Minat baca masyarakat Indonesia ketiga dari bawah
A
A
A
Sindonews.com - Minat baca warga DIY dan Indonesia pada umumnya masih rendah. Berdasarkan indeks baca nasional, minat baca di DIY hanya 0,18 dan nasional 0,01. Bila dibadingkan dengan negara-negara maju, angka ini terpaut jauh. Sebab rata-rata indeks baca di negara tersebut antara 0.45 sampai dengan 0,62.
Indonesia sendiri untuk minat baca menduduki urutan ketiga dari bawah di dunia. Membaca yang belum menjadi budaya dan lebih senang dengan budaya tutur serta menonton, ditenggarai menjadi penyebabnya.
“Ini menunjukkan minat baca warga sangat memprihatinkan,” ungkap kepala badan perpusataan dan arsip daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo di sela-sela roadshow perpustakaan nasional di Purawisata, Yogyakarta, Kamis (19/9/2013).
Budi menjelaskan, untuk meningkatkan minat baca tersebut, selain dengan mengelorakan dan mengoptimalkan sarana membaca, juga dengan merubah pola pikir. Yaitu dari budaya tutur dan tonton, menjadi budaya baca.
Untuk optimalisasi sarana membaca, dalam hal ini perpustakaan, juga harus dapat memenuhi kebutuhan para pemustaka serta pelayanan yang diberikan harus berkarakter dan berbudaya.
“Minat baca ini juga harus dikembangkan dari keluarga, sekolah dan menjadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah,” paparnya.
Menurut Budi, selain untuk menumbuhkan minat baca agar menjadi budaya, harus disiapkan sedini mungkin. Sebab hanya dengan membacalah, kemajuan bangsa dan kualitas sebagai sumber daya manusia (SDM) dapat lebih ditingkatkan. Membaca adalah kunci kemajuan zaman.
Indonesia sendiri untuk minat baca menduduki urutan ketiga dari bawah di dunia. Membaca yang belum menjadi budaya dan lebih senang dengan budaya tutur serta menonton, ditenggarai menjadi penyebabnya.
“Ini menunjukkan minat baca warga sangat memprihatinkan,” ungkap kepala badan perpusataan dan arsip daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo di sela-sela roadshow perpustakaan nasional di Purawisata, Yogyakarta, Kamis (19/9/2013).
Budi menjelaskan, untuk meningkatkan minat baca tersebut, selain dengan mengelorakan dan mengoptimalkan sarana membaca, juga dengan merubah pola pikir. Yaitu dari budaya tutur dan tonton, menjadi budaya baca.
Untuk optimalisasi sarana membaca, dalam hal ini perpustakaan, juga harus dapat memenuhi kebutuhan para pemustaka serta pelayanan yang diberikan harus berkarakter dan berbudaya.
“Minat baca ini juga harus dikembangkan dari keluarga, sekolah dan menjadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah,” paparnya.
Menurut Budi, selain untuk menumbuhkan minat baca agar menjadi budaya, harus disiapkan sedini mungkin. Sebab hanya dengan membacalah, kemajuan bangsa dan kualitas sebagai sumber daya manusia (SDM) dapat lebih ditingkatkan. Membaca adalah kunci kemajuan zaman.
(san)