Sultan Baabullah, Peletak Negara Islam di Nusantara (Bagian II-Habis)

Jum'at, 12 Desember 2014 - 05:05 WIB
Sultan Baabullah, Peletak Negara Islam di Nusantara (Bagian II-Habis)
Sultan Baabullah, Peletak Negara Islam di Nusantara (Bagian II-Habis)
A A A
PEMBUNUHAN Sultan Ternate Khairun Janil atas perintah Gubernur Portugis Lopez de Mesquita, memicu terjadinya perang kolonial kedua yang lebih besar di wilayah Indonesia bagian timur.

Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, perang melawan pasukan kolonial Portugis berlangsung sangat hebat. Seluruh rakyat Ternate, Maluku, serta negeri-negeri di wilayah Indonesia bagian timur terjun dalam peperangan.

Menikahnya Sultan Baabullah dengan adik Sultan Iskandar Sani dari Tidore, dan bergabungnya para raja, serta kepala suku di Sulawesi, dan Papua, membuat pasukan perang Sultan Baabullah tak terkalahkan.

Dengan kekuatan yang luar biasa besar itu, Sultan Baabullah berhasil merebut benteng Portugis di Tolucco, Santo Lucia, dan Santo Pedro. Kekalahan itu membuat Portugis malu dan frustasi.

Gubernur Portugis Lopez de Mesquita yang berada di Benteng Sao Paulo pun ketakutan. Di balik bentengnya itu, sang gubernur sembunyi. Selama hampir lima tahun, dia tidak berani keluar dari benteng.

Hubungannya dengan dunia luar diputus sama sekali oleh pasukan Sultan Baabullah. Pasokan makanan pun dijatah satu porsi untuk satu orang. Kehidupan di dalam benteng menjadi sangat memprihatinkan.

Keadaan yang serba sulit itu membuat Kerajaan Portugis geram. Mereka lalu mengganti Gubernur Portugis Lopez de Mesquita dengan Alvaro de Ataide, untuk menggempur wilayah yang dikuasai Sultan Baabullah.

Perang Soya-Soya atau perang pembebasan negeri dari cengkeraman kolonialisme Portugis pun dikobarkan. Tidak hanya Ternate dan Maluku, Jawa (Jepara), Melayu, Makasar, dan Buton pun ikut membantu.

Pasukan kolonial Portugis yang dilengkapi dengan persenjataan lengkap, modern, dan canggih, tidak bisa berbuat banyak menghadapi serangan pasukan Sultan Baabullah yang sangat kuat itu.

Di bawah para penglima perang terbaiknya, seluruh wilayah Kesultanan Ternate dibebaskan dari kolonialisme Portugis. Mulai dari Ambon-Seram, Sula, Baca, Luwuk, Banggai, Buton, Halmahera, dan Sulawesi.

Sultan Baabullah Datu Syah berhasil mengusir penjajah Portugis pada tahun 1575. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kolonialisme barat, pasukan penjajah Portugis berhasil dikalahkan orang pribumi.

Dengan kalahnya pasukan Portugis, suku-suku, dan kerajaan-kerajaan pribumi yang mendukung Portugis pun akhirnya berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate. Dari semua wilayah itu, hanya Benteng Sao Paulo yang tersisa.

Setelah lima tahun dikepung, akhirnya Sultan Baabullah mengultimatum mantan Gubernur Portugis Lopez de Mesquita dan pasukannya yang ada di dalam benteng untuk menyerah, atau dihancurkan.

Dengan perasaan malu dan kepala tertunduk, mereka memilih untuk menyerah. Mantan Gubernur Portugis Lopez de Mesquita dan pasukannya berjalan keluar benteng dengan kepala tertunduk ke bawah, karena diliputi perasaan malu.

Tidak satu pun pasukan Lopez de Mesquita yang dilukai. Kebesaran hati Sultan Baabullah yang mengampuni pembunuh ayahnya ini sering disamakan dengan kebesaran Sultan Salahuddin al Ayubi, pejuang Muslim yang merebut Kota Yerusalem.

Demikian perang kolonial Portugis berhasil dimenangkan Sultan Baabullah. Buya Hamka mengatakan, kemenangan rakyat Ternate ini merupakan satu peristiwa yang sangat penting, karena menunda penjajahan barat atas Nusantara selama 100 tahun.

Setelah Portugis pergi, Sultan Baabullah memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate dengan misi penyebaran agama Islam. Setiap wilayah yang telah diduduki, ditempatkan wakil-wakil Kesultanan Ternate atau sangaji.

Di Nusa Tenggara, sangaji Kesultanan Ternate ada di Sangaji Solor, Lawayong (NTT), Lamaharra, Kore (NTB dan Bali), Mena, dan Dili (Timtim). Di Pulau Jawa, ada empat sangaji, di Lor, Kidul, Wetan, dan Kulon.

Di Sumatera ada sangaji Palembang. Sementara di Irian ada lima sangaji, yaitu Sangaji Raja Ampat (Kolano Fat), Papua Gamsio (Sorong), Mafor (Biak), Soaraha (Jayapura), dan Mariekku (Merauke).

Di Sulawesi, sangaji Kesultanan Ternate ditempatkan di Kerajaan Goa Makasar, Bone, Buton Raha, Gorontalo, Sangir, Minahasa, Luwu, Banggai, dan Selayar. Di Kalimantan ada di Kerajaan Sabah, Brunai, Serawak, dan Kutai.

Begitu pula di Filipina, terdapat di Kerajaan Mangindano, Zulu-Zamboango. Sementara di Kepulauan Maluku ada Sangaji Seram, Ambon, Sula, Maba, Pattani, Gebe, dll. Bahkan sampai di Mikronesia, dekat pulau Marshal, Kepulauan Mariana.

Begitu luas wilayah kekuasaan Kesultanen Ternate, membuat banyak masyarakat yang berpendapat bahwa Kesultanan Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah merupakan model negara Islam pertama di Nusantara.

Baca juga: Sultan Baabullah, Penguasa 72 Pulau di Indonesia (Bagian I)
Sumber Berita: Wikipedia (Diolah dari berbagai sumber).
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8538 seconds (0.1#10.140)