Sangiran, situs fosil purba yang diakui dunia
A
A
A
Di Indonesia, ada situs prasejarah lengkap yang berisi sisa - sisa kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Di situs itu, terdapat beragam fosil manusia puba, fosil fauna, fosil tumbuhan, artefak dan lapisan tanah yang terendapkan secara alamiah tidak kurang dari 2 juta tahun silam.
Situs tersebut adalah Sangiran. Terletak 15 km di sebelah utara Kota Solo, tepatnya di wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews, situs Sangiran memiliki luas kurang lebih 78 km2. Atas beragam kelebihan tersebut UNESCO menetapkan situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. 593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Dengan adanya pengakuan dari UNESCO membuktikan bahwa kekayaan potensi Sangiran bagi ilmu pengetahuan semakin diakui dunia, ketika fosil-fosil manusia ditemukan karena kurang lebih separuh dari jumlah populasi temuan fosil Homo Erectus di seluruh dunia berasal dari Sangiran dan situs di sekitarnya.
"Diperkirakan, di dalam lapisan tanah seluas itu, beragam fosil manusia purba masih terkubur," kata Kepala Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) Harry Widianto.
Menurutnya, situs Sangiran menjadi area penelitian kehidupan prasejarah terpenting dan terlengkap di dunia, khususnya di Asia. Situs Sangiran terbentang meliputi Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh di Sragen, serta Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Menurut Harry Widianto, keistimewaan yang ada di Sangiran adalah fosil Homo Erectus yang dinilai memegang peran penting dalam evolusi manusia. Temuan fosil tengkorak yang paling terkenal di dunia karena temuan yang relatif lengkap disebut Sangiran 17 (S17).
S17 merupakan Masterpiece Sangiran karena wajah Homo Erectus dapat direkonstruksi secara utuh dan duplikat dan S17 dapat ditemukan hampir di berbagai museum-museum prasejarah utama di dunia.
"Ciri fisik Sangiran 17 dengan dahi sangat datar, tulang kening menonjol, orbit mata persegi, pipi lebar menonjol, mulut menjorok ke depan, tengkorak pendek memanjang. Berdasarkan morfologi tengkorak S17 adalah individu laki-laki dewasa, dia hidup di Sangiran pada saat Sangiran didominasi lingkungan sungai yang luas sekitar 700.000 tahun yang lalu," jelasnya.
Selain itu, disebutkan, Homo Erectus di Sangiran telah membuat berbagai macam alat-alat dari batu dengan berbagai ukuran. Artefak-artefak batu tersebut didominasi oleh jenis alat-alat serpih yang kecil sekitar 2 - 4 cm, tipis, dan tajam yang sebagian besar dibuat dari batuan kalsedon.
Dominasi alat serpih tersebut menyebabkan sebutan yang terkenal yaitu “Industri Serpih Sangiran” (Sangiran-Flakes Industry). Jenis alat serpih ini ditemukan di setiap tingkatan perlapisan tanah, mulai dari 1, 2 – 0, 2 juta tahun yang lalu.
Selain itu juga ditemukan alat-alat yang lebih besar, umumnya dibuat dari batu andesit kersikan, berupa kapak penetak, kapak perimbas, kapak genggam, dan bola batu. Alat tulang berupa penusuk yang dibuat dari tulang-tulang binatang besar juga ditemukan.
Sementara itu, Mendikbud Muhammad Nuh menyatakan, ada lima hal menarik dari situs manusia purba Sanggiran ini. Pertama, situs ini merupakan salah satu situs manusia purba yang berusia dua juta tahun lalu. Kedua, memiliki koleksi lebih dari 80 individu manusia purba Takson Homo Erectus antara 1, 5 - 0, 4 juta tahun lalu yang menggambarkan sejarah evolusi manusia selama lebih dari satu juta tahun.
Ketiga, sebagai pusat evaluasi fauna lebih dari dua juta tahun. Keempat, sebagai pusat evaluasi budaya yang ditandai dengan alat-alat batu Sangiran flake industry selama 1, 2 juta tahun. Kelima, dalam endapan-endapan purba Sangiran saat ini, masih banyak terpendam fosil manusia, binatang, dan juga alat-alat batu sebagai sumber informasi kehidupan masa lalu.
Di situs Sangiran ini terdapat tiga 3 jenis koleksi. Pertama, koleksi manusia purba yang terdiri dari homo sapiens (150 ribu tahun lalu-sekarang) dan homo erectus (1, 5 juta tahun lalu). Kedua, koleksi binatang purba (Gajah Sangiran), dan ketiga yaitu koleksi budaya berupa batu-batuan.
