2% bayi di Jabar belum terimunisasi

Kamis, 22 Agustus 2013 - 19:30 WIB
2% bayi di Jabar belum...
2% bayi di Jabar belum terimunisasi
A A A
Sindonews.com - Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi mengintruksikan seluruh Kepala Dinas Kesehatan di Indonesia untuk menyisir bayi yang belum diimunisasi agar mereka terbebas dari ancaman penyakit, kecacatan, dan bahkan kematian.

"Saat ini cakupan imunisasi bayi di Indonesia mencapai 86 persen. Namun kita tidak usah melihat prosentasi tersebut. Yang harus kita perbuat adalah memastikan semua bayi terimunisasi dengan baik," ujar Menkes saat pencanangan Vaksin Pentavalen dan Imunisasi Lanjutan pada anak di Lapang Karangpawitan, Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Karawang, Rabu (22/8/2013).

Dikatakan, program imunisasi pentavalen merupakan salah satu prioritas karena imunisasi ini
dapat melindungi dari ancaman penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), vaksin Haemophilus Influenza type b (Hib) dan vaksin DPT serta hepatitis B.

Vaksin pengembangan dari vaksin Tetravalen (DPT-HB) kombinasi buatan Indonesia itu disebut pentavalen karena merupakan gabungan dari 5 antigen, yaitu DPT (Difetri, Pertusis dan Tetanus), Hepatitis B, serta Hib.

Kini kelima antigen tersebut diberikan dalam satu suntikan sehingga menjadi lebih efisien, tidak menambah jumlah suntikan pada anak sehingga memberikan kenyamanan bagi bayi yang mendapat imunisasi beserta ibunya.

"2-3 juta kematian dan kecacatan dapat dicegah dengan imunisasi," katanya.

Menurutnya, program imunisasi di Indonesia telah mencapai sukses ditandai dengan, hilangnya penyakit cacar pada tahun 1974, tidak di temukannya lagi penderita polio pada tahun 2006, dan tetanus pada ibu dan bayi baru lahir sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyrakat di Indonesia bagian Tengah, Barat, dan Tengah, walaupun masih menjadi masalah di Indonesia bagian timur.

Sementara itu pada tahun 2012, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia mencapai 86,8 persen, dengan demikian sudah lebih dari 4 juta bayi di indonesia telah mendapatkan imunisasi lengkap pada tahun tersebut. Angka ini melampaui target yang telah ditetapkan yakni sebesar 85 persen.

"Di setiap tingkatan pemerintahan perlu menyadari bahwa imunisasi adalah investasi, karena biaya pencegahan akan selalu lebih murah daripada biaya pengobatan dan biaya lain yang muncul jika seseorang telah jatuh sakit," katanya.

Dikatakan juga, saat ini program imunisasi bayi Indonesia masih mengandalkan bantuan dana dari negara luar.

"Bantuan dari pihak luar berbatas waktu, yakni hanya sampai 2016. Namun setelah bantuan terhenti program imunisasi harus tetap jalan, dan pemerintah telah menyiapkan anggaran untul hal tersebut," ujar Menkes.

Sementara itu faktor geografis dan pendidikan menjadi kendala dalam cakupan pelayanan vaksin di Jawa barat, akibatnya sekitar 2 persen bayi di Jabar belum terimunisasi vaksin.

Hal tersebut diungkapkan Alma Lucyati Kadinkes Permprov Jabar usai acara. "Ada UU, hak, anak wajib mendapatkan pelayanan karena anak merupakan salah satu investasi yang tak bisa digantikan, yaitu anak yang bermutu yang tidak memiliki penyakit, jadi imunisasi harus tercapai," ujarnya

Akibat dari faktor tersebut 2 persen bayi belum terimunisasi, karena pelayanannnya tersendat seperti di utara, yaitu Cirebon, Garut dan pesisir lainnya.

"Jabar selatan sulit tersentuh juga, hal itu diakibatkan faktor geografis dan pendidikan," jelasnya.

Sementara itu distribusi vaksin saat ini dinilai aman karena pihaknya memiliki "rantai dingin" atau mobil yang memiliki pendingin (freezer) bagi vaksin yang dapat dibawa kemana-mana dan telah di berikan kepada semua dinas.

"Semua dinas punya (rantai dingin). Sudah mulai perhitungan, jadi si kulkas (freezer) enggak asal-asalan karena sudah ada sistemnya, satu dinas satu, kalo satu puskesmas sangat mahal. Dan itu di dropnya tiap hari," ujarnya.

Dikatakan, ketahanan vaksin hanya dapat bertahan selama tiga bulan sehingga dengan adanya rantai dingin tersebut, ketahanan vaksin dapat terjaga dengan baik.

Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar berharap, dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi momentum strategis dalam cakupan imunisasi guna mensejahterakan Indonesia yang berkualitas.

"Sebagaimana dimaklumi imunisasi memiliki kontribusi besar dalam angka pesakitan, sekaligus angka kematian balita, dan anak dalam meningkatkan kesejahteraan dan kuaitas bangsa," katanya.

Dikatakan cakupan imunisasi hingga kini terus dilakukan terus menerus di provinsi Jabar sendiri capaian imunisasi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Sekitar 91,7 persen pada tahun 2012.

"Capaian positif ini bukan hanya selain lebih giat lagi tapi imunisasi ini lebih baik lagi. Diharapkan semua imunisasi jabar hingga 100 persen dan anak drop out bisa direduksi secara optimal," katanya.

Sementara itu, program penguatan kekebalan dengan imunisasi pentavalen dan program imunisasi lanjutan akan dimulai tahun ini di empat provinsi yaitu jawa barat, DIY, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Untuk selanjutnya, pelaksanaan program serupa di provinsi lainnya akan dilakukan pada tahun 2014.

Dalam acara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar juga hadir didampingi Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jabar Alma Lucyati, dan Bupati Karawang Ade Swara.

Turut hadir pula penyandang dana program imunisasi di Indonesia Deputy CEO of the GAVI Alliance Helen Evans, perwakilan UNICEF Angela Kearney, perwakilan WHO Dr Khanchit Limpakarnjanarat, dan perwakilan AusAID James Gilling.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1064 seconds (0.1#10.140)