Cari Batu Akik, Sungai Leles Subang Diserbu Warga

Senin, 16 Maret 2015 - 08:03 WIB
Cari Batu Akik, Sungai...
Cari Batu Akik, Sungai Leles Subang Diserbu Warga
A A A
SUBANG - Sungai Leles (Cipanyairan) di perbatasan Desa Margahayu dan Cidadap Kecamatan Pagaden Barat, Subang, mendadak ramai didatangi warga, yang hendak mencari batu akik.

Mereka memburu bebatuan di sungai itu untuk bahan pembuatan batu akik, yang mulai ngetrend sejak beberapa bulan terakhir.

Tak tanggung-tanggung, para pemburu batu tak hanya warga sekitar atau masyarakat Subang saja.

Warga dari luar Subang pun, banyak yang berdatangan menyusuri sungai yang letaknya berdekatan dengan kompleks pemakaman Jami Astana itu. Diantaranya, warga dari Indramayu, Cirebon dan Jakarta.

"Sungai ini tiap hari didatangi orang-orang, biasanya mereka nyari batu dari pagi sampai sore. Tapi paling ramai biasanya Sabtu dan Minggu, sebab yang datangnya banyak dari luar Subang, seperti Cirebon, Indramayu, bahkan Jakarta," tutur warga setempat, Ahmad Minaldi, Minggu (15/3/2015).

Seorang pencari batu, Nana mengatakan, para pemburu batu Sungai Leles tak hanya dari kalangan dewasa, tapi juga anak-anak. Jenis bebatuan yang didapatnya beragam, seperti pancawarna, solar dan fosil.

"Tapi kebanyakan yang kami dapat itu fosil dan pancawarna," katanya.

Selain untuk koleksi pribadi, bebatuan yang nantinya dijadikan bahan batu akik tersebut, kadang mereka jualbelikan kepada peminat atau kolektor. Nana sendiri mengaku, tak tahu pasti mulai kapan sungai itu ramai diserbu para pemburu batu.

"Cuma setahu saya, orang-orang tua dulu memang sering menjadikan bebatuan disini sebagai hiasan atau akik. Mereka juga sering nemuin benda-benda pusaka seperti keris di daerah sini. Makanya daerah sekitar sungai ini cukup angker," paparnya.

Pemburu batu asal Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, Karma mengaku, dirinya bersama dua rekannya tertarik mencari bahan batu akik di Sungai Leles. Bahkan, dia mengaku sudah dua kali mendatangi sungai itu untuk berburu batu.

"Soalnya, kualitas batunya bagus-bagus, ada fosil, solar, juga pancawarna. Saya dan temen-temen udah dua kali kesini. Awalnya, saya tahu dari temen yang pernah nyari batu disini. Terus saya coba ikut nyari, ternyata batunya bagus-bagus," tuturnya, seraya menyebut, batu-batu itu dicarinya untuk keperluan koleksi semata.

Sementara itu, ramainya warga yang berburu bebatuan, memicu tumbuhnya bisnis jasa pembuatan batu akik, baik untuk cincin maupun kalung.

Seorang pengrajin batu akik asal Kampung/Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Agus Karisna, mengaku, setiap hari dirinya sibuk melayani belasan warga yang ingin dibuatkan batu akik (cincin) dan kalung.

"Kalau mengukir batunya sampai berbentuk akik, saya kenakan Rp10.000/batu. Tapi kalau plus dengan watangnya, bisa sampai Rp15.000 atau lebih, bergantung ukuran dan kerumitan membuatnya," pungkas Agus.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)