Tak Ikuti Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru
A
A
A
SUBANG - Sebanyak delapan siswa SMPN 2 Pagaden menjadi korban pemukulan oknum guru olahraga berinisial TA sehingga menderita luka lebam di bagian punggung hanya karena tak ikuti acara yasinan.
Kedelapan siswa tersebut yakni Kevin (13) Kelas IX; Abdul (14) Kelas IX; Dede Taryana (15) IX; Iryanto (14) Kelas IX; Nanda Permana (15) Kelas IX; M Sandi (14) Kelas IX; Anggis Rahmat (14) Kelas IX; dan Yopi (13) Kelas VIII.
Informasi yang dihimpun, insiden pemukulan yang terjadi sebanyak dua kali, yakni Jumat 7 Bovember dan Sabtu 8 November 2014 berawal ketika delapan siswa tersebut telat masuk sekolah.
Sehingga tidak mengikuti kegiatan yasinan dan shalawatan yang biasa (rutin) diadakan sekolah setiap hari Jumat.
Saat itu, tujuh dari delapan siswa berhasil 'diamankan' guru. Sedangkan seorang lagi lari ketakutan.
Mereka lalu diberi hukuman, diantaranya dipukuli berkali-kali di bagian punggung dengan menggunakan gagang alat pengepel lantai yang terbuat dari aluminium, dipush up-kan, dilempar sepatu dan disuruh jalan jongkok sambil menggendong tong sampah. Tak hanya itu, wajah mereka juga ditampar oleh oknum guru tersebut.
Akibatnya, mereka menderita luka lebam dan membiru di bagian punggung serta pinggang. Orangtua mereka lantas melaporkan kejadian itu kepada Polsek Pagaden.
Salah satu siswa korban pemukulan, Kevin (13) Kelas IX, menuturkan, ke tujuh rekannya dipukuli oknum guru tersebut pada Jumat, sedangkan dirinya mendapat hukuman serupa pada Sabtu.
"Awalnya kami kesiangan masuk sekolah, sehingga kami gak ikut kegiatan yasinan. Waktu itu salah satu guru mendatangi kami. Karena takut, kami berusaha lari, guru itu mengejar. Saya berhasil kabur, tapi temen saya yang tujuh orang dibawa ke sekolah, lalu dipukuli pakai gagang alat pengepel, sampai lebam-lebam punggungnya. Besoknya (Sabtu), giliran saya yang dipukuli, sampai tubuh saya sakit," papar Kevin saat ditemui di Mapolsek Pagaden, Senin (10/11/2014).
Siswa lainnya, Abdul (14) Kelas IX, menyebutkan, mereka tidak hanya dipukuli oleh oknum guru tersebut, tapi juga ditampar di bagian wajah.
"Masing-masing dari kami dipukuli berkali-kali, mungkin lebih dari lima kali setiap orangnya. Kami juga dipush up-kan dan disuruh jalan jongkok sambil gendong tong sampah," tuturnya.
Orangtua Anggis Rahmat, Haryadi (55) mengaku kecewa atas perlakuan kasar oknum guru tersebut. Menurutnya, jika hukumannya hanya sekadar disuruh mengepel atau push up, dirinya tidak akan mempermasalahkannya.
"Tapi kalau sampai dipukuli, itu kan sama dengan penganiayaan. Kami gak terima kalau seperti itu," ucapnya.
Orangtua Kevin, Joni (60) bahkan mengaku sudah melaporkan insiden pemukulan tersebut ke polisi agar ditindaklanjuti.
"Punggung anak saya sampai lebam-lebam, membiru gara-gara dipukuli pak guru T. Saya langsung membawa anak saya untuk divisum dan melaporkan hal ini ke polisi," timpalnya.
Terkait insiden pemukulan itu, pimpinan SMPN 2 Pagaden belum berhasil dimintai tanggapannya.
Namun, salah satu guru yang menolak identitasnya dipublikasikan membenarkan kejadian tersebut. Tapi, dia menyangkal jika insiden itu merupakan penganiayaan.
Menurutnya, sekolah itu terbiasa mengadakan kegiatan yasinan dan shalawatan setiap Jumat bagi para siswanya.
Tapi saat kegiatan berlangsung, ada sekitar delapan siswa yang malah bermain di areal pesawahan dan tidak mengikuti kegiatan.
Ketika hendak didatangi dan ditegur, para siswa tersebut malah kabur dan sempat menantang guru sambil bertolak pinggang.
"Lalu mereka mengeluarkan kata-kata yang gak pantas kepada guru, 'sok saha nu wani ka aing' (ayo siapa yang berani sama saya?). Coba, guru mana yang gak sakit digituin sama murid. Padahal kami sedang mendidik, membina akhlak mereka, kami gak hanya sekadar transfer ilmu, tapi juga membina perilaku mereka," tuturnya, seraya mengatakan, selanjutnya para siswa yang membandel itu mendapat hukuman.
"Itu hanya sanksi yang wajar diberikan dalam rangka pembinaan. Jadi bukan penganiayaan," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, Engkus Kusdinar, mengaku belum mendapat laporan ihwal pemukulan delapan siswa oleh oknum guru olahraga tersebut.
"Tapi kalau kejadian itu benar, saya akan pecat guru itu," ujar Kusdinar saat dihubungi.
Kapolsek Pagaden, Kompol Ojat Sudrajat, menambahkan, sudah mendapat laporan dari orangtua siswa ihwal insiden pemukulan itu.
"Tapi karena laporannya baru hari ini (kemarin), kami belum dapat data lengkapnya," pungkas Ojat.
Sementara itu, insiden pemukulan delapan siswa oleh oknum guru tersebut sempat direkam oleh salah satu siswa. Saat ini, rekaman video itu sudah mulai beredar di kalangan masyarakat.
Kedelapan siswa tersebut yakni Kevin (13) Kelas IX; Abdul (14) Kelas IX; Dede Taryana (15) IX; Iryanto (14) Kelas IX; Nanda Permana (15) Kelas IX; M Sandi (14) Kelas IX; Anggis Rahmat (14) Kelas IX; dan Yopi (13) Kelas VIII.
Informasi yang dihimpun, insiden pemukulan yang terjadi sebanyak dua kali, yakni Jumat 7 Bovember dan Sabtu 8 November 2014 berawal ketika delapan siswa tersebut telat masuk sekolah.
Sehingga tidak mengikuti kegiatan yasinan dan shalawatan yang biasa (rutin) diadakan sekolah setiap hari Jumat.
Saat itu, tujuh dari delapan siswa berhasil 'diamankan' guru. Sedangkan seorang lagi lari ketakutan.
Mereka lalu diberi hukuman, diantaranya dipukuli berkali-kali di bagian punggung dengan menggunakan gagang alat pengepel lantai yang terbuat dari aluminium, dipush up-kan, dilempar sepatu dan disuruh jalan jongkok sambil menggendong tong sampah. Tak hanya itu, wajah mereka juga ditampar oleh oknum guru tersebut.
Akibatnya, mereka menderita luka lebam dan membiru di bagian punggung serta pinggang. Orangtua mereka lantas melaporkan kejadian itu kepada Polsek Pagaden.
Salah satu siswa korban pemukulan, Kevin (13) Kelas IX, menuturkan, ke tujuh rekannya dipukuli oknum guru tersebut pada Jumat, sedangkan dirinya mendapat hukuman serupa pada Sabtu.
"Awalnya kami kesiangan masuk sekolah, sehingga kami gak ikut kegiatan yasinan. Waktu itu salah satu guru mendatangi kami. Karena takut, kami berusaha lari, guru itu mengejar. Saya berhasil kabur, tapi temen saya yang tujuh orang dibawa ke sekolah, lalu dipukuli pakai gagang alat pengepel, sampai lebam-lebam punggungnya. Besoknya (Sabtu), giliran saya yang dipukuli, sampai tubuh saya sakit," papar Kevin saat ditemui di Mapolsek Pagaden, Senin (10/11/2014).
Siswa lainnya, Abdul (14) Kelas IX, menyebutkan, mereka tidak hanya dipukuli oleh oknum guru tersebut, tapi juga ditampar di bagian wajah.
"Masing-masing dari kami dipukuli berkali-kali, mungkin lebih dari lima kali setiap orangnya. Kami juga dipush up-kan dan disuruh jalan jongkok sambil gendong tong sampah," tuturnya.
Orangtua Anggis Rahmat, Haryadi (55) mengaku kecewa atas perlakuan kasar oknum guru tersebut. Menurutnya, jika hukumannya hanya sekadar disuruh mengepel atau push up, dirinya tidak akan mempermasalahkannya.
"Tapi kalau sampai dipukuli, itu kan sama dengan penganiayaan. Kami gak terima kalau seperti itu," ucapnya.
Orangtua Kevin, Joni (60) bahkan mengaku sudah melaporkan insiden pemukulan tersebut ke polisi agar ditindaklanjuti.
"Punggung anak saya sampai lebam-lebam, membiru gara-gara dipukuli pak guru T. Saya langsung membawa anak saya untuk divisum dan melaporkan hal ini ke polisi," timpalnya.
Terkait insiden pemukulan itu, pimpinan SMPN 2 Pagaden belum berhasil dimintai tanggapannya.
Namun, salah satu guru yang menolak identitasnya dipublikasikan membenarkan kejadian tersebut. Tapi, dia menyangkal jika insiden itu merupakan penganiayaan.
Menurutnya, sekolah itu terbiasa mengadakan kegiatan yasinan dan shalawatan setiap Jumat bagi para siswanya.
Tapi saat kegiatan berlangsung, ada sekitar delapan siswa yang malah bermain di areal pesawahan dan tidak mengikuti kegiatan.
Ketika hendak didatangi dan ditegur, para siswa tersebut malah kabur dan sempat menantang guru sambil bertolak pinggang.
"Lalu mereka mengeluarkan kata-kata yang gak pantas kepada guru, 'sok saha nu wani ka aing' (ayo siapa yang berani sama saya?). Coba, guru mana yang gak sakit digituin sama murid. Padahal kami sedang mendidik, membina akhlak mereka, kami gak hanya sekadar transfer ilmu, tapi juga membina perilaku mereka," tuturnya, seraya mengatakan, selanjutnya para siswa yang membandel itu mendapat hukuman.
"Itu hanya sanksi yang wajar diberikan dalam rangka pembinaan. Jadi bukan penganiayaan," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, Engkus Kusdinar, mengaku belum mendapat laporan ihwal pemukulan delapan siswa oleh oknum guru olahraga tersebut.
"Tapi kalau kejadian itu benar, saya akan pecat guru itu," ujar Kusdinar saat dihubungi.
Kapolsek Pagaden, Kompol Ojat Sudrajat, menambahkan, sudah mendapat laporan dari orangtua siswa ihwal insiden pemukulan itu.
"Tapi karena laporannya baru hari ini (kemarin), kami belum dapat data lengkapnya," pungkas Ojat.
Sementara itu, insiden pemukulan delapan siswa oleh oknum guru tersebut sempat direkam oleh salah satu siswa. Saat ini, rekaman video itu sudah mulai beredar di kalangan masyarakat.
(sms)