Sarah Tsunami menderita low vision sejak lahir
A
A
A
Sindonews.com - Sarah Tsunami (7), warga Dusun Bantarsari, Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, ternyata didiagnosa menderita low vision sejak lahir. Penglihatannya tidak berfungsi dengan baik, karena dia tidak memiliki lensa pada matanya.
"Anak ini menderita low vision, penglihatannya lemah," kata Kepala Spesialis Mata RS Mata Cicendo Feti Karfiati, saat ditemui di RS Mata Cicendo, Kota Bandung, Selasa (17/12/2013).
Dari hasil diagnosa, Sarah ternyata hanya mampu melihat sejauh 1 meter. Dia pun harus menggunakan kacamata. Meski begitu, penglihatannya tidak normal 100 persen, setelah memakai kacamata. "Sekarang setelah diberi kacamata penglihatannya bisa 30 persen," ungkapnya.
Kacamata yang dipakai Sarah adalah plus 11,75 dengan silindris minus 1,5. Hal itu dinilai bagus. Sebab saat bayi, setelah jadi korban tsunami, Sarah sempat dioperasi di RS Mata Cicendo, karena matanya kemasukan pasir dan material lainnya pada 2006.
Saat diperiksa, saat itu ternyata Sarah sudah mengidap low vision. Dia lalu dioperasi dan kebetulan Feti adalah dokter yang mengoperasi Sarah. Setelah dioperasi, harusnya seminggu kemudian Sarah memakai kacamata. Bahkan, harusnya Sarah juga terus dikontrol kondisinya.
Tapi hal itu tidak dilakukan, Sarah baru kembali datang ke RS Mata Cicendo, kemarin. "Ini sudah sangat bagus. Jarang anak dioperasi (matanya) waktu bayi berhasil," jelas Feti.
Hal itu merujuk pada penglihatan Sarah yang masih berfungsi, meski tidak dalam kondisi baik. Sarah pun kini harus terus dikontrol untuk menjaga kondisinya. Hal itu agar penglihatannya tidak semakin parah.
Soal penyakit matanya, dia menyebut itu karena faktor keturunan. Sebab ibunya merupakan penderita tunanetra. Tapi kondisi Sarah jauh lebih baik dari ibunya.
"Anak ini menderita low vision, penglihatannya lemah," kata Kepala Spesialis Mata RS Mata Cicendo Feti Karfiati, saat ditemui di RS Mata Cicendo, Kota Bandung, Selasa (17/12/2013).
Dari hasil diagnosa, Sarah ternyata hanya mampu melihat sejauh 1 meter. Dia pun harus menggunakan kacamata. Meski begitu, penglihatannya tidak normal 100 persen, setelah memakai kacamata. "Sekarang setelah diberi kacamata penglihatannya bisa 30 persen," ungkapnya.
Kacamata yang dipakai Sarah adalah plus 11,75 dengan silindris minus 1,5. Hal itu dinilai bagus. Sebab saat bayi, setelah jadi korban tsunami, Sarah sempat dioperasi di RS Mata Cicendo, karena matanya kemasukan pasir dan material lainnya pada 2006.
Saat diperiksa, saat itu ternyata Sarah sudah mengidap low vision. Dia lalu dioperasi dan kebetulan Feti adalah dokter yang mengoperasi Sarah. Setelah dioperasi, harusnya seminggu kemudian Sarah memakai kacamata. Bahkan, harusnya Sarah juga terus dikontrol kondisinya.
Tapi hal itu tidak dilakukan, Sarah baru kembali datang ke RS Mata Cicendo, kemarin. "Ini sudah sangat bagus. Jarang anak dioperasi (matanya) waktu bayi berhasil," jelas Feti.
Hal itu merujuk pada penglihatan Sarah yang masih berfungsi, meski tidak dalam kondisi baik. Sarah pun kini harus terus dikontrol untuk menjaga kondisinya. Hal itu agar penglihatannya tidak semakin parah.
Soal penyakit matanya, dia menyebut itu karena faktor keturunan. Sebab ibunya merupakan penderita tunanetra. Tapi kondisi Sarah jauh lebih baik dari ibunya.
(san)