Sekolah di Tengah Hutan, SDN II Bajang Diajar Tukang Kebun

Rabu, 11 Juni 2014 - 06:06 WIB
Sekolah di Tengah Hutan,...
Sekolah di Tengah Hutan, SDN II Bajang Diajar Tukang Kebun
A A A
NGANJUK - Berbeda dengan anak-anak di kota yang bisa mendapatkan fasilitas dan guru bersertifikasi untuk mengajari mereka tentang berbagai keilmuan, anak-anak sebuah desa di tengah hutan, di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, terpaksa belajar dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Meski sekolah mereka adalah sekolah negeri, namun kenyataannya guru mereka justru jarang datang. Bila begitu, anak-anak terpaksa harus diajar oleh tukang kebun sekolahnya.

Beginilah kondisi jalan yang harus kita lalui untuk menuju Dusun Krondong, di Desa Bajang, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tak hanya sekedar melintasi hutan belantara, ruas jalan sepanjang tujuh kilometer dari kantor Desa Bajang menuju Dusun Krondong hanya berupa jalan setapak yang penuh dengan bebatuan.

Mungkin inilah yang menyebabkan para guru yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nganjuk untuk mengajar di SDN II Bajang, Dusun Krondong, jarang mau datang.

Padahal, guru di sekolah ini hanya berjumlah empat orang, yakni kepala sekolah, satu orang guru, dan dua orang relawan. Namun semuanya jarang datang. Seperti saat kami mengunjungi sekolah ini, pada Sselasa (10/6/2014) siang, tidak ada kepala sekolah maupun guru di tempat.

Di dalam ruang kelas, hanya ada dua orang yang tampak mengajar. Mereka adalah seorang relawan dan satu lagi adalah tukang kebon sekolah. Meski kondisinya diabaikan oleh Dinas Pendidikan dan guru-gurunya, namun 12 siswa di sekolah ini tampak sangat bersemangat belajar.

Meski cuma diajar tukang kebon sekolah, para siswa ini tetap tekun mengikuti materi pelajaran yang diajarkan. Sebab meski mereka tinggal di desa terpencil atau bahkan di dalam hutan, anak-anak ini juga sama seperti anak kota yang memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi.

Sundoko, tukang kebun SDN Bajang II mengaku, sebenarnya tidak ada guru atau pejabat dinas pendidikan yang menyuruhnya mengajar di sekolah ini. Menurutnya, hal itu dia lakukan atas inisiatifnya sendiri, karena prihatin dengan nasib anak-anak tersebut jika dibiarkan terlantar tanpa ada yang mengajar.

Jika gurunya datang, Sundoko langsung meninggalkan ruang kelas dan kembali mengerjakan tugas utamanya sebagai tukang kebon sekolah. Namun jika gurunya tidak datang, Sundoko terpaksa mengambil alih mengajari anak-anak tersebut dengan mata pelajaran yang sudah dijadwalkan.

Sundoko mengakui jalan menuju desanya memang sangat terjal, berbatu, dan sulit, terutama jika musim hujan. Itu sebabnya sangat sulit mencari guru yang mau datang dan mengajar di sekolah ini. Bahkan dua guru yang sudah ditunjuk dinas pendidikan pun jarang datang, diduga karena tidak kuat setiap hari melintasi hutan dengan jarak yang sangat jauh.

Sundoko berharap, Pemerintah Kabupaten Nganjuk mau membangun infrastruktur jalan menuju Dusun Krondong agar para guru di sekolah ini kembali bersemangat mengajar dan mau datang ke sekolah setiap hari.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4717 seconds (0.1#10.140)