Sopir Truk Berpura-pura Jadi Korban Bajing Loncat

Sopir Truk Berpura-pura Jadi Korban Bajing Loncat
A
A
A
SEMARANG - Jajaran tim Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dittreskrimum) Polda Jateng berhasil mengungkap kasus bajing loncat yang selama ini meresahkan. Tak disangka, otak dari bajing loncat itu adalah sopir dan kernet truk sendiri.
Hal tersebut terungkap setelah pihak Ditreskrimum melakukan analisis mendalam dari laporan perampokan yang dilakukan oleh bajing loncat kepada sopir dan kernet truk muatan sparepart bernama Isa Ansor (30), warga Lamongan dan Jali (36), warga Gresik beberapa waktu lalu. Dari hasil analisa laporan keduanya tersebut, diketahui ternyata modus bajing loncat yang dilaporkan keduanya adalah sebuah skenario yang dilakukan oleh sopir dan kondektur untuk menguasai barang yang dibawanya.
"Ternyata otak dari kasus bajing loncat ini adalah sopir dan kondektur truk tersebut yakni Isa dan Jalil. Mereka membuat sandiwara seolah-olah dirampok oleh kawanan bajing loncat. Padahal yang merampoknya itu adalah kawan mereka sendiri," kata Dir Reskrimum Polda Jateng Kombes Pol Purwadi Arianto kepada wartawan saat gelar perkara di Mapolda Jateng, Jumat (15/8/2014).
Dari pengakuan tersangka, lanjut dia, keduanya ini menjadi sopir untuk mengangkut barang-barang berupa sparepart motor dengan tujuan Surabaya. Di tengah perjalanan, keduanya memberitahu tiga temannya yakni Irfan alias Gombloh (41), Kusnan (49), dan Yohanes Andi Siswanto (38), untuk bersiap.
"Setelah tiba di lokasi yang dijanjikan, mobil truk yang dibawa oleh Isa dan Jalil ini diambil alih ketiga pelaku yang berperan sebagai bajing loncat itu. Kemudian Isa dan Jalil meminta diikat serta dilakban dan dibuang ke daerah yang sepi. Setelah ditemukan warga, keduanya kemudian membuat laporan kepada polisi seolah-oleh telah menjadi korban perampokan bajing loncat," paparnya.
Purwadi menambahkan, setelah dilakukan pendalaman terhadap kasus itu, sopir dan kernet yang melaporkan menjadi korban kemudian ditetapkan sebagai tersangka. Dari keduanya, polisi berhasil menangkap pelaku lainnya yakni Irfan, Kusnan, dan Yohanes beserta dua orang yang diduga sebagai penadah.
"Sopir, kernet dan tiga bajing loncat itu kami jerat dengan Pasal 372 jo Pasal 55 jo Pasal 56 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan. Sementara dua pelaku yang diduga menjadi penadah akan kami jerat dengan Pasal 480 KUHP. Kami belum melakukan penangkapan terhadap dua penadah itu dan masih mendalaminya," pungkasnya.
Kanit Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng AKP Agus Puryadi menambahkan, dari tangan para tersangka itu disita barang-barang hasil kejahatan seperti ratusan ban luar sepeda motor merek Comet, shock breaker double dan mono merek YSS, satu unit sepeda motor merek Honda Vario milik tersangka bernopol W 3676 JN, dan 30 dus velg sepeda motor.
"Dalam satu bulan terakhir kasus perampokan yang dilakukan oleh bajing loncat di kawasan Jateng sudah terjadi tiga kali. Kami menduga modus yang dilakukan juga sama dengan modus ini yang intinya hanya sandiwara sopir dan kernetnya," ujarnya.
Dari pengakuan sopir dan kenet truk lanjut dia, mereka nekat melakukan sandiwara seperti ini demi menguasai barang yang dibawanya. Dengan cara berpura-pura dirampok, mereka tidak akan dikenakan jeratan hukum.
