Tolong, anak ini butuh bantuan operasi kanker otak
A
A
A
Sindonews.com - Liburan panjang Tahun Baru tak bisa dirayakan oleh semua anak. Di Nganjuk, Jawa Timur, seorang siswa kelas I Sekolah Dasar (SD), hanya bisa berdiam diri di rumah ketika teman-temannya mengisi libur panjang dengan bermacam kegiatan. Bocah itu menderita kanker otak, dari hidungnya suka keluar darah.
Meski sudah diberitakan media massa, namun sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Nganjuk tak kunjung tergerak hatinya untuk membantu bocah malang tersebut.
Dafa Anugrah Khoirul Faza (7), putra pasangan suami istri Khoirul dan Anik Andriyani, warga Desa Payaman, Kecamatan Kota Nganjuk, Jawa Timur, ini tidak diperbolehkan keluar rumah. Orangtuanya takut, jika Dafa keluar rumah dan bermain dengan teman-temannya, penyakit kanker otaknya kambuh.
Karena, bila sewaktu-waktu kambuh, bukan hanya darah segar yang keluar dari hidung anak ini. Tetapi, separuh badannya juga sering mendadak mati sehingga Dafa roboh.
Meski demikian, jika tidak libur, Dafa tetap semangat bersekolah. Dengan mengendarai sepeda angin dan dibonceng oleh ibunya, dalam kondisi sakit, Dafa tetap rajin pergi ke sekolah. Dengan semangatnya tersebut, Dafa berharap kelak dapat menggapai cita-citanya menjadi seorang polisi.
Sudah berbagai cara dilakukan Anik dan Khoirul agar putranya terbebas dari kanker yang mengancam jiwanya, mulai dari berobat ke berbagai rumah sakit, hingga pengobatan-pengobatan alternatif. Meski sudah menghabiskan banyak biaya, upaya tersebut tak kunjung membuahkan hasil.
Dengan fasilitas kartu Jamkesmas yang dimiliknya, Dafa juga sudah dibawa berobat ke Rumah Sakit Dokter Sutomo di Surabaya dan harus menjalani operasi. Namun, keluarga miskin ini masih dikenai biaya sebesar Rp5 juta.
Kontan, todongan uang sebesar itu terasa sangat berat. Ayah Dafa bekerja sebagai penjual makanan keliling. Sedangkan ibunya, bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Pendapatan mereka berdua tidak cukup untuk membayar uang berobat itu.
Selain terganjal uang, pengobatan Dafa juga terganjal oleh alat yang dimiliki RSUD dr Sutomo. Untuk itu, dia harus meminjam alat dari salah satu rumah sakit di Jakarta.
Biaya untuk mendatangkan alat tersebut dipastikan mencapai ratusan juta rupiah, sehingga Dafa diminta menunggu sampai ada pasien lain yang uangnya bisa dipakai untuk mendatangkan alat tersebut. Kini, sudah satu tahun Dafa menunggu. Namun pihak RS masih belum memanggil Dafa untuk operasi.
Padahal, dari hari ke hari, kondisi dafa terus memburuk. Dari hidungnya sudah sering keluar darah dan dia sudah sering jatuh pingsan. Ironisnya, meski penderitaan Dafa ini sudah pernah diungkapkan oleh media massa sebelumnya, namun sampai kini Pemerintah Kabupaten Nganjuk tak kunjung tergerak hatinya untuk membantu Dafa.
Sambil menangis, Anik, ibunda Dafa berharap pemerintah mau peduli dan membantu menyelamatkan Dafa dari kanker otak yang sedang mengancam jiwanya.
Meski sudah diberitakan media massa, namun sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Nganjuk tak kunjung tergerak hatinya untuk membantu bocah malang tersebut.
Dafa Anugrah Khoirul Faza (7), putra pasangan suami istri Khoirul dan Anik Andriyani, warga Desa Payaman, Kecamatan Kota Nganjuk, Jawa Timur, ini tidak diperbolehkan keluar rumah. Orangtuanya takut, jika Dafa keluar rumah dan bermain dengan teman-temannya, penyakit kanker otaknya kambuh.
Karena, bila sewaktu-waktu kambuh, bukan hanya darah segar yang keluar dari hidung anak ini. Tetapi, separuh badannya juga sering mendadak mati sehingga Dafa roboh.
Meski demikian, jika tidak libur, Dafa tetap semangat bersekolah. Dengan mengendarai sepeda angin dan dibonceng oleh ibunya, dalam kondisi sakit, Dafa tetap rajin pergi ke sekolah. Dengan semangatnya tersebut, Dafa berharap kelak dapat menggapai cita-citanya menjadi seorang polisi.
Sudah berbagai cara dilakukan Anik dan Khoirul agar putranya terbebas dari kanker yang mengancam jiwanya, mulai dari berobat ke berbagai rumah sakit, hingga pengobatan-pengobatan alternatif. Meski sudah menghabiskan banyak biaya, upaya tersebut tak kunjung membuahkan hasil.
Dengan fasilitas kartu Jamkesmas yang dimiliknya, Dafa juga sudah dibawa berobat ke Rumah Sakit Dokter Sutomo di Surabaya dan harus menjalani operasi. Namun, keluarga miskin ini masih dikenai biaya sebesar Rp5 juta.
Kontan, todongan uang sebesar itu terasa sangat berat. Ayah Dafa bekerja sebagai penjual makanan keliling. Sedangkan ibunya, bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Pendapatan mereka berdua tidak cukup untuk membayar uang berobat itu.
Selain terganjal uang, pengobatan Dafa juga terganjal oleh alat yang dimiliki RSUD dr Sutomo. Untuk itu, dia harus meminjam alat dari salah satu rumah sakit di Jakarta.
Biaya untuk mendatangkan alat tersebut dipastikan mencapai ratusan juta rupiah, sehingga Dafa diminta menunggu sampai ada pasien lain yang uangnya bisa dipakai untuk mendatangkan alat tersebut. Kini, sudah satu tahun Dafa menunggu. Namun pihak RS masih belum memanggil Dafa untuk operasi.
Padahal, dari hari ke hari, kondisi dafa terus memburuk. Dari hidungnya sudah sering keluar darah dan dia sudah sering jatuh pingsan. Ironisnya, meski penderitaan Dafa ini sudah pernah diungkapkan oleh media massa sebelumnya, namun sampai kini Pemerintah Kabupaten Nganjuk tak kunjung tergerak hatinya untuk membantu Dafa.
Sambil menangis, Anik, ibunda Dafa berharap pemerintah mau peduli dan membantu menyelamatkan Dafa dari kanker otak yang sedang mengancam jiwanya.
(san)