Tokoh Masyarakat dan Akademisi Kalsel Serukan Sistem Pemilu Terbuka
Selasa, 30 Mei 2023 - 05:56 WIB
BANJARMASIN - Sejumlah tokoh masyarakat, guru besar dan akademisi yang tergabung dalam Forum Kalimantan Bangkit (FKB) menggelar diskusi di Banjarmasin, Senin (29/5/2023) malam.Diskusi ini respons atas isu MK yang memutuskan perubahan sistem Pemilu dari terbuka menjadi tertutup.
Hadir dalam diskusi antara lain Martinus, Dr M Uhaib, Dr M Sanusi, Prof Dr Ichsan Anwary, Cecep Ramadhani, Dr Fahrianoor, Y Budi Prasodjo, Ir Anang Rosadi, Siti Mauliana MA, Faturrahman MA, dan Prof Dr Hadin Muhjad.
Tokoh Kalimantan Selatan H Martinus menilai, perubahan sistem pemilu dari terbuka menjadi tertutup dinilai tak urgensi. Saat ini situasi politik sudah cukup kondusif. Partai dan KPU termasuk masyarakat sudah mempersiapkan diri dengan sistem proporsional terbuka.
“Oleh karena itu, jika terjadi perubahan sistem di tengah jalan ada kekhawatiran terjadi kekacauan politik. Kita tentu sama-sama ingin kondisi kita kondusif, pemilu bisa berjalan sesuai dengan jadwal serta masyarakat bisa menyambut pemilu dengan gembira,” cetusnya.
Prof Dr Ichsan Anwary menjelaskan, dalam perkembangan sidang di MK mengenai pengajuan sistem pemilu ada sejumlah ahli yang menjabarkan tentang kerumitan proporsional terbuka. Kemudian ada juga disampaikan fakta kematian para KPPS saat Pemilu 2019.
“Di sisi lain, saya melihat dengan sistem pemilu terbuka memungkinkan masyarakat bisa melihat rekam jejak caleg. Sementara dengan tertutup, hal itu tidak memungkinkan,” jelas Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat ini.
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Kalimantan Dr M Uhaib mengatakan, Indonesia sudah 25 tahun menjalani masa transisi dari otoriter ke demokrasi.
Namun di sisi lain, isu Pemilu menjadi proporsional tertutup justru Kembali muncul belakangan. “Saya menduga ada skenario dari para pemilik modal menguasai negara melalui partai politik,” tegasnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat Siti Mauliana MA menjabarkan, dengan sistem proporsional tertutup maka peran partai politik akan sangat kuat terutama dalam menentukan keputusan-keputusan politik.
Hadir dalam diskusi antara lain Martinus, Dr M Uhaib, Dr M Sanusi, Prof Dr Ichsan Anwary, Cecep Ramadhani, Dr Fahrianoor, Y Budi Prasodjo, Ir Anang Rosadi, Siti Mauliana MA, Faturrahman MA, dan Prof Dr Hadin Muhjad.
Tokoh Kalimantan Selatan H Martinus menilai, perubahan sistem pemilu dari terbuka menjadi tertutup dinilai tak urgensi. Saat ini situasi politik sudah cukup kondusif. Partai dan KPU termasuk masyarakat sudah mempersiapkan diri dengan sistem proporsional terbuka.
“Oleh karena itu, jika terjadi perubahan sistem di tengah jalan ada kekhawatiran terjadi kekacauan politik. Kita tentu sama-sama ingin kondisi kita kondusif, pemilu bisa berjalan sesuai dengan jadwal serta masyarakat bisa menyambut pemilu dengan gembira,” cetusnya.
Prof Dr Ichsan Anwary menjelaskan, dalam perkembangan sidang di MK mengenai pengajuan sistem pemilu ada sejumlah ahli yang menjabarkan tentang kerumitan proporsional terbuka. Kemudian ada juga disampaikan fakta kematian para KPPS saat Pemilu 2019.
“Di sisi lain, saya melihat dengan sistem pemilu terbuka memungkinkan masyarakat bisa melihat rekam jejak caleg. Sementara dengan tertutup, hal itu tidak memungkinkan,” jelas Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat ini.
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Kalimantan Dr M Uhaib mengatakan, Indonesia sudah 25 tahun menjalani masa transisi dari otoriter ke demokrasi.
Namun di sisi lain, isu Pemilu menjadi proporsional tertutup justru Kembali muncul belakangan. “Saya menduga ada skenario dari para pemilik modal menguasai negara melalui partai politik,” tegasnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat Siti Mauliana MA menjabarkan, dengan sistem proporsional tertutup maka peran partai politik akan sangat kuat terutama dalam menentukan keputusan-keputusan politik.
tulis komentar anda