Pentolan Geng Pembacok Rochim Ditangkap
A
A
A
SEMARANG - Setelah sempat buron selama beberapa hari, pentolan geng pembacok Achmad Nur Rochim (18), warga Jalan Mintojiwo RT 2/4 Kelurahan Gisikdrono, Kecamatan Semarang Barat, berhasil ditangkap. Sama dengan delapan anggota geng yang sebelumnya berhasil dibekuk, tersangka juga masih berusia di bawah umur.
Tersangka diketahui bernama R (17), warga Semarang Barat, Kota Semarang. R ditangkap petugas Resmob Polrestabes Semarang yang dipimpin Kanit Resmob AKP Kadek Adi di Pekalongan Semarang, Kamis (14/8/2014) dini hari, setelah sebelumnya kabur ke Jakarta.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Wika Hardianto mengatakan, R merupakan otak dari peristiwa pembacokan tersebut. R diketahui sebagai pimpinan dari para tersangka lainnya yang sudah lebih dahulu ditangkap pada Senin (11/8/2014). Peristiwa pembacokan terjadi sehari sebelumnya.
"Dia ini ketua gengnya. Menurut pengakuan tersangka lain yang sudah ditangkap, R inilah yang memiliki ide untuk melakukan perampasan di jalanan waktu itu. Bahkan, dia juga yang menyuruh D- tersangka lain yang saat kejadian melakukan pembacokan- untuk membacok punggung korban hingga dua kali," kata Wika, Kamis (14/8/2014).
Saat ditemui di dalam tahanan, R membenarkan dirinya pimpinan dari komplotan itu. Biasanya, mereka sering kumpul di rumahnya untuk mabuk bersama. "Rumah saya memang menjadi tempat kumpul teman-teman ini. Biasanya sering mabuk di rumah saya itu. Saat perampasan juga kami mabuk dulu," ujarnya.
Kepada wartawan, R mengaku kabur ke Jakarta setelah mengetahui teman-temannya ditangkap. Bahkan, saat itu dirinya melihat D, ditangkap di depan matanya. "Saat itu saya sedang duduk di warung depan rumah D, saya melihat dia ditangkap polisi. Langsung saja saya lari dari tempat itu," tambahnya.
Bocah lulusan SMP ini kemudian berlari ke arah Krapyak, Semarang untuk menemui ibu tirinya. Kepada ibu tirinya itu, R meminta uang dengan alasan untuk berkunjung ke rumah neneknya. "Saya minta uang Rp200.000, uang itu saya buat ongkos ke Jakarta. Saya di Jakarta satu hari di rumah nenek."
Orang tua R, Ir (40), mengatakan terkejut saat mendapat kabar anaknya terlibat dalam kasus perampasan disertai pembacokan terhadap korbannya. Sebab saat itu, dirinya tidak berada di Semarang karena sedang bekerja di Sukorejo. "Saya memang sudah lama tidak tinggal dengan anak saya ini. Sejak ibunya meninggal saya bekerja di Sukorejo dan dia saya suruh menunggu rumah sendirian di Semarang," ujarnya.
Ir mengaku R memang memiliki kebiasaan buruk sehari-hari. Sebab, Ir sering mendengar anak semata wayangnya itu sering mabuk-mabukan di rumahnya. "Tetangga di Semarang sering bilang jika anak saya sering mabuk-mabukan di rumah bersama teman-temannya. Ini malah terlibat kasus seperti ini. Saya minta dia dihukum saja supaya jera," tegasnya sambil berkaca.
Tersangka diketahui bernama R (17), warga Semarang Barat, Kota Semarang. R ditangkap petugas Resmob Polrestabes Semarang yang dipimpin Kanit Resmob AKP Kadek Adi di Pekalongan Semarang, Kamis (14/8/2014) dini hari, setelah sebelumnya kabur ke Jakarta.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Wika Hardianto mengatakan, R merupakan otak dari peristiwa pembacokan tersebut. R diketahui sebagai pimpinan dari para tersangka lainnya yang sudah lebih dahulu ditangkap pada Senin (11/8/2014). Peristiwa pembacokan terjadi sehari sebelumnya.
"Dia ini ketua gengnya. Menurut pengakuan tersangka lain yang sudah ditangkap, R inilah yang memiliki ide untuk melakukan perampasan di jalanan waktu itu. Bahkan, dia juga yang menyuruh D- tersangka lain yang saat kejadian melakukan pembacokan- untuk membacok punggung korban hingga dua kali," kata Wika, Kamis (14/8/2014).
Saat ditemui di dalam tahanan, R membenarkan dirinya pimpinan dari komplotan itu. Biasanya, mereka sering kumpul di rumahnya untuk mabuk bersama. "Rumah saya memang menjadi tempat kumpul teman-teman ini. Biasanya sering mabuk di rumah saya itu. Saat perampasan juga kami mabuk dulu," ujarnya.
Kepada wartawan, R mengaku kabur ke Jakarta setelah mengetahui teman-temannya ditangkap. Bahkan, saat itu dirinya melihat D, ditangkap di depan matanya. "Saat itu saya sedang duduk di warung depan rumah D, saya melihat dia ditangkap polisi. Langsung saja saya lari dari tempat itu," tambahnya.
Bocah lulusan SMP ini kemudian berlari ke arah Krapyak, Semarang untuk menemui ibu tirinya. Kepada ibu tirinya itu, R meminta uang dengan alasan untuk berkunjung ke rumah neneknya. "Saya minta uang Rp200.000, uang itu saya buat ongkos ke Jakarta. Saya di Jakarta satu hari di rumah nenek."
Orang tua R, Ir (40), mengatakan terkejut saat mendapat kabar anaknya terlibat dalam kasus perampasan disertai pembacokan terhadap korbannya. Sebab saat itu, dirinya tidak berada di Semarang karena sedang bekerja di Sukorejo. "Saya memang sudah lama tidak tinggal dengan anak saya ini. Sejak ibunya meninggal saya bekerja di Sukorejo dan dia saya suruh menunggu rumah sendirian di Semarang," ujarnya.
Ir mengaku R memang memiliki kebiasaan buruk sehari-hari. Sebab, Ir sering mendengar anak semata wayangnya itu sering mabuk-mabukan di rumahnya. "Tetangga di Semarang sering bilang jika anak saya sering mabuk-mabukan di rumah bersama teman-temannya. Ini malah terlibat kasus seperti ini. Saya minta dia dihukum saja supaya jera," tegasnya sambil berkaca.
(zik)