Dekat lokasi tambang, SMPN 19 Samarinda sering kebanjiran
A
A
A
Sindonews.com - Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 19 Samarinda akhirnya mendapat gedung baru. Sekolah tersebut sering kebanjiran, akibat aktivitas perusahaan tambang batubara PT Lana Harita Indonesia dan PT Buana Rizky Armia.
Kepala SMPN 19 Syahrul mengatakan, banjir disebabkan aktivitas dua perusahaan yang ada di dekat sekolah. Selain kiriman air saat hujan, sekolah ini juga mendapat kiriman lumpur sehingga mengotori sekolah.
“Pemerintah Provinsi Kaltim sudah membangunkan sekolah baru yang lokasi tak jauh dari SMPN 19. Hanya saja, tanggal 19 Desember 2013 nanti baru selesai pembangunannya. Itupun fasilitas pendukung belum lengkap,” katanya, kepada wartawan, Rabu (4/12/2013).
Sehingga, dalam waktu dekat proses belajar mengajar belum bisa dipindahkan ke gedung baru tersebut. Meski kerap kebanjiran, proses belajar mengajar tetap dipaksakan. Banjir yang datang kadang cepat surut, jadi siswa membersihkan lumpur sisa banjir, kemudian melanjutkan pelajarannya.
Syahrul khawatir, pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) di sekolah tersebut terganggu. Apalagi, jika banjir datang saat pelaksanaan ujian. “Kan bisa merusak soal dan lembar jawaban siswa,” katanya.
Untuk itu, pihaknya meminta pemindahan sekolah dilakukan dalam tiga bulan ke depan. Gedung baru yang disiapkan memiliki 10 ruang kelas, tidak ada ruang kepala sekolah, dan guru, serta perpustakaan.
Jumlah ruang kelas tersebut dianggap pas-pasan untuk 287 siswa. “Kami minta tambahan bangunan sederhana saja, seperti aula. Tak perlu ada sekat, tak perlu pintu, yang penting ada atapnya. Bisa kami fungsikan untuk ruang guru dan kepsek sementara,” tambah Syahrul.
Rencananya, bangunan tambahan tersebut diusulkan dibangun oleh perusahaan tambang PT Lana Harita Indonesia sebagai bentuk tanggung jawabnya. Dana yang dikeluarkan perusahaan bisa dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).
“Sayangnya PT Lana Harita menolak membangunkan tambahan ruangan dengan alasan tak punya anggaran. Saya kemudian bilang, perusahaan tak perlu bangunkan apa-apa, yang penting datang dulu melihat kondisi sekolah,” terangnya.
Pihak PT Lana Harita Indonesia, sejauh ini belum bisa dikonfirmasi. Beberapa komunikasi yang diusahakan wartawan untuk konfirmasi tak ada jawaban.
Kepala SMPN 19 Syahrul mengatakan, banjir disebabkan aktivitas dua perusahaan yang ada di dekat sekolah. Selain kiriman air saat hujan, sekolah ini juga mendapat kiriman lumpur sehingga mengotori sekolah.
“Pemerintah Provinsi Kaltim sudah membangunkan sekolah baru yang lokasi tak jauh dari SMPN 19. Hanya saja, tanggal 19 Desember 2013 nanti baru selesai pembangunannya. Itupun fasilitas pendukung belum lengkap,” katanya, kepada wartawan, Rabu (4/12/2013).
Sehingga, dalam waktu dekat proses belajar mengajar belum bisa dipindahkan ke gedung baru tersebut. Meski kerap kebanjiran, proses belajar mengajar tetap dipaksakan. Banjir yang datang kadang cepat surut, jadi siswa membersihkan lumpur sisa banjir, kemudian melanjutkan pelajarannya.
Syahrul khawatir, pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) di sekolah tersebut terganggu. Apalagi, jika banjir datang saat pelaksanaan ujian. “Kan bisa merusak soal dan lembar jawaban siswa,” katanya.
Untuk itu, pihaknya meminta pemindahan sekolah dilakukan dalam tiga bulan ke depan. Gedung baru yang disiapkan memiliki 10 ruang kelas, tidak ada ruang kepala sekolah, dan guru, serta perpustakaan.
Jumlah ruang kelas tersebut dianggap pas-pasan untuk 287 siswa. “Kami minta tambahan bangunan sederhana saja, seperti aula. Tak perlu ada sekat, tak perlu pintu, yang penting ada atapnya. Bisa kami fungsikan untuk ruang guru dan kepsek sementara,” tambah Syahrul.
Rencananya, bangunan tambahan tersebut diusulkan dibangun oleh perusahaan tambang PT Lana Harita Indonesia sebagai bentuk tanggung jawabnya. Dana yang dikeluarkan perusahaan bisa dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).
“Sayangnya PT Lana Harita menolak membangunkan tambahan ruangan dengan alasan tak punya anggaran. Saya kemudian bilang, perusahaan tak perlu bangunkan apa-apa, yang penting datang dulu melihat kondisi sekolah,” terangnya.
Pihak PT Lana Harita Indonesia, sejauh ini belum bisa dikonfirmasi. Beberapa komunikasi yang diusahakan wartawan untuk konfirmasi tak ada jawaban.
(san)