Jumlah Rakyat Miskin di Jateng Naik 25,11 Ribu
A
A
A
SEMARANG - Jumlah warga miskin di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan sejak September 2013 hingga Maret 2014. Tak tanggung-tanggung, jumlah warga miskin bertambah 25,11 ribu orang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, jumlah rakyat miskin di pada Maret 2014 mencapai 4,836 juta orang (14,46 persen) meningkat sekitar 25,11 ribu orang dibandingkan rakyat miskin pada September 2013 yang berjumlah 4,811 juta orang (14,44 persen).
Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Erisman mengatakan, di daerah perkotaan jumlah rakyat miskin mengalami peningkatan 32,21 ribu orang (0,15 persen) menjadi 1.945,29 ribu orang pada Maret 2014.
Namun untuk daerah perdesaan, jumlah rakyat miskin menurun 7,09 ribu orang (-0,09 persen) menjadi 2.891,17 ribu orang pada periode yang sama. Selama periode September 2013–Maret 2014, distribusi penduduk miskin daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah.
"Pada September 2013, sebagian besar (60,24 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu pula pada Maret 2014 (59,78 persen). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,” katanya, kepada wartawan, Rabu (2/7/2014).
Dijelaskannya, selama September 2013-Maret 2014, garis kemiskinan di Jateng naik sebesar 4,27 persen, yaitu dari Rp261.881 - per kapita per bulan pada September 2013 menjadi Rp273.056 per kapita per bulan pada Maret 2014.
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding garis kemiskinan di wilayah pedesaan.
Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinan pada Maret 2014 sebesar Rp279.036 per kapita per bulan atau naik 3,96 persen dari kondisi September 2013 (Rp268.397 per kapita per bulan).
“Garis Kemiskinan di pedesaan juga mengalami peningkatan sebesar 4,53 persen menjadi sebesar Rp267.991 per kapita per bulan dibandingkan dengan September 2013 yaitu sebesar Rp256.368 per kapita per bulan,” bebernya.
Meski pada periode September 2013 hingga Maret 2014 jumlah warga miskin mengalami kenaikan, namun pada periode tahun 2009-2014 jumlah penduduk miskin mengalami kecenderungan menurun dari 5,726 juta orang pada tahun 2009 menjadi 4,836 juta orang pada Maret 2014.
“Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 17,72 persen padatahun 2009 menjadi 14,46 persen pada Maret 2014,” ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, jumlah rakyat miskin di pada Maret 2014 mencapai 4,836 juta orang (14,46 persen) meningkat sekitar 25,11 ribu orang dibandingkan rakyat miskin pada September 2013 yang berjumlah 4,811 juta orang (14,44 persen).
Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Erisman mengatakan, di daerah perkotaan jumlah rakyat miskin mengalami peningkatan 32,21 ribu orang (0,15 persen) menjadi 1.945,29 ribu orang pada Maret 2014.
Namun untuk daerah perdesaan, jumlah rakyat miskin menurun 7,09 ribu orang (-0,09 persen) menjadi 2.891,17 ribu orang pada periode yang sama. Selama periode September 2013–Maret 2014, distribusi penduduk miskin daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah.
"Pada September 2013, sebagian besar (60,24 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu pula pada Maret 2014 (59,78 persen). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,” katanya, kepada wartawan, Rabu (2/7/2014).
Dijelaskannya, selama September 2013-Maret 2014, garis kemiskinan di Jateng naik sebesar 4,27 persen, yaitu dari Rp261.881 - per kapita per bulan pada September 2013 menjadi Rp273.056 per kapita per bulan pada Maret 2014.
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding garis kemiskinan di wilayah pedesaan.
Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinan pada Maret 2014 sebesar Rp279.036 per kapita per bulan atau naik 3,96 persen dari kondisi September 2013 (Rp268.397 per kapita per bulan).
“Garis Kemiskinan di pedesaan juga mengalami peningkatan sebesar 4,53 persen menjadi sebesar Rp267.991 per kapita per bulan dibandingkan dengan September 2013 yaitu sebesar Rp256.368 per kapita per bulan,” bebernya.
Meski pada periode September 2013 hingga Maret 2014 jumlah warga miskin mengalami kenaikan, namun pada periode tahun 2009-2014 jumlah penduduk miskin mengalami kecenderungan menurun dari 5,726 juta orang pada tahun 2009 menjadi 4,836 juta orang pada Maret 2014.
“Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 17,72 persen padatahun 2009 menjadi 14,46 persen pada Maret 2014,” ungkapnya.
(san)