5 Daerah di Sulsel endemis anthraks
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Peternakan (Disnak) Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan lima kabupaten/kota di wilayahnya endemis bakteri anthraks. Kelima daerah itu adalah Kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa, Pangkep, dan Bone.
Penetapan itu disebabkan daerah-daerah ini memiliki sejarah anthraks sehingga otomatis masuk dalam kategori endemis penyebaran bakteri anthraks. Meski demikian, Disnak menjamin jika hal ini tidak akan mengganggu produktivitas sapi di Sulsel sebagai salah satu sentra produksi ternak sapi di Indonesia.
“Kondisi di daerah-daerah ini sudah aman. Untuk Kabupaten Takalar yang diduga suspect masih dalam penyelidikan. Yang pasti tim Disnak Provinsi sudah turun dan sementara dalam pemeriksaan laboratorium," ungkap Sekretaris Dinas Peternakan Sulsel, M Kafil, Jumat (31/5/2013).
Dia menjelaskan, untuk mengantisipasi penyebaran bakteri anthraks, pihaknya sudah menyediakan vaksin se Sulsel yang bersumber dari pembiayaan APBD Provinsi dan APBN.
Dalam hal ini Disnak Sulsel memang mendahulukan vaksinansi ternak di daerah-daerah yang dinilai rawan penyebaran. Sebab tidak semua hewan juga perlu divaksin. Hanya hewan yang ada di desa yang pernah terkena antraks saja dan desa disekelilingnya.
Langkah lain, dengan melakukan bio security atau penyemprotan kandang dan pengawasan terhadap jalur migrasi hewan. Setiap ternak yang dikeluarkan atau dijual ke luar kabupaten/kota harus dilengkapi surat keterangan berbadan sehat dari Disnak setempat.
Upaya lain, dengan pemeriksaan fisik hewan. Bila sapi terlihat dungu, lesu atau suhu badan tinggi, petugas akan memeriksanya lagi secara cermat. ''Jadi, pemeriksaan awal bisa lewat pengamatan perilaku fisik hewan,'' jelasnya.
Dengan model ini, sapi yang menderita antraks bisa diketahui secara dini. Salah satu gejala yang hampir bisa dipastikan terserang anthraks adalah dari anus, hidung, telinga, dan kulit binatang tersebut mengeluarkan darah.
"Bila sudah ada tanda-tanda seperti itu, sapi tidak boleh dipotong dan harus segera dibakar dan dikubur. Dengan demikian, spora tidak akan menular pada manusia," urainya
Sebelumya Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan (kasubdin Keswan) Disnak Gowa Junaedi mengatakan, Gowa memiliki empat kecamatan rawan anthraks yakni Bontonompo, Bajeng, Manuju, dan Pattallassang.
"Pernah ada kejadian di tahun 2006 dan 2009 lalu. Tapi Gowa secara umum sudah aman," ungkapnya.
Penetapan itu disebabkan daerah-daerah ini memiliki sejarah anthraks sehingga otomatis masuk dalam kategori endemis penyebaran bakteri anthraks. Meski demikian, Disnak menjamin jika hal ini tidak akan mengganggu produktivitas sapi di Sulsel sebagai salah satu sentra produksi ternak sapi di Indonesia.
“Kondisi di daerah-daerah ini sudah aman. Untuk Kabupaten Takalar yang diduga suspect masih dalam penyelidikan. Yang pasti tim Disnak Provinsi sudah turun dan sementara dalam pemeriksaan laboratorium," ungkap Sekretaris Dinas Peternakan Sulsel, M Kafil, Jumat (31/5/2013).
Dia menjelaskan, untuk mengantisipasi penyebaran bakteri anthraks, pihaknya sudah menyediakan vaksin se Sulsel yang bersumber dari pembiayaan APBD Provinsi dan APBN.
Dalam hal ini Disnak Sulsel memang mendahulukan vaksinansi ternak di daerah-daerah yang dinilai rawan penyebaran. Sebab tidak semua hewan juga perlu divaksin. Hanya hewan yang ada di desa yang pernah terkena antraks saja dan desa disekelilingnya.
Langkah lain, dengan melakukan bio security atau penyemprotan kandang dan pengawasan terhadap jalur migrasi hewan. Setiap ternak yang dikeluarkan atau dijual ke luar kabupaten/kota harus dilengkapi surat keterangan berbadan sehat dari Disnak setempat.
Upaya lain, dengan pemeriksaan fisik hewan. Bila sapi terlihat dungu, lesu atau suhu badan tinggi, petugas akan memeriksanya lagi secara cermat. ''Jadi, pemeriksaan awal bisa lewat pengamatan perilaku fisik hewan,'' jelasnya.
Dengan model ini, sapi yang menderita antraks bisa diketahui secara dini. Salah satu gejala yang hampir bisa dipastikan terserang anthraks adalah dari anus, hidung, telinga, dan kulit binatang tersebut mengeluarkan darah.
"Bila sudah ada tanda-tanda seperti itu, sapi tidak boleh dipotong dan harus segera dibakar dan dikubur. Dengan demikian, spora tidak akan menular pada manusia," urainya
Sebelumya Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan (kasubdin Keswan) Disnak Gowa Junaedi mengatakan, Gowa memiliki empat kecamatan rawan anthraks yakni Bontonompo, Bajeng, Manuju, dan Pattallassang.
"Pernah ada kejadian di tahun 2006 dan 2009 lalu. Tapi Gowa secara umum sudah aman," ungkapnya.
(rsa)