Prihatin, Sejumlah Warga Datangi SD Trisula Perwari
A
A
A
BUKITTINGGI - Kekerasan terhadap siswi SD di Bukittinggi, Sumatera Barat, mengundang keprihatinan warga. Tadi siang, sejumlah orang datang ke SD Trisula Perwari, sekolah tempat terjadinya kekerasan, untuk menyampaikan keprihatinannya.
Iin, salah seorang warga yang mendatangi SD Trisula Perwari, merasa prihatin atas kekerasan yang dialami siswi tersebut. "Enggak bisa saya jelaskan itu, anak saya pun kalau dijadikan kayak gitu gimana? Makanya saya kejar dari Payakumbuh ke sini untuk menengok si korban karena kasihan saja, karena batin saya enggak terima gitu," kata Iin, Rabu (15/10/2014).
Awalnya, Iin datang ke sekolah tempat korban di-bully. Namun, pihak sekolah mengarahkan warga ke psikolog di Universitas Negeri Padang, karena penanganan kasus ini berada di tangan psikolog kampus tersebut.
lin sangat berharap dapat bertemu dengan korban dan kedua orangtuanya. Selain akan memberikan bantuan berupa uang, lin juga berniat membantu pengobatan, jika korban sakit, hingga korban pulih seperti sedia kala.
Namun, lantaran korban dalam pengawasan ketat psikolog sehingga belum bisa ditemui, niatan tersebut urung dilakukan hari ini.
Sementara itu, psikolog UNP pukul 14.00 WIB tadi kembali melakukan tes psikologi siswa SD yang terlibat kasus kekerasan ini. Mereka dites secara keseluruhan untuk memperdalam bagaimana kasus ini bisa terjadi.
Kawasan kampus disterilisasi guna menjamin netralitas hasil tes. Menurut tim psikolog anak, Yosi Molina, hasil tes psikologi ditargetkan keluar pada Jumat lusa, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak pemerintah kota.
"Kami berharap hasil kami ini nanti bisa direkomendasikan kepada semua stakeholder terutama dunia pendidikan, terus juga kepada orangtua di rumah agar hal ini tidak terjadi lagi. Jadi kesimpulan itu bisa utuh kami dapatkan setelah hasil ini semua selesai."
Iin, salah seorang warga yang mendatangi SD Trisula Perwari, merasa prihatin atas kekerasan yang dialami siswi tersebut. "Enggak bisa saya jelaskan itu, anak saya pun kalau dijadikan kayak gitu gimana? Makanya saya kejar dari Payakumbuh ke sini untuk menengok si korban karena kasihan saja, karena batin saya enggak terima gitu," kata Iin, Rabu (15/10/2014).
Awalnya, Iin datang ke sekolah tempat korban di-bully. Namun, pihak sekolah mengarahkan warga ke psikolog di Universitas Negeri Padang, karena penanganan kasus ini berada di tangan psikolog kampus tersebut.
lin sangat berharap dapat bertemu dengan korban dan kedua orangtuanya. Selain akan memberikan bantuan berupa uang, lin juga berniat membantu pengobatan, jika korban sakit, hingga korban pulih seperti sedia kala.
Namun, lantaran korban dalam pengawasan ketat psikolog sehingga belum bisa ditemui, niatan tersebut urung dilakukan hari ini.
Sementara itu, psikolog UNP pukul 14.00 WIB tadi kembali melakukan tes psikologi siswa SD yang terlibat kasus kekerasan ini. Mereka dites secara keseluruhan untuk memperdalam bagaimana kasus ini bisa terjadi.
Kawasan kampus disterilisasi guna menjamin netralitas hasil tes. Menurut tim psikolog anak, Yosi Molina, hasil tes psikologi ditargetkan keluar pada Jumat lusa, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak pemerintah kota.
"Kami berharap hasil kami ini nanti bisa direkomendasikan kepada semua stakeholder terutama dunia pendidikan, terus juga kepada orangtua di rumah agar hal ini tidak terjadi lagi. Jadi kesimpulan itu bisa utuh kami dapatkan setelah hasil ini semua selesai."
(zik)