Intensitas Gempa Bumi di Indonesia Meningkat, Begini Penjelasan Pakar Geologi UGM
Sabtu, 13 Januari 2024 - 09:09 WIB
YOGYAKARTA - Intensias gempa bumi di Indonesia dalam beberapa tahun mengalami peningkatan. Badan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat lebih dari 10.000 kali gempa dalam satu tahun sejak 2013.
Guru Besar Geologi UGM Wahyu Wilopo mengatakan, tingginya intensitas gempa ini karena Indonesia berada di kawasan Ring of Fire atau cincin api Pasifik. Selain ini berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.
”Indonesia rawan gempa karena berada di cincin api pasifik dan di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia,” kata Wahyu Wilopo di Sekolah Wartawan di UGM Yogyakarta, Sabtu (13/1/2024).
Lantaran berada di daerah rawan gempa, masyarakat butuh upaya mitigasi bencana. Setidaknya ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi. Pertama, mengumpulkan informasi bahaya oatahan aktif yang akurat.
Kedua, rencanakan untuk menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang. Ketiga, mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan atau ditempati.
Keempat, komunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan.“Untuk daerah yang telah dihuni perlu adanya penguatan gedung, peningkatan ketangguhan, dan kesiapsiagaan masyarakat,” terangnya.
Mitigasi bencana perlu dilakukan dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, media massa. Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Guru Besar Geologi UGM Wahyu Wilopo mengatakan, tingginya intensitas gempa ini karena Indonesia berada di kawasan Ring of Fire atau cincin api Pasifik. Selain ini berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.
”Indonesia rawan gempa karena berada di cincin api pasifik dan di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia,” kata Wahyu Wilopo di Sekolah Wartawan di UGM Yogyakarta, Sabtu (13/1/2024).
Lantaran berada di daerah rawan gempa, masyarakat butuh upaya mitigasi bencana. Setidaknya ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi. Pertama, mengumpulkan informasi bahaya oatahan aktif yang akurat.
Kedua, rencanakan untuk menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang. Ketiga, mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan atau ditempati.
Keempat, komunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan.“Untuk daerah yang telah dihuni perlu adanya penguatan gedung, peningkatan ketangguhan, dan kesiapsiagaan masyarakat,” terangnya.
Mitigasi bencana perlu dilakukan dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, media massa. Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
(ams)
tulis komentar anda