Siswa SLB mengerjakan UN didampingi penterjemah huruf braile
A
A
A
Sindonews.com - Tiga peserta ujian nasional (UN) tingkat SMP di SLB Swadaya Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah terpaksa didampingi penterjemah huruf braile dalam mengerjakan soal UN.
Penyebabnya meskipun mereka masih bisa melihat dan membaca namun soal UN yang akan dikerjakan berbentuk huruf braile.
Ketiga siswa pindahan dari sekolah umum ini tidak pernah diajarkan huruf braile karena mengaku masih bisa melihat walaupun penglihatannya agak berkurang.
Sehingga pihak sekolah terpaksa mendatangkan tiga orang yang bisa membaca huruf braile untuk membacakan soal ujian. Sementara peserta ujian mengisi jawaban dengan menulis di kertas kosong.
Menurut salah seorang siswa Rizky Eka Pradita, dia masih bisa melihat namun harus dalam jarak dekat.
Siswi ini mengaku tidak belajar huruf braile karena merasa masih bisa melihat dan mampu membaca. Sehingga dia kesulitan mengerjakan soal karena berbentuk braile
Kepala SLB Swadaya Kendal Widiyati Hani Hidayah mengatakan, sekolah sempat kesulitan pada hari pertama pelaksanaan ujian pasalnya soal yang disediakan berbentuk braile.
Sementara siswa sejak awal masuk enggan diajarkan braile. Siswa menolak diajarkan karena merasa bisa melihat dan membaca.
Menurut Hani, seperti tahun sebelumnya soal ujian terdiri dari huruf braile dan soal biasa. Namun tahun ini soal yang diterima hanya huruf braile sehingga sekolah harus mendatangkan pendamping yang bisa membaca huruf braile.
“Setiap siswa didampingi pendamping yang akan membacakan soal peserta kemudian menjawab dengan menuliskan di kertas kosong. Pendamping kemudian akan memindahkan jawaban peserta ke lembar jawaban khusus dengan huruf braile, “ tandas Hani.
Penyebabnya meskipun mereka masih bisa melihat dan membaca namun soal UN yang akan dikerjakan berbentuk huruf braile.
Ketiga siswa pindahan dari sekolah umum ini tidak pernah diajarkan huruf braile karena mengaku masih bisa melihat walaupun penglihatannya agak berkurang.
Sehingga pihak sekolah terpaksa mendatangkan tiga orang yang bisa membaca huruf braile untuk membacakan soal ujian. Sementara peserta ujian mengisi jawaban dengan menulis di kertas kosong.
Menurut salah seorang siswa Rizky Eka Pradita, dia masih bisa melihat namun harus dalam jarak dekat.
Siswi ini mengaku tidak belajar huruf braile karena merasa masih bisa melihat dan mampu membaca. Sehingga dia kesulitan mengerjakan soal karena berbentuk braile
Kepala SLB Swadaya Kendal Widiyati Hani Hidayah mengatakan, sekolah sempat kesulitan pada hari pertama pelaksanaan ujian pasalnya soal yang disediakan berbentuk braile.
Sementara siswa sejak awal masuk enggan diajarkan braile. Siswa menolak diajarkan karena merasa bisa melihat dan membaca.
Menurut Hani, seperti tahun sebelumnya soal ujian terdiri dari huruf braile dan soal biasa. Namun tahun ini soal yang diterima hanya huruf braile sehingga sekolah harus mendatangkan pendamping yang bisa membaca huruf braile.
“Setiap siswa didampingi pendamping yang akan membacakan soal peserta kemudian menjawab dengan menuliskan di kertas kosong. Pendamping kemudian akan memindahkan jawaban peserta ke lembar jawaban khusus dengan huruf braile, “ tandas Hani.
(sms)