Balita 15 bulan tewas terlantar di RS
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin, membantah jika pihak rumah sakit menolak Revan, balita berusia 15 bulan. Bahkan, Naisyah mengeluh jika kurang minimnya ruang perawatan intensif khusus untuk anak-anak atau picu menjadi penyebabnya.
Naisyah menjelaskan, minimnya ruang perawatan intensif khusus untuk anak-anak menjadi alasan terlambatnya penanganan terhadap Revan. Empat rumah sakit yang didatangi, dua diantaranya diakui tidak memiliki picu, yakni Rumah Sakit Daya dan Rumah Sakit Ibnu Sina.
Sedangkan ruangan picu di dua rumah sakit lainnya, yakni Wahidin dan Awal Bros diakui full. Akibatnya, penolakan itu, Revan meninggal dunia. Dia menderita muntaber, dan tidak mendapatkan perawatan dari rumah sakit, karena hanya pasien Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Sementara itu, suasana rumah Revan, di Jalan H Kalla, Makassar, masih dirundung duka. Para pelayat, silih berganti menghaturkan bela sungkawa kepada orang tua, dan keluarga Revan.
Kedua orang tua Revan menilai, nyawa anak bungusnya tidak tertolong lantaran keterlabatan menadapatkan perawatan medis. Hingga, anaknya menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
Sebelumnya, dia sempat mendapatkan perawatan medis selama 12 jam. Itupun dengan membayar biaya sebesar Rp4 juta, dari hasil pinjaman dari tetangga. Sementara, saat menunjukkan kartu Jamkesda miliknya, dia ditolak.
Naisyah menjelaskan, minimnya ruang perawatan intensif khusus untuk anak-anak menjadi alasan terlambatnya penanganan terhadap Revan. Empat rumah sakit yang didatangi, dua diantaranya diakui tidak memiliki picu, yakni Rumah Sakit Daya dan Rumah Sakit Ibnu Sina.
Sedangkan ruangan picu di dua rumah sakit lainnya, yakni Wahidin dan Awal Bros diakui full. Akibatnya, penolakan itu, Revan meninggal dunia. Dia menderita muntaber, dan tidak mendapatkan perawatan dari rumah sakit, karena hanya pasien Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Sementara itu, suasana rumah Revan, di Jalan H Kalla, Makassar, masih dirundung duka. Para pelayat, silih berganti menghaturkan bela sungkawa kepada orang tua, dan keluarga Revan.
Kedua orang tua Revan menilai, nyawa anak bungusnya tidak tertolong lantaran keterlabatan menadapatkan perawatan medis. Hingga, anaknya menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
Sebelumnya, dia sempat mendapatkan perawatan medis selama 12 jam. Itupun dengan membayar biaya sebesar Rp4 juta, dari hasil pinjaman dari tetangga. Sementara, saat menunjukkan kartu Jamkesda miliknya, dia ditolak.
(san)