Koalisi Jurnalis Makassar: Ada Upaya Polisi Lindungi Rekannya
A
A
A
MAKASSAR - Koalisi Jurnalis Makassar menilai aneh kesaksian 22 anggota polisi yang tidak tahu adanya kekerasan terhadap jurnalis saat penyerangan ke Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM).
"Masak kekerasan terhadap teman-teman wartawan tidak tahu. Alasannya, hanya karena mata perih terkena gas air mata," kata Sekretaris Koalisi Jurnalis Makassar Ridwan Marzuki Ridwan Marzuki, Rabu (26/11/2014).
Menurut Ridwan, pihaknya tidak percaya bahwa kasus kekerasan dan perusakan kampus UNM tidak diketahui anggota Sabhara yang diperiksa. Sebab, pada saat aksi unjuk rasa berlangsung, yang mengamankan adalah anggota Sabhara.
"Ada upaya dari aparat polisi untuk melindungi rekannya. Sehingga, mereka bersama-sama mengaburkan kasus kekerasan tersebut. Mereka ini membuat alasan yang kurang rasional. Jika alasan mata perih, kenapa gampang sekali sepeda motor di parkiran bisa dirubuhkan satu per satu. Kemudian menganiaya mahasiswa dan jurnalis," bebernya.
Ditegaskan pula, dalam rekaman wartawan sangat jelas siapa saja pelaku yang terlibat. Sehingga, rekaman itu bisa menjadi petunjuk kepolisian agar mendalami kasus kekerasan terhadap jurnalis. Selain itu, Ridwan juga yakin bahwa intel polisi pasti punya bukti dan kesaksian. Namun, mereka enggan membeberkannya lantaran yang terlibat adalah sesama polisi.
Diberitakan sebelumnya, sidang disiplin terhadap 22 polisi dari Sabhara Polrestabes Makassar, digelar hari ini. Mereka kompak tidak mengetahui adanya kekerasan terhadap jurnalis saat penyerangan ke Kampus UNM pada 13 November 2014.
"Masak kekerasan terhadap teman-teman wartawan tidak tahu. Alasannya, hanya karena mata perih terkena gas air mata," kata Sekretaris Koalisi Jurnalis Makassar Ridwan Marzuki Ridwan Marzuki, Rabu (26/11/2014).
Menurut Ridwan, pihaknya tidak percaya bahwa kasus kekerasan dan perusakan kampus UNM tidak diketahui anggota Sabhara yang diperiksa. Sebab, pada saat aksi unjuk rasa berlangsung, yang mengamankan adalah anggota Sabhara.
"Ada upaya dari aparat polisi untuk melindungi rekannya. Sehingga, mereka bersama-sama mengaburkan kasus kekerasan tersebut. Mereka ini membuat alasan yang kurang rasional. Jika alasan mata perih, kenapa gampang sekali sepeda motor di parkiran bisa dirubuhkan satu per satu. Kemudian menganiaya mahasiswa dan jurnalis," bebernya.
Ditegaskan pula, dalam rekaman wartawan sangat jelas siapa saja pelaku yang terlibat. Sehingga, rekaman itu bisa menjadi petunjuk kepolisian agar mendalami kasus kekerasan terhadap jurnalis. Selain itu, Ridwan juga yakin bahwa intel polisi pasti punya bukti dan kesaksian. Namun, mereka enggan membeberkannya lantaran yang terlibat adalah sesama polisi.
Diberitakan sebelumnya, sidang disiplin terhadap 22 polisi dari Sabhara Polrestabes Makassar, digelar hari ini. Mereka kompak tidak mengetahui adanya kekerasan terhadap jurnalis saat penyerangan ke Kampus UNM pada 13 November 2014.
(zik)