Mengaku kena santet, pelajar ini nekat ikut UN
A
A
A
Sindonews.com - Pristo Tamu Ama, seorang pelajar SMA Muhammadiyah, di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, bersikeras menempuh pelaksanaan Ujian Nasional (UN) meski menahan rasa sakit.
Tak seperti kebanyakan temannya, Pristo menggunakan dua kursi untuk mengerjakan soal-soal yang ada di meja-nya. Satu kursi untuk dia duduki, sementara satu kursi lainnya dia pakai untuk menopang kaki sebelah kanannya yang mengalami sakit.
Menurut penuturan Pristo, sakit yang berasal dari kaki kanannya itu dirasakan bagai nyala bara api. Dia pun mengaku jika penyakit itu disebabkan karena sihir atau santet.
”Ini sakit karena orang yang buat. Saya sampai keringat begini. Saya sudah pergi ke dukun-dukun tapi belum juga sembuh, mungkin belum cocok,” jelas Pristo usai mengikuti UN, Selasa (15/4/2014) siang.
Rasa sakit yang dideritanya bukan mengada-ada, karena guru dan pengawas ujian tempat Pristo menjalankan UN ikut membenarkannya. Menurut beberapa guru danb pengawas, sakit yang diderita Pristo tak bisa disembuhkan oleh dokter.
”Sakit yang begitu memang tidak bisa di dokter, harus pakai obat atau ramuan tradisonal. Harus ke dukun kampung. Karena sakit itu karena sihir atau santet. Kalau orang Sumba bilang Njala Ngana atau salah kena. Jadi bisa saja ada yang pasang sihir atau santet di jalan untuk orang lain, tapi kenanya justru si Pristo,” tutur salah seorang pengawas ujian, Stefanus.
Kendati demikian, kejadian ini tidak menganggu aktivitas pelaksanaan UN di sekolah tersebut. Para siswa nampak tetap bersemangat seperti halnya Pristo.
Tak seperti kebanyakan temannya, Pristo menggunakan dua kursi untuk mengerjakan soal-soal yang ada di meja-nya. Satu kursi untuk dia duduki, sementara satu kursi lainnya dia pakai untuk menopang kaki sebelah kanannya yang mengalami sakit.
Menurut penuturan Pristo, sakit yang berasal dari kaki kanannya itu dirasakan bagai nyala bara api. Dia pun mengaku jika penyakit itu disebabkan karena sihir atau santet.
”Ini sakit karena orang yang buat. Saya sampai keringat begini. Saya sudah pergi ke dukun-dukun tapi belum juga sembuh, mungkin belum cocok,” jelas Pristo usai mengikuti UN, Selasa (15/4/2014) siang.
Rasa sakit yang dideritanya bukan mengada-ada, karena guru dan pengawas ujian tempat Pristo menjalankan UN ikut membenarkannya. Menurut beberapa guru danb pengawas, sakit yang diderita Pristo tak bisa disembuhkan oleh dokter.
”Sakit yang begitu memang tidak bisa di dokter, harus pakai obat atau ramuan tradisonal. Harus ke dukun kampung. Karena sakit itu karena sihir atau santet. Kalau orang Sumba bilang Njala Ngana atau salah kena. Jadi bisa saja ada yang pasang sihir atau santet di jalan untuk orang lain, tapi kenanya justru si Pristo,” tutur salah seorang pengawas ujian, Stefanus.
Kendati demikian, kejadian ini tidak menganggu aktivitas pelaksanaan UN di sekolah tersebut. Para siswa nampak tetap bersemangat seperti halnya Pristo.
(rsa)