Camat Andir: PSK Saritem menyebar ke jalan
A
A
A
Sindonews.com - Lokalisasi Saritem belakangan namanya kembali mencuat, setelah ada insiden penembakan oleh anggota kepolisian Briptu J terhadap seorang tamu lokalisasi, bernama Arif Tampubolon, pada Sabtu 31 Agustus 2013.
Mencuatnya kasus ini, seolah membuka kembali lembaran 'hitam' lokalisasi Saritem yang sejak 2007 sudah ditutup oleh Pemkot Bandung, namun masih ada kegiatan jual beli seks. Lalu kira-kira, apa kata Camat Andir mengenai masih adanya kegiatan itu?
"Saritem itu memang sudah ditutup. Dan sekarang kebanyakan mereka (PSK) itu keluar, bahkan sampai ke Jalan Kebon Jati, dan Jalan Gardu Jati," kata Camat Andir Eddy Marwoto, kepada wartawan, Selasa (3/9/2013).
Eddy mengaku, sejak penutupan pada tahun 2007, aparat setempat bersama Satpol PP Kota Bandung terus melakukan pemantauan di Saritem.
Selain pemantauan, dengan berdirinya pesantren disekitar lokalisasi itu pun membuat aparat terus berkoordinasi untuk melakukan pembinaan dan pemantauan. "Kita tidak mentolerir adanya lokalisasi. Pada prinsipnya itu sudah ditutup," tegasnya.
Menurutnya, sejak penutupan yang dilakukan pemkot, para pelanggan yang ingin ke Saritem mulai segan untuk mencari PSK hingga kedalam gang.
Namun, dengan kondisi seperti ini dia mengakui jika proses transaksi pun ikut berubah. Bahkan kini, para pelanggan banyak yang memesan PSK untuk bertransaksi di luar Saritem.
Ditanya mengenai data PSK yang ada, Eddy mengaku tidak mengetahuinya. "Dari dulu sudah ditutup, tidak mungkin mendata. Kalau sudah ditutup otomatis seharusnya tidak ada lagi PSK," pungkasnya.
Mencuatnya kasus ini, seolah membuka kembali lembaran 'hitam' lokalisasi Saritem yang sejak 2007 sudah ditutup oleh Pemkot Bandung, namun masih ada kegiatan jual beli seks. Lalu kira-kira, apa kata Camat Andir mengenai masih adanya kegiatan itu?
"Saritem itu memang sudah ditutup. Dan sekarang kebanyakan mereka (PSK) itu keluar, bahkan sampai ke Jalan Kebon Jati, dan Jalan Gardu Jati," kata Camat Andir Eddy Marwoto, kepada wartawan, Selasa (3/9/2013).
Eddy mengaku, sejak penutupan pada tahun 2007, aparat setempat bersama Satpol PP Kota Bandung terus melakukan pemantauan di Saritem.
Selain pemantauan, dengan berdirinya pesantren disekitar lokalisasi itu pun membuat aparat terus berkoordinasi untuk melakukan pembinaan dan pemantauan. "Kita tidak mentolerir adanya lokalisasi. Pada prinsipnya itu sudah ditutup," tegasnya.
Menurutnya, sejak penutupan yang dilakukan pemkot, para pelanggan yang ingin ke Saritem mulai segan untuk mencari PSK hingga kedalam gang.
Namun, dengan kondisi seperti ini dia mengakui jika proses transaksi pun ikut berubah. Bahkan kini, para pelanggan banyak yang memesan PSK untuk bertransaksi di luar Saritem.
Ditanya mengenai data PSK yang ada, Eddy mengaku tidak mengetahuinya. "Dari dulu sudah ditutup, tidak mungkin mendata. Kalau sudah ditutup otomatis seharusnya tidak ada lagi PSK," pungkasnya.
(san)