Situs tersebut adalah Sangiran. Terletak 15 km di sebelah utara Kota Solo, tepatnya di wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews, situs Sangiran memiliki luas kurang lebih 78 km2. Atas beragam kelebihan tersebut UNESCO menetapkan situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia no. 593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Dengan adanya pengakuan dari UNESCO membuktikan bahwa kekayaan potensi Sangiran bagi ilmu pengetahuan semakin diakui dunia, ketika fosil-fosil manusia ditemukan karena kurang lebih separuh dari jumlah populasi temuan fosil Homo Erectus di seluruh dunia berasal dari Sangiran dan situs di sekitarnya.
"Diperkirakan, di dalam lapisan tanah seluas itu, beragam fosil manusia purba masih terkubur," kata Kepala Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) Harry Widianto.
Menurutnya, situs Sangiran menjadi area penelitian kehidupan prasejarah terpenting dan terlengkap di dunia, khususnya di Asia. Situs Sangiran terbentang meliputi Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh di Sragen, serta Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Menurut Harry Widianto, keistimewaan yang ada di Sangiran adalah fosil Homo Erectus yang dinilai memegang peran penting dalam evolusi manusia. Temuan fosil tengkorak yang paling terkenal di dunia karena temuan yang relatif lengkap disebut Sangiran 17 (S17).
S17 merupakan Masterpiece Sangiran karena wajah Homo Erectus dapat direkonstruksi secara utuh dan duplikat dan S17 dapat ditemukan hampir di berbagai museum-museum prasejarah utama di dunia.
"Ciri fisik Sangiran 17 dengan dahi sangat datar, tulang kening menonjol, orbit mata persegi, pipi lebar menonjol, mulut menjorok ke depan, tengkorak pendek memanjang. Berdasarkan morfologi tengkorak S17 adalah individu laki-laki dewasa, dia hidup di Sangiran pada saat Sangiran didominasi lingkungan sungai yang luas sekitar 700.000 tahun yang lalu," jelasnya.
Selain itu, disebutkan, Homo Erectus di Sangiran telah membuat berbagai macam alat-alat dari batu dengan berbagai ukuran. Artefak-artefak batu tersebut didominasi oleh jenis alat-alat serpih yang kecil sekitar 2 - 4 cm, tipis, dan tajam yang sebagian besar dibuat dari batuan kalsedon.
Dominasi alat serpih tersebut menyebabkan sebutan yang terkenal yaitu “Industri Serpih Sangiran” (Sangiran-Flakes Industry). Jenis alat serpih ini ditemukan di setiap tingkatan perlapisan tanah, mulai dari 1, 2 – 0, 2 juta tahun yang lalu.
Selain itu juga ditemukan alat-alat yang lebih besar, umumnya dibuat dari batu andesit kersikan, berupa kapak penetak, kapak perimbas, kapak genggam, dan bola batu. Alat tulang berupa penusuk yang dibuat dari tulang-tulang binatang besar juga ditemukan.
Sementara itu, Mendikbud Muhammad Nuh menyatakan, ada lima hal menarik dari situs manusia purba Sanggiran ini. Pertama, situs ini merupakan salah satu situs manusia purba yang berusia dua juta tahun lalu. Kedua, memiliki koleksi lebih dari 80 individu manusia purba Takson Homo Erectus antara 1, 5 - 0, 4 juta tahun lalu yang menggambarkan sejarah evolusi manusia selama lebih dari satu juta tahun.
Ketiga, sebagai pusat evaluasi fauna lebih dari dua juta tahun. Keempat, sebagai pusat evaluasi budaya yang ditandai dengan alat-alat batu Sangiran flake industry selama 1, 2 juta tahun. Kelima, dalam endapan-endapan purba Sangiran saat ini, masih banyak terpendam fosil manusia, binatang, dan juga alat-alat batu sebagai sumber informasi kehidupan masa lalu.
Di situs Sangiran ini terdapat tiga 3 jenis koleksi. Pertama, koleksi manusia purba yang terdiri dari homo sapiens (150 ribu tahun lalu-sekarang) dan homo erectus (1, 5 juta tahun lalu). Kedua, koleksi binatang purba (Gajah Sangiran), dan ketiga yaitu koleksi budaya berupa batu-batuan.
(rsa)