Puncak kemarau diprediksi Oktober

Minggu, 15 September 2013 - 16:12 WIB
Puncak kemarau diprediksi...
Puncak kemarau diprediksi Oktober
A A A
Sindonews.com - Puncak kemarau di wilayah Cirebon khususnya diprediksi terjadi Oktober mendatang. Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG) wilayah Cirebon Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, memperkirakan September hingga Oktober tidak akan ada hujan yang turun.

Suhu udara di wilayah Cirebon sendiri saat ini mencapai batas maksimum yakni 35 derajat celcius. Masyarakat diimbau mengenakan pelindung, seperti topi maupun payung saat keluar rumah karena panas yang menyengat.

Forecaster BMKG wilayah Cirebon Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn menyebutkan, saat ini suhu muka laut cenderung panas. Kondisi itu membuat tidak akan menyebabkan terbentuknya awan mendung yang dapat menurunkan hujan.

Musim kemarau sendiri, dikatakan dia telah melanda wilayah Cirebon sejak Juni lalu. “Hanya saja saat itu masih ada hujan yang terjadi hingga Agustus,” tutur dia, Minggu (15/9/2013).

Untuk September hingga Oktober nanti, dia menyatakan diperkirakan tak ada hujan. Sedangkan puncak kemarau sendiri diprediksi terjadi Oktober. Masyarakat diminta mewaspadai terjadinya kekeringan, khususnya petani, dengan melakukan antisipasi sejak kini.

Sementara itu, menghadapi kemarau ini, PDAM Kota Cirebon menyiapkan tiga mobil tangki keliling yang akan beroperasi setiap hari wilayah yang kerap kesulitan air bersih saat kemarau. Direkur Utama PDAM Kota Cirebon, Sofyan Satari mengakui, kesulitan air bersih menjadi masalah rutin setiap menghadapi kemarau.

“Kami berupaya melakukan antisipasi menghadapi kemungkinan itu, meski sejauh ini di Kota Cirebon sendiri belum pernah kekurangan air yang parah saat kemarau,” kata dia.

Saat ini, meski telah kemarau, kebutuhan air bersih masih bisa teratasi. Dia mengaku, belum ada permintaan dari warga akan kebutuhan air bersih. Kalaupun ada, dia memastikan, PDAM telah siap memenuhinya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Produksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Supardi, mengungkapkan, akibat anomali cuaca terjadi selama beberapa bulan terakhir, para petambak garam baru bisa memproduksi awal September ini. Padahal seharusnya produksi telah dilakukan sejak Juni lalu.

Produksi garam pun diduga mengalami penurunan. “Pada 2011 pernah terjadi anomali cuaca seperti pada 2013 ini, yang mengakibatkan produksi garam di Kabupaten Cirebon anjlok karena kemarau basah. Untuk saat ini, kami masih melakukan pendataan,” terang dia.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1342 seconds (0.1#10.140)