"Dengan begitu mereka masih biss menikmati hasil penggelapan yang dilakukannya dan masih tetap bisa bekerja di perusahaan itu. Dari pengakuan mereka, barang yang dibawa itu rencananya akan dijual seharga Rp150 juta. Padahal taksiran harganya dapat mencapai Rp800 juta."
Hal tersebut terungkap setelah pihak Ditreskrimum melakukan analisis mendalam dari laporan perampokan yang dilakukan oleh bajing loncat kepada sopir dan kernet truk muatan sparepart bernama Isa Ansor (30), warga Lamongan dan Jali (36), warga Gresik beberapa waktu lalu. Dari hasil analisa laporan keduanya tersebut, diketahui ternyata modus bajing loncat yang dilaporkan keduanya adalah sebuah skenario yang dilakukan oleh sopir dan kondektur untuk menguasai barang yang dibawanya.
"Ternyata otak dari kasus bajing loncat ini adalah sopir dan kondektur truk tersebut yakni Isa dan Jalil. Mereka membuat sandiwara seolah-olah dirampok oleh kawanan bajing loncat. Padahal yang merampoknya itu adalah kawan mereka sendiri," kata Dir Reskrimum Polda Jateng Kombes Pol Purwadi Arianto kepada wartawan saat gelar perkara di Mapolda Jateng, Jumat (15/8/2014).
Dari pengakuan tersangka, lanjut dia, keduanya ini menjadi sopir untuk mengangkut barang-barang berupa sparepart motor dengan tujuan Surabaya. Di tengah perjalanan, keduanya memberitahu tiga temannya yakni Irfan alias Gombloh (41), Kusnan (49), dan Yohanes Andi Siswanto (38), untuk bersiap.
"Setelah tiba di lokasi yang dijanjikan, mobil truk yang dibawa oleh Isa dan Jalil ini diambil alih ketiga pelaku yang berperan sebagai bajing loncat itu. Kemudian Isa dan Jalil meminta diikat serta dilakban dan dibuang ke daerah yang sepi. Setelah ditemukan warga, keduanya kemudian membuat laporan kepada polisi seolah-oleh telah menjadi korban perampokan bajing loncat," paparnya.
Purwadi menambahkan, setelah dilakukan pendalaman terhadap kasus itu, sopir dan kernet yang melaporkan menjadi korban kemudian ditetapkan sebagai tersangka. Dari keduanya, polisi berhasil menangkap pelaku lainnya yakni Irfan, Kusnan, dan Yohanes beserta dua orang yang diduga sebagai penadah.
"Sopir, kernet dan tiga bajing loncat itu kami jerat dengan Pasal 372 jo Pasal 55 jo Pasal 56 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan. Sementara dua pelaku yang diduga menjadi penadah akan kami jerat dengan Pasal 480 KUHP. Kami belum melakukan penangkapan terhadap dua penadah itu dan masih mendalaminya," pungkasnya.
Kanit Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng AKP Agus Puryadi menambahkan, dari tangan para tersangka itu disita barang-barang hasil kejahatan seperti ratusan ban luar sepeda motor merek Comet, shock breaker double dan mono merek YSS, satu unit sepeda motor merek Honda Vario milik tersangka bernopol W 3676 JN, dan 30 dus velg sepeda motor.
"Dalam satu bulan terakhir kasus perampokan yang dilakukan oleh bajing loncat di kawasan Jateng sudah terjadi tiga kali. Kami menduga modus yang dilakukan juga sama dengan modus ini yang intinya hanya sandiwara sopir dan kernetnya," ujarnya.
Dari pengakuan sopir dan kenet truk lanjut dia, mereka nekat melakukan sandiwara seperti ini demi menguasai barang yang dibawanya. Dengan cara berpura-pura dirampok, mereka tidak akan dikenakan jeratan hukum.
"Dengan begitu mereka masih biss menikmati hasil penggelapan yang dilakukannya dan masih tetap bisa bekerja di perusahaan itu. Dari pengakuan mereka, barang yang dibawa itu rencananya akan dijual seharga Rp150 juta. Padahal taksiran harganya dapat mencapai Rp800 juta."
(zik)