Rumah pendeta disatroni rampok bersenpi, Rp150 juta raib
A
A
A
Sindonews.com - Kawanan perampok yang diperkirakan berjumlah delapan orang menyatroni rumah seorang pendeta di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Km 40, perbatasan Desa Pulau Harapan dan Sembewa Lintas, Banyuasin.
Akibatnya aksi yang terjadi pada Minggu malam 13 April 2014 itu, korban harus kehilangan uang sekitar Rp150 juta.
Aksi bandit dengan menggunakan penutup kepala dan senjata api itu bermula dari saat kawanan perampok berhasil mendobrak pintu belakang rumah korban.
Para pelaku mendobrak pintu belakang rumah dengan menggunakan kayu balok. Saat kejadian, rumah korban yang juga bersebelahan dengan Gereja Pentakosta itu dihuni oleh sang pendeta dan keluarga.
Setelah berhasil mendobrak pintu belakang, sebagian pelaku masuk ke dalam rumah. Mereka langsung menuju kamar utama dan menyekap pendeta dan istri.
Kepada pendeta, pelaku mengacungkan senjata dan minta ditunjukkan lokasi penyimpanan uang dan perhiasan. Pendetapun sempat mendapatkan pukulan dari pelaku.
Karena terjadi kegaduhan di dalam rumah mengakibatkan adik korban berusaha menyelamatkan diri ke dalam kamar.
Namun, oleh pelaku pintu kamar adik korban berhasil didobrak. Dibawah ancaman senjata, pendeta akhirnya menunjukkan lokasi penyimpanan uang tunai sekitar Rp150 juta dan perhiasan.
“Kami dipaksa menunjukkan harta, kami takut karena pelaku berhasil mendobrak pintu kamar,”ungkap adik korban, Cici di hadapan penyidik polisi yang menggelar penyelidikan usai kejadian tersebut, Senin (14/4/2014).
Sementara sang pendeta masih terlihat shock atas kejadian itu. Setelah berhasil menggasak harta korban, kawanan perampok langsung melarikan diri ke pintu belakang rumah.
Setelah kejadian itu, warga desa berusaha menolong dan melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Pangkalan Balai.
Aksi para pelaku dengan korban rumah pendeta ini memiliki beberapa kesamaan dibandingkan aksi perampokkan sebelumnya yang terjadi di wilayah Banyuasin.
Diantaranya, para pelaku menggunakan penutup kepala, melengkapi diri denga senpi dan sajam serta menggunakan penutup kepala. Aksi dilakukan berkelompok dan mendobrak pintu dengan paksa.
Akibatnya aksi yang terjadi pada Minggu malam 13 April 2014 itu, korban harus kehilangan uang sekitar Rp150 juta.
Aksi bandit dengan menggunakan penutup kepala dan senjata api itu bermula dari saat kawanan perampok berhasil mendobrak pintu belakang rumah korban.
Para pelaku mendobrak pintu belakang rumah dengan menggunakan kayu balok. Saat kejadian, rumah korban yang juga bersebelahan dengan Gereja Pentakosta itu dihuni oleh sang pendeta dan keluarga.
Setelah berhasil mendobrak pintu belakang, sebagian pelaku masuk ke dalam rumah. Mereka langsung menuju kamar utama dan menyekap pendeta dan istri.
Kepada pendeta, pelaku mengacungkan senjata dan minta ditunjukkan lokasi penyimpanan uang dan perhiasan. Pendetapun sempat mendapatkan pukulan dari pelaku.
Karena terjadi kegaduhan di dalam rumah mengakibatkan adik korban berusaha menyelamatkan diri ke dalam kamar.
Namun, oleh pelaku pintu kamar adik korban berhasil didobrak. Dibawah ancaman senjata, pendeta akhirnya menunjukkan lokasi penyimpanan uang tunai sekitar Rp150 juta dan perhiasan.
“Kami dipaksa menunjukkan harta, kami takut karena pelaku berhasil mendobrak pintu kamar,”ungkap adik korban, Cici di hadapan penyidik polisi yang menggelar penyelidikan usai kejadian tersebut, Senin (14/4/2014).
Sementara sang pendeta masih terlihat shock atas kejadian itu. Setelah berhasil menggasak harta korban, kawanan perampok langsung melarikan diri ke pintu belakang rumah.
Setelah kejadian itu, warga desa berusaha menolong dan melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Pangkalan Balai.
Aksi para pelaku dengan korban rumah pendeta ini memiliki beberapa kesamaan dibandingkan aksi perampokkan sebelumnya yang terjadi di wilayah Banyuasin.
Diantaranya, para pelaku menggunakan penutup kepala, melengkapi diri denga senpi dan sajam serta menggunakan penutup kepala. Aksi dilakukan berkelompok dan mendobrak pintu dengan paksa.
(sms)