Angka kejahatan di Jateng tinggi, polisi kurang patroli

Selasa, 16 Juli 2013 - 01:02 WIB
Angka kejahatan di Jateng tinggi, polisi kurang patroli
Angka kejahatan di Jateng tinggi, polisi kurang patroli
A A A
Sindonews.com - Anatomi kasus pencurian dengan kekerasan (curras) pada semester pertama 2013 di Jawa Tengah, menyebutkan modus tertinggi kejahatan ini terjadi di jalan umum. Analisa akan hal ini, adalah patroli polisi masih kurang pada jam rawan.

Selain itu, berdasarkan data dari Polda Jawa Tengah, anggota polri termasuk dari satuan wilayah tidak pernah menangkap tangan pelaku curras, ini juga membuktikan kurangnya patroli.

Kejahatan curras ini meliputi perampasan, penjambretan, hingga perampokan. Model kejahatan yang tentu meresahkan masyarakat.

Pada semester awal 2013 ini, tercatat ada 74 kasus curras modus jambret dan perampasan, dan 99 kasus perampokan di Jawa Tengah. Wilayah hukum Polrestabes Semarang, masih tertinggi jumlah kejadiannya di antara Polres-Polres di bawah Polda Jawa Tengah.

Jalan umum menjadi tempat yang paling sering terjadi, tercatat ada 53 curras jambret dan 41 perampokan. Waktu kejadiannya paling sering antara pukul 00.00-03.00.

Koordinator Indonesian Police Watch (IPW) Jawa Tengah Untung Budiarso mengatakan, selain perlu meningkatkan patroli keamanan, polisi diminta membuat terobosan baru tindakan-tindakan kepolisian.

"Polisi harus buat langkah yang tidak monoton, sehingga tidak mudah dibaca oleh penjahat. Untuk patroli harus ditingkatkan, karena sarananya baik mobil maupun motor sudah demikian lengkap," katanya saat dihubungi wartawan, kemarin.

Selain itu, kata dia, antisipasi polisi juga tidak boleh monoton. Artinya, penanganan hanya sebatas ada kejadian baru bergerak, sedangkan kejahatan tetap saja terulang.

"Perlu pengenalan anatomi kejahatan di suatu wilayah, atau pemetaan wilayah rawan kejahatan. Selain itu, upaya preventif melalui pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan," tambahnya.

Terpisah, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Djihartono, mengatakan berdasarkan data yang tercatat, tingkat penyelesaian kejahatan di Jawa Tengah adalah 63,0 persen.

Itu didasarkan 8.631 kasus kriminal yang terjadi, dan 5.437 diantaranya dapat diselesaikan polisi. Persentase penyelesaian naik, pada semester II di 2012, tercatat ada 9.305 kejadian kriminal dan baru 5.029 diantaranya diselesaikan atau masih 50,04 persen.

"Untuk curras itu, rata-rata dilakukan pengangguran. Itu berdasarkan profesi pelaku yang sudah tertangkap petugas. Kami tentu terus melakukan berbagai upaya, pencegahan hingga penindakan," terangnya.

Terkait Ramadan hingga Idul Fitri mendatang, kata dia, kejahatan diprediksi naik. Ini seiring meningkatnya kebutuhan dan aktivitas masyarakat.

"Kami lakukan pengamanan merata, tidak terkecuali toko-toko emas atau objek lain yang kerap jadi sasaran. Anggota tidak boleh tinggalkan tempat tugas. Jateng masih kondusif," tandasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9607 seconds (0.1#10.140)