Upaya Manggarai Barat Berantas Rabies, Ini Langkah Konkret yang Dilakukan

Jum'at, 06 September 2024 - 06:00 WIB
Antusiasme murid-murid di salah satu sekolah di Manggarai Barat saat diberikan sosialisasi KIE.
Terletak di bentang alam Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menakjubkan, Kabupaten Manggarai Barat menawarkan keindahan alam yang memukau. Terkenal dengan Labuan Bajo yang ikonik, wilayah ini menarik wisatawan dari seluruh dunia. Namun, di balik pemandangan yang indah ini terdapat tantangan yang signifikan—memerangi rabies di daerah dengan medan pegunungan yang terjal yang mengisolasi banyak desa, sehingga menyulitkan akses ke layanan penting.

Pada awal tahun 2024, urgensi situasi menjadi sangat jelas ketika dilaporkan 537 kasus gigitan hewan yang terinfeksi rabies yang berdampak pada manusia. Ancaman rabies mengancam masyarakat yang sangat dekat dengan hewan. Namun berkat pendekatan kolaboratif dan upaya yang sungguh-sungguh dari para pemimpin daerah dan mitra internasional, Manggarai Barat kini mampu membalikkan keadaan melawan penyakit mematikan ini.

Perjuangan Awal

Selama bertahun-tahun, penanganan rabies di Manggarai Barat berhadapan dengan berbagai kesulitan. Topografi wilayah yang bergunung-gunung membuat akses informasi penting dan layanan vaksinasi ke banyak masyarakat pedesaan menjadi hampir mustahil. Ursula Nijan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P), mengenang tantangan berat yang dihadapi timnya.



Kegiatan penyampaian KIE kepada warga setempat terkait penularan rabies menggunakan media lembar balik dan poster.

"Tantangan utama kami adalah mengatasi keterpencilan wilayah pegunungan, yang menyulitkan penyampaian informasi dan vaksinasi ke masyarakat pedesaan," jelas Ursula. Kesulitan yang dihadapi semakin bertambah dengan perlunya kesadaran masyarakat yang lebih besar tentang bahaya rabies dan pentingnya vaksinasi. Rabies adalah ancaman yang kurang dipahami di banyak daerah terpencil, dan sering kali dianggap sebagai masalah sepele.

Titik Balik: Peran Kolaborasi

Situasi berubah ketika Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) turun tangan. Menyadari perlunya pendekatan yang lebih inklusif dan terpadu, AIHSP berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Manggarai Barat untuk mengubah strategi pengendalian rabies di wilayah tersebut.

Melalui dukungan AIHSP, Manggarai Barat menyusun dan menerapkan Prosedur Operasional Standar (SOP) yang inklusif. Bagian penting dari proses ini adalah melakukan analisis Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) untuk memahami kerentanan khusus kelompok-kelompok terpinggirkan, termasuk perempuan, anak-anak, orang tua, dan penyandang disabilitas. Pendekatan One Health (OH) juga diperkenalkan untuk meningkatkan upaya ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content