Ditelepon Anak Kecelakaan, Tuti Tertipu Rp27 Juta
A
A
A
SEMARANG - Aksi penipuan dengan modus memberi kabar anak korban mengalami kecelakaan kembali terjadi. Tuti Hartini (68), warga Jalan Kolonel Sudiyono, Kecamatan Semarang Utara, melaporkan telah menjadi korban kasus dengan modus itu hingga mengalami kerugian Rp27 juta.
Saat melaporkan kejadian itu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, Tuti mengatakan kejadian itu berawal saat telepon di rumahnya berdering pada Kamis (21/8/2014). Saat diangkat, seorang pria di telepon itu memberi kabar bahwa anak Tuti, Arifudin Agung Darmawan, mengalami kecelakaan.
"Orang itu bilang kalau anak saya terlibat kecelakaan. Mendengar itu saya tentu saja panik dan lemas," ujarnya, Jumat (22/8/2014).
Saat itu, lanjut Tuti, penelepon meminta uang kepada dirinya untuk keperluan mengurus administrasi rumah sakit. Sebab, menurutnya, anaknya itu mengalami luka parah dan harus mendapat perawatan. "Katanya anak saya harus operasi. Penelepon itu meminta uang kepada saya untuk biaya administrasi. Katanya mendesak agar dapat segera ditindaklanjuti."
Tanpa pikir panjang, Tuti langsung mengumpulkan uang untuk biaya operasi anaknya itu. Ia mengambil tabungannya dan langsung menemui pria yang meneleponnya itu. "Dia minta uang Rp27 juta, katanya saya harus mengantarkan uang itu kepada seorang pria di depan Makam Sompok Lamper," terangnya.
Tuti langsung saja membawa uang tersebut ke area Makam Sompok, di Jalan Sompok, Semarang. Saat itu, dia memberikan uang kepada seorang pria yang tidak dikenalnya yang mengaku teman dari penelepon.
"Saya tidak kenal siapa pria itu. Tapi dia bilang kalau dia yang disuruh oleh penelepon. Saya tidak curiga karena panik. Yang ada di pikiran saya bagaimana anak saya selamat."
Setelah uang diserahkan, Tuti kemudian pulang ke rumah. Saat itu juga, Tuti berniat menghubungi nomor ponsel anaknya. Sang anak menjawab telepon ibunya itu. Arifudin menyatakan tidak terlibat kecelakaan dan dalam kondisi sehat. Tuti pun kaget.
"Saat itu saya lemas. Saya mencoba menelepon nomor tadi tapi tidak aktif. Langsung saja saya melaporkan kejadian itu kepada polisi," pungkasnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Wika Hardianto menyatakan kasus penipuan ini masih diselidiki. Pihaknya meminta masyarakat untuk waspada dan tidak mudah percaya dengan kabar buruk yang diterima, apalagi dari orang tidak dikenal.
"Masyarakat harus waspada dan jangan mudah percaya. Modus ini sudah banyak korbannya, tapi masih saja ada yang tertipu," kata dia.
Wika mengimbau agar masyarakat lebih mengutamakan kroscek terhadap semua kabar yang diterimanya. Jika ada yang memberitahu anaknya atau kerabatnya kecelakaan, harus dibenarkan dahulu kabar itu. "Apalagi kalau mencurigakan seperti itu, lebih baik lapor polisi. Intinya jangan mudah panik," pungkasnya.
Saat melaporkan kejadian itu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang, Tuti mengatakan kejadian itu berawal saat telepon di rumahnya berdering pada Kamis (21/8/2014). Saat diangkat, seorang pria di telepon itu memberi kabar bahwa anak Tuti, Arifudin Agung Darmawan, mengalami kecelakaan.
"Orang itu bilang kalau anak saya terlibat kecelakaan. Mendengar itu saya tentu saja panik dan lemas," ujarnya, Jumat (22/8/2014).
Saat itu, lanjut Tuti, penelepon meminta uang kepada dirinya untuk keperluan mengurus administrasi rumah sakit. Sebab, menurutnya, anaknya itu mengalami luka parah dan harus mendapat perawatan. "Katanya anak saya harus operasi. Penelepon itu meminta uang kepada saya untuk biaya administrasi. Katanya mendesak agar dapat segera ditindaklanjuti."
Tanpa pikir panjang, Tuti langsung mengumpulkan uang untuk biaya operasi anaknya itu. Ia mengambil tabungannya dan langsung menemui pria yang meneleponnya itu. "Dia minta uang Rp27 juta, katanya saya harus mengantarkan uang itu kepada seorang pria di depan Makam Sompok Lamper," terangnya.
Tuti langsung saja membawa uang tersebut ke area Makam Sompok, di Jalan Sompok, Semarang. Saat itu, dia memberikan uang kepada seorang pria yang tidak dikenalnya yang mengaku teman dari penelepon.
"Saya tidak kenal siapa pria itu. Tapi dia bilang kalau dia yang disuruh oleh penelepon. Saya tidak curiga karena panik. Yang ada di pikiran saya bagaimana anak saya selamat."
Setelah uang diserahkan, Tuti kemudian pulang ke rumah. Saat itu juga, Tuti berniat menghubungi nomor ponsel anaknya. Sang anak menjawab telepon ibunya itu. Arifudin menyatakan tidak terlibat kecelakaan dan dalam kondisi sehat. Tuti pun kaget.
"Saat itu saya lemas. Saya mencoba menelepon nomor tadi tapi tidak aktif. Langsung saja saya melaporkan kejadian itu kepada polisi," pungkasnya.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Wika Hardianto menyatakan kasus penipuan ini masih diselidiki. Pihaknya meminta masyarakat untuk waspada dan tidak mudah percaya dengan kabar buruk yang diterima, apalagi dari orang tidak dikenal.
"Masyarakat harus waspada dan jangan mudah percaya. Modus ini sudah banyak korbannya, tapi masih saja ada yang tertipu," kata dia.
Wika mengimbau agar masyarakat lebih mengutamakan kroscek terhadap semua kabar yang diterimanya. Jika ada yang memberitahu anaknya atau kerabatnya kecelakaan, harus dibenarkan dahulu kabar itu. "Apalagi kalau mencurigakan seperti itu, lebih baik lapor polisi. Intinya jangan mudah panik," pungkasnya.
(zik)