Keluarga minta polisi autopsi jenazah Fransiska
A
A
A
Sindonews.com - Kematian Fransiska Bifel (20) seorang mahasiswi Poltekes Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) Desember 2013 lalu, masih menyisakan tanda tanya pihak keluarga besar di Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU).
Theofilus Bifel (49), ayah korban mencurigai kematian putrinya itu karena dibunuh. Dia juga menduga, ada upaya perkosaan sebelum putrinya dihabisi. Sebab, ditemukan ada luka sayatan, dan lebam di bagian dada hingga leher.
"Saat itu, korban sudah kami bawa kembali ke Kefa, namun karena tak puas apa sebab kematian korban, akhirnya atas kesepakatan keluarga kami coba periksa, ternyata di sekujur tubuh seperti di bagian leher ada bekas luka memar di dada hingga belakang leher, begitupun ada di tangan ada warna biru ke hitam-hitaman, dan yang lebih sadisnya ada sayatan di dada anak saya," tutur Theofilus, di Kefamenanu, Rabu, (5/2/2014).
Theofilus meminta pihak kepolisian menyelidiki dan mengusut kasus kematian putri semata wayang itu secepatnya. Jika memang dibunuh, maka pelakunya harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
Menurut Theofilus, polisi bisa memeriksa sejumlah saksi di rumah kos yang ditempati Fransiska, termasuk memeriksa pemilik kos. Dijelaskan dia, saat kejadian, putrinya memang berada di kos sendirian, sedangkan anak kos lainnya pulang berlibur.
"Kami berharap polisi memeriksa semua saksi di tempat kos anak saya itu. Kami curiga, pemilik kos harusnya tahu apa yang terjadi dengan anak saya, karena kos itu dikelilingi pagar rapat. Bila polisi ingin autopsi Fransiska, keluarga besar siap," tukasnya.
Theofilus Bifel (49), ayah korban mencurigai kematian putrinya itu karena dibunuh. Dia juga menduga, ada upaya perkosaan sebelum putrinya dihabisi. Sebab, ditemukan ada luka sayatan, dan lebam di bagian dada hingga leher.
"Saat itu, korban sudah kami bawa kembali ke Kefa, namun karena tak puas apa sebab kematian korban, akhirnya atas kesepakatan keluarga kami coba periksa, ternyata di sekujur tubuh seperti di bagian leher ada bekas luka memar di dada hingga belakang leher, begitupun ada di tangan ada warna biru ke hitam-hitaman, dan yang lebih sadisnya ada sayatan di dada anak saya," tutur Theofilus, di Kefamenanu, Rabu, (5/2/2014).
Theofilus meminta pihak kepolisian menyelidiki dan mengusut kasus kematian putri semata wayang itu secepatnya. Jika memang dibunuh, maka pelakunya harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
Menurut Theofilus, polisi bisa memeriksa sejumlah saksi di rumah kos yang ditempati Fransiska, termasuk memeriksa pemilik kos. Dijelaskan dia, saat kejadian, putrinya memang berada di kos sendirian, sedangkan anak kos lainnya pulang berlibur.
"Kami berharap polisi memeriksa semua saksi di tempat kos anak saya itu. Kami curiga, pemilik kos harusnya tahu apa yang terjadi dengan anak saya, karena kos itu dikelilingi pagar rapat. Bila polisi ingin autopsi Fransiska, keluarga besar siap," tukasnya.
(lns)