Tak Minder Dipandang Sepele, Bisa Beli Mobil dan 4 Motor

Kamis, 09 April 2015 - 09:59 WIB
Tak Minder Dipandang...
Tak Minder Dipandang Sepele, Bisa Beli Mobil dan 4 Motor
A A A
Asap tebal mengepul dari tungku depan rumah sederhana yang terletak di Jalan Madukoro III Kelu rahan Krobokan Semarang, kemarin. Di sela-sela asap tersebut tampak wajah laki-laki paruh baya sedang mengangkat ampas tahu dari drum besar.

Setelah tungku diangkat, kemudian ampas tahu tersebut diayak dan diberi ragi. Ampas tahu yang telah diproses sedemikian rupa kemudian di bungkus ke dalam plastik-plastik kecil dan ditata rapi ke rak-rak yang sudah disediakan. Senyum merekah saat KORAN SINDO mengunjunginya. Dengan ramah, dia mempersilakan kami duduk dan memulai perbincangan.

“Tak sambi kerjo ya mas (saya ngobrol sambil bekerja ya mas),” ujarnya ramah. Dialah Sutono, salah satu pengusaha gembus di Kota Semarang. Sudah 40 tahun berlalu, pria berusia 55 tahun itu setia menekuni usaha pembuatan penganan berbahan dasar ampas tahu tersebut. Kepada KORAN SINDO, Sutono menceritakan penga lamannya menjadi pengusaha gembus di Kota Semarang.

Berawal dari modal nekat, dia mampu membuktikan cibiran orang mengenai usaha yang ditekuninya itu. “Dulu saya kerja proyek salah satu perusahaan. Karena bosan dan bayar annya hanya sedikit, akhirnya memilih berhenti dan menekuni usaha ini. Meski awalnya banyak yang mencibir saya karena memproduksi gembus yang dikenal masyarakat sebagai penganan tidak bergizi,” kata Sutono mengawali obrolan.

Karena tekad kuat, Sutono tidak putus asa meski diejek. Dia terus tekun memproduksi gembus dan menjualnya kepada pembeli. “Selain mudah buatnya, saat itu harga bahan bakunya lebih murah daripada bahan baku tempe tahu. Selain itu, yang memproduksi gembus masih sedikit sehingga mudah dipasarkan,” ujar suami dari Yulaikha ini tersenyum.

Dari hasil ketekunannya itu, Sutono saat ini dapat menik mati hasil yang memuaskan. Penghasilannya terus mengalami peningkatan dan pelanggan pun sudah setia. Selama sehari, dia mampu memproduksi 1,5 ton bahan baku dan diolah menjadi 4500 bungkus gembus. Omzetnya cukup lumayan, sehari mampu mengumpulkan uang Rp850.000.

“Meski dipandang sebelah mata, namun dari hasil produksi gembus ini saya dapat menghidupi keluarga dan menyekolahkan lima anak saya. Selain itu, saya juga bisa menabung untuk membeli kendaraan, saat ini sudah ada satu mobil dan empat motor yang saya beli dari hasil usaha gembus ini,” katanya bangga. Meski begitu, Sutono mengaku usaha gembusnya itu kini semakin terancam.

Saat ini bahan baku semakin sulit karena banyak pengrajin tahu yang gulung tikar. “Banyak pengusaha tahu yang tutup karena harga ke delai tinggi, akhirnya pengusaha tahu saat ini sedikit. Ampas tahu juga sekarang jadi rebutan, untung saya sudah langganan dengan salah satu pengusaha tahu,” katanya.

Selain itu, usahanya itu terancam berhenti karena tidak ada anak-anaknya yang mau meneruskan bisnis tersebut. Keberadaan usaha gembus itu hanya bertumpu tenaganya. “Kalau nanti sudah tidak kuat, ya tidak tahu bagaimana. Mungkin tutup. Soalnya anak-anak tidak mau meneruskan karena sibuk dengan pekerjaannya masingmasing,” ungkapnya.

Di depan rumah Sutono, anaknya juga menjual olahan gorengan gembus. Setiap hari banyak warga yang memesan dan membeli penganan yang murah meriah itu. “Rasanya tidak kalah enak dengan tempe atau tahu, harganya jelas lebih murah. Bahkan kalau menurut saya, gembus memiliki rasa lebih nikmat dibanding tempe dan tahu,” ujar Nugroho, 31, salah satu pembeli sambil mengunyah gembus goreng dengan lahapnya.

Andika Prabowo
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8469 seconds (0.1#10.140)