Nenek 70 Tahun di Subang Hidup Sebatang Kara
A
A
A
SUBANG - Seorang nenek berusia 70 tahun di Subang, Jawa Barat, Mak Icih, hidup sebatang kara di rumah sempit berbahan bambu dengan lantai tanah, yang hanya berukuran 2x4 meter.
Sekilas, rumah di Dusun Sarimukti, Desa Gambarsari, Kecamatan Pagaden, Subang, Jawa Barat, tersebut lebih tepat disebut gubuk, bahkan lebih mirip kandang. Sebab, selain ukuran kecil dan sempit, dindingnya pun hanya terbuat dari terpal, kardus bekas, dan bilik bambu. Sebagian bangunannya bahkan sudah reyot, hingga nyaris ambruk.
"Emak hidup sebatang kara, nggak punya anak atau suami. Di sini cuma tinggal sendirian," ujar Mak Icih kepada KORAN SINDO, Selasa (21/4/2015).
Di usianya yang sangat lanjut dan penglihatan kurang normal, dia nyaris tidak bisa bekerja. Untuk menyambung dan mempertahankan hidup sehari-hari, dia hanya mengandalkan belas kasih pemberian dari para tetangga sekitar.
"Emak udah nggak kuat kerja. Apalagi selama ini nggak punya sawah atau ladang. Untuk makan saja dari pemberian tetangga. Bahkan, rumah yang Emak tinggali ini juga dibuatin sama desa dibantu warga sekitar. Emak sih berharap pemerintah bisa bantu. Soalnya Emak udah nggak punya siapa-siapa lagi," tuturnya.
Kepala Desa Gambarsari Aan Suparlan membenarkan Mak Icih bertahun-tahun hidup sebatang kara, karena sebelumnya tidak berkeluarga. Sementara, kerabatnya hidup jauh. Bahkan, rumah yang ditempatinya saat ini berdiri di lahan milik orang lain.
"Sehari-hari, dia hidup dari pemberian tetangga, karena kondisinya udah nggak bisa kerja. Setiap hari, warga terbiasa mengiriminya sepiring nasi berikut lauk pauk ala kadarnya," ujar Aan.
Pihak desa, sambung dia, sudah berkali-kali mengusulkan bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) kepada pemkab. Namun hingga kini, bantuan yang diusulkan tak juga datang.
"Jangankan bantuan rutilahu, bantuan PSKS (program simpanan keluarga sejahtera, red) saja dia nggak dapat. Padahal, kami sudah memasukkan namanya dalam daftar penerima bantuan. Tapi entah kenapa, namanya nggak ada," pungkas Aan.
Sekilas, rumah di Dusun Sarimukti, Desa Gambarsari, Kecamatan Pagaden, Subang, Jawa Barat, tersebut lebih tepat disebut gubuk, bahkan lebih mirip kandang. Sebab, selain ukuran kecil dan sempit, dindingnya pun hanya terbuat dari terpal, kardus bekas, dan bilik bambu. Sebagian bangunannya bahkan sudah reyot, hingga nyaris ambruk.
"Emak hidup sebatang kara, nggak punya anak atau suami. Di sini cuma tinggal sendirian," ujar Mak Icih kepada KORAN SINDO, Selasa (21/4/2015).
Di usianya yang sangat lanjut dan penglihatan kurang normal, dia nyaris tidak bisa bekerja. Untuk menyambung dan mempertahankan hidup sehari-hari, dia hanya mengandalkan belas kasih pemberian dari para tetangga sekitar.
"Emak udah nggak kuat kerja. Apalagi selama ini nggak punya sawah atau ladang. Untuk makan saja dari pemberian tetangga. Bahkan, rumah yang Emak tinggali ini juga dibuatin sama desa dibantu warga sekitar. Emak sih berharap pemerintah bisa bantu. Soalnya Emak udah nggak punya siapa-siapa lagi," tuturnya.
Kepala Desa Gambarsari Aan Suparlan membenarkan Mak Icih bertahun-tahun hidup sebatang kara, karena sebelumnya tidak berkeluarga. Sementara, kerabatnya hidup jauh. Bahkan, rumah yang ditempatinya saat ini berdiri di lahan milik orang lain.
"Sehari-hari, dia hidup dari pemberian tetangga, karena kondisinya udah nggak bisa kerja. Setiap hari, warga terbiasa mengiriminya sepiring nasi berikut lauk pauk ala kadarnya," ujar Aan.
Pihak desa, sambung dia, sudah berkali-kali mengusulkan bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) kepada pemkab. Namun hingga kini, bantuan yang diusulkan tak juga datang.
"Jangankan bantuan rutilahu, bantuan PSKS (program simpanan keluarga sejahtera, red) saja dia nggak dapat. Padahal, kami sudah memasukkan namanya dalam daftar penerima bantuan. Tapi entah kenapa, namanya nggak ada," pungkas Aan.
(zik)