Kisah Pengkhianatan Menantu Kertanagara Raja Singasari saat Bergabung ke Pasukan Jayakatwang
Kamis, 20 Maret 2025 - 08:00 WIB
Candi Singasari merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari. Foto/Kebudayaan Kemdikbud
KISAH pengkhianatan menantu Kertanagara Raja Singasari saat bergabung ke pasukan Jayakatwang diulas dalam artikel ini. Kertanagara Raja Singasari dikhianati oleh menantunya sendiri.
Pengkhianatan ini terjadi ketika Singasari menerima serangan dari Jayakatwang dan pasukan Gelang-gelang Kediri, hingga berujung tamatnya Kerajaan Singasari. Penyerangan mengejutkan Kediri di bawah komando Jayakatwang memang berdampak panjang bagi Singasari.
Saat itu, keadaan Singasari memang kurang siap karena kekurangan pasukan imbas misi memperluas wilayah di Melayu. Ketika Tumapěl, ibu kota Singasari mulai dikuasai oleh Jayakatwang dari sisi selatan.
Raden Wijaya atau Nararya Sanggramawijaya mencoba realistis mempertahankan istana dan menyelamatkan mertuanya yang tak lain raja dan permaisuri Singasari. Beratnya beban Raden Wijaya ditambah dengan pengkhianatan menantu Kertanagara, yang tak lain saudara ipar Raden Wijaya sendiri.
Ardharaja memilih untuk bergabung ke pasukan Jayakatwang menyerang dan menghabisi nyawa mertua dan pejabat Singasari sendiri. Dikutip dari buku "Pararaton: Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", Raden Wijaya yang terdesak serangan dari selatan mencoba ke utara meminta bantuan dari akuwu di Terung, sebuah wilayah di utara Tumapel, atau utara Singosari saat ini.
Setelah rencana pertama gagal, ia lalu membuat rencana baru, yaitu mengungsi ke Madura. Sementara itu, Raden Wijaya versi Pararaton digambarkan sebagai sosok yang romantis.
Raden Wijaya dikisahkan nekat kembali ke ibu kota demi membalas kematian Śrī Kertanagara dan menyelamatkan calon istrinya. Setelah terdesak oleh kekuatan musuh, barulah ia mengungsi ke Madura.
Pararaton juga mengisahkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan putri sulung Śrī Kertanagara dan membawanya ke Madura, sedangkan putri bungsu menjadi tawanan pasukan Daha.
Pengkhianatan ini terjadi ketika Singasari menerima serangan dari Jayakatwang dan pasukan Gelang-gelang Kediri, hingga berujung tamatnya Kerajaan Singasari. Penyerangan mengejutkan Kediri di bawah komando Jayakatwang memang berdampak panjang bagi Singasari.
Saat itu, keadaan Singasari memang kurang siap karena kekurangan pasukan imbas misi memperluas wilayah di Melayu. Ketika Tumapěl, ibu kota Singasari mulai dikuasai oleh Jayakatwang dari sisi selatan.
Raden Wijaya atau Nararya Sanggramawijaya mencoba realistis mempertahankan istana dan menyelamatkan mertuanya yang tak lain raja dan permaisuri Singasari. Beratnya beban Raden Wijaya ditambah dengan pengkhianatan menantu Kertanagara, yang tak lain saudara ipar Raden Wijaya sendiri.
Ardharaja memilih untuk bergabung ke pasukan Jayakatwang menyerang dan menghabisi nyawa mertua dan pejabat Singasari sendiri. Dikutip dari buku "Pararaton: Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", Raden Wijaya yang terdesak serangan dari selatan mencoba ke utara meminta bantuan dari akuwu di Terung, sebuah wilayah di utara Tumapel, atau utara Singosari saat ini.
Setelah rencana pertama gagal, ia lalu membuat rencana baru, yaitu mengungsi ke Madura. Sementara itu, Raden Wijaya versi Pararaton digambarkan sebagai sosok yang romantis.
Raden Wijaya dikisahkan nekat kembali ke ibu kota demi membalas kematian Śrī Kertanagara dan menyelamatkan calon istrinya. Setelah terdesak oleh kekuatan musuh, barulah ia mengungsi ke Madura.
Pararaton juga mengisahkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan putri sulung Śrī Kertanagara dan membawanya ke Madura, sedangkan putri bungsu menjadi tawanan pasukan Daha.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda