Terawang Paranormal Soal Jokowi Jadi Presiden
A
A
A
SURABAYA - Presiden Jokowi (Joko Widodo) ibarat jago kluruk ono ing tengahing samudro (ayam jantan berkokok di tengah-tengah samudera). Hal itu berdasar terawang paranormal Ki Cokro Santri.
"Semua pertikaian akan lebur dan dibasuh, karena Jokowi memiliki watak jago kluruk onok ing tengahing samudro," kata pria yang juga Pengurus Pusat Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI), Senin (20/10/2014).
Dia menjelaskan, dalam perhitungan Jawa, hari pelantikan Jokowi terjadi pada Senin Pahing. Dalam perhitungan wuku, Senin sama dengan empat, dan pahing sama dengan sembilan, jika dijumlahkan 13 yang berarti gunung.
Hari pelantikan itu ditambah dengan weton Jokowi, yakni Rabu Pon. Dalam perhitungan wuku, Rabu sama dengan tujuh dan pon sama dengan tujuh, jika dijumlahnya sebesar 14.
Weton Jokowi ini sama dengan pendahulunya yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kata Ki Cokro, Weton Rabu Pon adalah neptu teringgi dalam perhitungan Jawa.
"Nah, jika hari pelantikan ditambah dengan hari lahir Jokowi, sama dengan 27. Jika dihitung dengan gunung, gugur, segoro, asat, maka akan ketemu segoro," jelasnya.
"Jadi semua akan terbasuh air samudera, kudeta ataupun pihak-pihak yang tidak terima dan mau menggagalkan akan pupus dengan sendirinya. Semua bisa menerima dengan lapang dada," ungkapnya.
Pertanda ini dibuktikan dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo, menjelang hari pelantikan beberapa waktu lalu. Ditambah lagi dengan pelantikan presiden menjelang bulan suro dalam perhitungan Jawa atau tahun baru Muharram, dalam kelender hijriah.
"Ini semakin memperkokoh kedudukan Pak Jokowi sebagai Presiden. Dari wetonnya, dia saja ketemu dengan gunung yang kokoh dan ditambah dengan hari pelantikan ketemu dengan samudera. Jokowi jadi Presiden bak jagi kluruk ono tengahing segoro," pungkas paranormal Asal Jombang, Jawa Timur ini.
Seperti diketahui, hari ini 20 Oktober 2014, Sidang Istimewa MPR RI melantik Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK (Jusuf Kalla), di Gedung DPR/MPR.
Usai pelantikan, rencananya Jokowi-JK akan pawai dengan iringan para simpatisannya menuju Istana Negara, sebagai bentuk seremonial menyambut Presiden RI ke-7.
"Semua pertikaian akan lebur dan dibasuh, karena Jokowi memiliki watak jago kluruk onok ing tengahing samudro," kata pria yang juga Pengurus Pusat Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI), Senin (20/10/2014).
Dia menjelaskan, dalam perhitungan Jawa, hari pelantikan Jokowi terjadi pada Senin Pahing. Dalam perhitungan wuku, Senin sama dengan empat, dan pahing sama dengan sembilan, jika dijumlahkan 13 yang berarti gunung.
Hari pelantikan itu ditambah dengan weton Jokowi, yakni Rabu Pon. Dalam perhitungan wuku, Rabu sama dengan tujuh dan pon sama dengan tujuh, jika dijumlahnya sebesar 14.
Weton Jokowi ini sama dengan pendahulunya yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kata Ki Cokro, Weton Rabu Pon adalah neptu teringgi dalam perhitungan Jawa.
"Nah, jika hari pelantikan ditambah dengan hari lahir Jokowi, sama dengan 27. Jika dihitung dengan gunung, gugur, segoro, asat, maka akan ketemu segoro," jelasnya.
"Jadi semua akan terbasuh air samudera, kudeta ataupun pihak-pihak yang tidak terima dan mau menggagalkan akan pupus dengan sendirinya. Semua bisa menerima dengan lapang dada," ungkapnya.
Pertanda ini dibuktikan dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo, menjelang hari pelantikan beberapa waktu lalu. Ditambah lagi dengan pelantikan presiden menjelang bulan suro dalam perhitungan Jawa atau tahun baru Muharram, dalam kelender hijriah.
"Ini semakin memperkokoh kedudukan Pak Jokowi sebagai Presiden. Dari wetonnya, dia saja ketemu dengan gunung yang kokoh dan ditambah dengan hari pelantikan ketemu dengan samudera. Jokowi jadi Presiden bak jagi kluruk ono tengahing segoro," pungkas paranormal Asal Jombang, Jawa Timur ini.
Seperti diketahui, hari ini 20 Oktober 2014, Sidang Istimewa MPR RI melantik Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK (Jusuf Kalla), di Gedung DPR/MPR.
Usai pelantikan, rencananya Jokowi-JK akan pawai dengan iringan para simpatisannya menuju Istana Negara, sebagai bentuk seremonial menyambut Presiden RI ke-7.
(san)