Keraton Lakukan Jamasan Pusaka Nyai Setomi
A
A
A
SOLO - Keraton Kasunanan Surakarta hadiningrat (keraton Solo) menggelar jamasan pusaka Nyai Setomi pada Jumat (2/1/2014) siang.
Jamasan pusaka itu diakukan sebagai rangkaian Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan dilakukan pada Sabtu (3/1) siang.
Pengageng Sasana Wandawa Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, menyebutkan jamasan tersebut berarti pembersihan.
Dalam hal ini, menurutnya, yang dibersihkan adalah sebuah meriam pusaka milik keraton yang diberi nama Nyai Setomi. Menurutnya pembersihan dilakukan agar pusaka itu tetap terjaga keawetannya meskipun terus digerus oleh zaman.
Puger menyebutkan, meriam pusaka itu merupakan peninggalan dari masa Pemerintahan Sultan Agung dan dipakai untuk melawan penjajah ketika masih berda di Yogyakarta.
Kemudian meriam itu dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta seiring dengan pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua, yakni di Yogyakarta dan di Solo.
Setelah itu, untuk menjaga kebersihannya dan fungsinya, meriam tersebut selalu dijamasi atau dibersihkan saat menjelang grebeg keraton berlangsung.
Hal itu juga berlaku saat Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan berlangsung pada Sabtu siang. “Setiap Grebeg berlangsung, pasti selalu didahului dengan pembersihan pusaka yang disimpan di Sitinggil ini,” ucapnya.
Sedangkan untuk prosesi jamasan tersebut, menurutnya, dilakukan dengan adat jawa yang ditinggalkan oleh leluhur sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Yakni dengan cara didoakan menggunakan adat jawa dengan disertai beberapa tumpeng yang merupakan hasil bumi.
Setelah itu pembersihan dilakukan secara hati-hati tanpa diketahui oleh orang lain. Hal itu dilakukan karena senjata itu merupakan senjata rahasia dan tidak boleh diketahui siapapun karena akan membahayakan keselamatan negara dalam hal ini keraton kasunanan surakarta.
“Ini salah satu senjata rahasia yang dimiliki oleh keraton,” tegasnya. Setelah jamasan selesai dilakukan nantinya kirab akan dilakukan pada Sabtu siang dengan rute keraton hingga Masjid Agung Solo.
Dalam kirab tersebut akan diiringi dua gunungan dengan jenis kelamin Laki-laki dan peremupuan serta diikuti oleh gunungan anakan yang ada dibelakangnya. Ini sebagai simbol lahirnya Muhammad SAW yang kemudian diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT.
“Grebeg Maulid kan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sehingga gunungan yang dikirab akan seperti itu,” ucapnya.
Salah seorang pengunjung, Suharno, menyebutkan, rangkaian jamasan hingga kini menarik untuk dilihat. Sehingga, tidak heran banyak wisatawan dari luar daerah yang datang ke kompleks Keraton untuk mengikuti prosesi seperti ini.
Jamasan pusaka itu diakukan sebagai rangkaian Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan dilakukan pada Sabtu (3/1) siang.
Pengageng Sasana Wandawa Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, menyebutkan jamasan tersebut berarti pembersihan.
Dalam hal ini, menurutnya, yang dibersihkan adalah sebuah meriam pusaka milik keraton yang diberi nama Nyai Setomi. Menurutnya pembersihan dilakukan agar pusaka itu tetap terjaga keawetannya meskipun terus digerus oleh zaman.
Puger menyebutkan, meriam pusaka itu merupakan peninggalan dari masa Pemerintahan Sultan Agung dan dipakai untuk melawan penjajah ketika masih berda di Yogyakarta.
Kemudian meriam itu dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta seiring dengan pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua, yakni di Yogyakarta dan di Solo.
Setelah itu, untuk menjaga kebersihannya dan fungsinya, meriam tersebut selalu dijamasi atau dibersihkan saat menjelang grebeg keraton berlangsung.
Hal itu juga berlaku saat Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan berlangsung pada Sabtu siang. “Setiap Grebeg berlangsung, pasti selalu didahului dengan pembersihan pusaka yang disimpan di Sitinggil ini,” ucapnya.
Sedangkan untuk prosesi jamasan tersebut, menurutnya, dilakukan dengan adat jawa yang ditinggalkan oleh leluhur sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Yakni dengan cara didoakan menggunakan adat jawa dengan disertai beberapa tumpeng yang merupakan hasil bumi.
Setelah itu pembersihan dilakukan secara hati-hati tanpa diketahui oleh orang lain. Hal itu dilakukan karena senjata itu merupakan senjata rahasia dan tidak boleh diketahui siapapun karena akan membahayakan keselamatan negara dalam hal ini keraton kasunanan surakarta.
“Ini salah satu senjata rahasia yang dimiliki oleh keraton,” tegasnya. Setelah jamasan selesai dilakukan nantinya kirab akan dilakukan pada Sabtu siang dengan rute keraton hingga Masjid Agung Solo.
Dalam kirab tersebut akan diiringi dua gunungan dengan jenis kelamin Laki-laki dan peremupuan serta diikuti oleh gunungan anakan yang ada dibelakangnya. Ini sebagai simbol lahirnya Muhammad SAW yang kemudian diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT.
“Grebeg Maulid kan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sehingga gunungan yang dikirab akan seperti itu,” ucapnya.
Salah seorang pengunjung, Suharno, menyebutkan, rangkaian jamasan hingga kini menarik untuk dilihat. Sehingga, tidak heran banyak wisatawan dari luar daerah yang datang ke kompleks Keraton untuk mengikuti prosesi seperti ini.
(lis)