25 dalang cilik unjuk kebolehan di Yogyakarta
A
A
A
Sindonews.com - Museum Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk keempat kalinya menggelar Festival Dalang Cilik. Melihat antusias peserta festival, UNY yakin upaya-upaya pelestarian dan menumbuhkan kecintaan pada budaya bagi generasi cilik bangsa masih berpotensi besar untuk berhasil.
"Kami menyadari, sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, termasuk pendidikan budaya perlu dilakukan upaya-upaya pelestarian budaya. Apalagi kami merasa prihatin dengan banyak generasi muda Indonesia yang kurang begitu peduli pada budayanya sendiri. Untuk itu, kami ingin kegiatan festival dalang cilik ini bisa terus eksis dan meluas," ujar Kepala Museum Pendidikan Sardiman, Selasa (6/5/2014).
Ditemui saat pembukaan festival di Food Court UNY, Sardiman menuturkan, salah satu seni budaya yang tersohor sampai seantero dunia adalah seni pentas pewayangan. Menurutnya, ada kekhawatiran seni pedalangan akan terus tergerus oleh arus budaya asing. Salah satu penyebabnya adalah sedikitnya kesempatan bagi para dalang muda/dalang cilik untuk menampilkan kebolehannya.
"Saya menilai, selama ini masih minim perhatian akan potensi para dalang cilik. Yang ditakutkan jika nanti terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara pedalang berusia lanjut dengan pedalang usia dini. Jika jarak ini tidak diminimalisir dengan memotivasi dalang muda untuk berkarya, bisa jadi suatu saat kita akan susah mencari dalang yang bagus," imbuhnya.
Selain itu, Sardiman menuturkan, festival yang dilaksanakan 6-8 Mei 2014 tersebut memiliki tujuan lain yakni menggugah masyarakat luas melalui pesan moral yang tersirat dalam setiap cerita wayang yang dipentaskan. Festival dalang cilik tahun ini diikuti 25 peserta yang berasal dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan. Para peserta berumur di bawah 12 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sementara itu, Wakil Rektor I UNY Wardan Suyanto EdD menuturkan, UNY menjadwalkan kegiatan festival tersebut tiap tahunnya untuk melestarikan wayang yang merupakan budaya adiluhung bangsa Indonesia yang perlu dijaga agar tidak sampai dipatenkan oleh negara lain. "Festival ini juga sebagai sarana latihan untuk menjadi dalang profesional menggantikan para dalang senior," ujarnya.
Festival Dalang Cilik 2014 dibuka dengan pementasan drama oleh Tahta Harimukti Proboatmojo dari SMP Negeri 4 Depok, Sleman. Tahta sendiri merupakan salah satu contoh dalang cilik yang sudah melalang buana untuk menggelar pentas wayang kulit di beberapa kota. Ia pun mengakui jatuh cinta pada dunia pewayangan usai membaca sebuah novel karya Pitoyo Amrih.
"Saya suka wayang karena cerita-ceritanya bagus. Dan untuk mendalaminya, saya pun belajar seni wayang dan pedalangan selama satu tahun terakhir. Karakter wayang yang paling saya sukai adalah Adipati Karno karena sifatnya yang setia membela negerinya," ungkapnya.
"Kami menyadari, sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, termasuk pendidikan budaya perlu dilakukan upaya-upaya pelestarian budaya. Apalagi kami merasa prihatin dengan banyak generasi muda Indonesia yang kurang begitu peduli pada budayanya sendiri. Untuk itu, kami ingin kegiatan festival dalang cilik ini bisa terus eksis dan meluas," ujar Kepala Museum Pendidikan Sardiman, Selasa (6/5/2014).
Ditemui saat pembukaan festival di Food Court UNY, Sardiman menuturkan, salah satu seni budaya yang tersohor sampai seantero dunia adalah seni pentas pewayangan. Menurutnya, ada kekhawatiran seni pedalangan akan terus tergerus oleh arus budaya asing. Salah satu penyebabnya adalah sedikitnya kesempatan bagi para dalang muda/dalang cilik untuk menampilkan kebolehannya.
"Saya menilai, selama ini masih minim perhatian akan potensi para dalang cilik. Yang ditakutkan jika nanti terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara pedalang berusia lanjut dengan pedalang usia dini. Jika jarak ini tidak diminimalisir dengan memotivasi dalang muda untuk berkarya, bisa jadi suatu saat kita akan susah mencari dalang yang bagus," imbuhnya.
Selain itu, Sardiman menuturkan, festival yang dilaksanakan 6-8 Mei 2014 tersebut memiliki tujuan lain yakni menggugah masyarakat luas melalui pesan moral yang tersirat dalam setiap cerita wayang yang dipentaskan. Festival dalang cilik tahun ini diikuti 25 peserta yang berasal dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan. Para peserta berumur di bawah 12 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sementara itu, Wakil Rektor I UNY Wardan Suyanto EdD menuturkan, UNY menjadwalkan kegiatan festival tersebut tiap tahunnya untuk melestarikan wayang yang merupakan budaya adiluhung bangsa Indonesia yang perlu dijaga agar tidak sampai dipatenkan oleh negara lain. "Festival ini juga sebagai sarana latihan untuk menjadi dalang profesional menggantikan para dalang senior," ujarnya.
Festival Dalang Cilik 2014 dibuka dengan pementasan drama oleh Tahta Harimukti Proboatmojo dari SMP Negeri 4 Depok, Sleman. Tahta sendiri merupakan salah satu contoh dalang cilik yang sudah melalang buana untuk menggelar pentas wayang kulit di beberapa kota. Ia pun mengakui jatuh cinta pada dunia pewayangan usai membaca sebuah novel karya Pitoyo Amrih.
"Saya suka wayang karena cerita-ceritanya bagus. Dan untuk mendalaminya, saya pun belajar seni wayang dan pedalangan selama satu tahun terakhir. Karakter wayang yang paling saya sukai adalah Adipati Karno karena sifatnya yang setia membela negerinya," ungkapnya.
(zik)