Dewi Susilo Budiharjo, Tak Lelah Perjuangkan Hak-Hak Anak
A
A
A
SEMARANG - Hak-hak anak harus dipenuhi. Begitu prinsip yang terus diperjuangkan Dewi Susilo Budiharjo, yang dinobatkan sebagai Bunda Perlindungan Anak Jawa Tengah.
Dewi, sapaan akrabnya, adalah pemrakarsa Deklarasi Stop Kekerasan terhadap Anak dengan peserta terbanyak, yakni 2.500 anak.
"Saya cinta anak-anak," kata Dewi saat berbincang dengan KORAN SINDO di sebuah kafe di Kota Semarang, Selasa (7/4/2015).
Penunjukannya sebagai Bunda Perlindungan Anak Jawa Tengah ini juga bukan tanpa pertimbangan lain. Dewi, sudah bertahun-tahun berjibaku turun ke jalan, berinteraksi langsung dengan anak-anak di sana. Begitu pula anak-anak jalanan dengan berbagai persoalannya.
Ini juga yang akhirnya menginsipirasi Dewi untuk mendirikan Yayasan Berkat Bagi Bangsa yang fokus pada anak-anak itu. Salah satu aksi nyatanya, Dewi mempunyai rumah singgah yang ia sewa di beberapa tempat di Kota Semarang. Totalnya ada 11 rumah singgah. Tiap-tiap rumah singgah, ada 20 bahkan 80 anak-anak.
"Itu untuk anak-anak. Saya bekerja dengan tim, ada tujuh orang. Dari satu tempat ke tempat lain. Memberikan mereka pendidikan karakter, contoh kecil, mengajari cara makan (yang baik). Pelatihan, seperti pelatihan batik juga diberikan," lanjutnya.
Dewi juga membangun kafe. Namanya Denata, terletak di Jalan Gajah. Hampir 100 persen keuntungan di kafe itu digunakan untuk aksi sosial kepada anak-anak.
Ke depan, Dewi sudah mempersiapkan akan membuat 5 rumah singgah bagi anak-anak. "Ketika anak-anak (jalanan) berpikir dunia ini tidak ada rumah, kami sediakan. Anak-anak itu butuh tempat (rumah) yang nyaman," ucap dia.
Interaksi dengan anak-anak jalanan, laki-laki maupun perempuan, membuat Dewi punya banyak pengalaman dan pengetahuan. Sebut saja, ketika mengetahui ada anak-anak perempuan yang sudah terkena penyakit kelamin karena perilaku seks bebas di jalanan. Semua itu harus diperjuangkan, jangan sampai dibiarkan.
Dewi dalam waktu dekat akan berkomunikasi dengan pemerintah kota maupun provinsi untuk membangun kerja sama. Bagaimana mengatasi persoalan anak-anak jalanan itu, terutama kekerasan.
"Seringkali pelaku (kekerasan) di sekitar mereka sendiri. Orang-orang dekat. Di Jawa Tengah ada sekitar 1000 anak-anak menjadi korban kekerasan. Ini harus dihentikan," ungkap perempuan yang tinggal di Kawasan Bukit Sari, Kota Semarang ini menutup obrolan.
Dewi, sapaan akrabnya, adalah pemrakarsa Deklarasi Stop Kekerasan terhadap Anak dengan peserta terbanyak, yakni 2.500 anak.
"Saya cinta anak-anak," kata Dewi saat berbincang dengan KORAN SINDO di sebuah kafe di Kota Semarang, Selasa (7/4/2015).
Penunjukannya sebagai Bunda Perlindungan Anak Jawa Tengah ini juga bukan tanpa pertimbangan lain. Dewi, sudah bertahun-tahun berjibaku turun ke jalan, berinteraksi langsung dengan anak-anak di sana. Begitu pula anak-anak jalanan dengan berbagai persoalannya.
Ini juga yang akhirnya menginsipirasi Dewi untuk mendirikan Yayasan Berkat Bagi Bangsa yang fokus pada anak-anak itu. Salah satu aksi nyatanya, Dewi mempunyai rumah singgah yang ia sewa di beberapa tempat di Kota Semarang. Totalnya ada 11 rumah singgah. Tiap-tiap rumah singgah, ada 20 bahkan 80 anak-anak.
"Itu untuk anak-anak. Saya bekerja dengan tim, ada tujuh orang. Dari satu tempat ke tempat lain. Memberikan mereka pendidikan karakter, contoh kecil, mengajari cara makan (yang baik). Pelatihan, seperti pelatihan batik juga diberikan," lanjutnya.
Dewi juga membangun kafe. Namanya Denata, terletak di Jalan Gajah. Hampir 100 persen keuntungan di kafe itu digunakan untuk aksi sosial kepada anak-anak.
Ke depan, Dewi sudah mempersiapkan akan membuat 5 rumah singgah bagi anak-anak. "Ketika anak-anak (jalanan) berpikir dunia ini tidak ada rumah, kami sediakan. Anak-anak itu butuh tempat (rumah) yang nyaman," ucap dia.
Interaksi dengan anak-anak jalanan, laki-laki maupun perempuan, membuat Dewi punya banyak pengalaman dan pengetahuan. Sebut saja, ketika mengetahui ada anak-anak perempuan yang sudah terkena penyakit kelamin karena perilaku seks bebas di jalanan. Semua itu harus diperjuangkan, jangan sampai dibiarkan.
Dewi dalam waktu dekat akan berkomunikasi dengan pemerintah kota maupun provinsi untuk membangun kerja sama. Bagaimana mengatasi persoalan anak-anak jalanan itu, terutama kekerasan.
"Seringkali pelaku (kekerasan) di sekitar mereka sendiri. Orang-orang dekat. Di Jawa Tengah ada sekitar 1000 anak-anak menjadi korban kekerasan. Ini harus dihentikan," ungkap perempuan yang tinggal di Kawasan Bukit Sari, Kota Semarang ini menutup obrolan.
(zik)