untuk Hunian Sementara (Huntara) sebanyak 841 unit di Konawe Utara untuk membantu masyarakat korban banjir bandang. Rumah huntap atau hunian tetap di Lombok NTT untuk korban gempa, dan Huntap di Luwuk Utara Desa Masamba, Sulawesi Selatan untuk korban banjir.
tulis komentar anda