Harimau betina Sumatera di KBS sekarat
A
A
A
Sindonews.com - Manajemen Kebun Binatang Surabaya (KBS) harus memberikan perhatian ekstra pada koleksi satwa yang ada di sana. Hari ini, seekor Harimau Sumatera bernama Melani kondisinya semakin parah.
Sakit yang diderita Harimau betina berumur 15 tahun tersebut mirip dengan Harimau Rozek yang mati beberapa pekan lalu karena sakit pencernaan.
Saat ini, harimau yang sakit tersebut dikandangkan berdekatan dengan kandang Harimau Putih.Terlihat Harimau tersebut sangat kurus, saking kurusnya perutnya menjorok ke dalam. Gerak-geriknya juga terlihat tidak beres, sama sekali tidak terlihat bersemangat untuk menjalani hidup. Namun, walau begitu saat diberikan makan tetap lahap seperti harimau lainnya.
Melani sendiri sebenarnya sudah sakit sejak empat tahun lalu. Namun, hingga saat ini belum juga sembuh dari penyakit yang dideritanya. Awalnya, Head Keeper KBS M Rofii mengetahui sakitnya harimau peranakan KBS asli tersebut saat melihat kotoran Melani yang masih utuh dan berupa daging.
Lama-kelamaan, ternyata harimau tersebut semakin kurus. Awalnya, berat badan Melani normal sekitar 90 kilogram. Namun, sekarang diprediksi turun menjadi sekitar 80 kilogram. Kondisi itupun akhirnya membuat KBS menyerah untuk mengobatinya. Pengibaran bendera putih yang dilakukan manajemen KBS mengisyaratkan kalau Melani tinggal menunggu hari saja untuk mati.
“Kalau dilihat lebih serius, saya rasa sulit untuk mengobati Melani. Kami m,enyerah,“ ujar Dokter Hewan KBS Rahmat Suharta, Rabu (17/4/2013).
Saat ini pengobatan hanya pemberian vitamin dan enzim pencernaan agar memudahkan Melani untuk mencerna makanan. Selain itu pemberian daging pada melani juga dilakukan pencacahan untuk tujuan yang sama. Dia mengatakan, cara-cara tersebtu hanya untuk membuat Melani bertahan hidup, namun tidak untuk mengobati sakit pencernaan tersebut.
KBS, katanya, tidak bisa melakukan upaya operasi pada Melani. Sebab, selain keterbatasan peralatan juga daya tahan tubuh Melani yang sangat rendah. Akhirnya, diprediksi risiko kematian pada Melani jika dilakukan upaya pengoperasian sangat tinggi.
Sakit pencernaan yang dialami Melani menambah daftar panjang hewan yang sakit atau mati karena penceranaan. Sebelumnya, Harimau Sumatera yang dinamai Rozek yang juga mati karena sakit komplikasi akut baik penceranaan dan paru-paru sekitar 14 hari yang lalu. Selain itu pada 2012 juga ada harimau yang juga mati karena sakit yang serupa.
Sakit yang diderita Harimau betina berumur 15 tahun tersebut mirip dengan Harimau Rozek yang mati beberapa pekan lalu karena sakit pencernaan.
Saat ini, harimau yang sakit tersebut dikandangkan berdekatan dengan kandang Harimau Putih.Terlihat Harimau tersebut sangat kurus, saking kurusnya perutnya menjorok ke dalam. Gerak-geriknya juga terlihat tidak beres, sama sekali tidak terlihat bersemangat untuk menjalani hidup. Namun, walau begitu saat diberikan makan tetap lahap seperti harimau lainnya.
Melani sendiri sebenarnya sudah sakit sejak empat tahun lalu. Namun, hingga saat ini belum juga sembuh dari penyakit yang dideritanya. Awalnya, Head Keeper KBS M Rofii mengetahui sakitnya harimau peranakan KBS asli tersebut saat melihat kotoran Melani yang masih utuh dan berupa daging.
Lama-kelamaan, ternyata harimau tersebut semakin kurus. Awalnya, berat badan Melani normal sekitar 90 kilogram. Namun, sekarang diprediksi turun menjadi sekitar 80 kilogram. Kondisi itupun akhirnya membuat KBS menyerah untuk mengobatinya. Pengibaran bendera putih yang dilakukan manajemen KBS mengisyaratkan kalau Melani tinggal menunggu hari saja untuk mati.
“Kalau dilihat lebih serius, saya rasa sulit untuk mengobati Melani. Kami m,enyerah,“ ujar Dokter Hewan KBS Rahmat Suharta, Rabu (17/4/2013).
Saat ini pengobatan hanya pemberian vitamin dan enzim pencernaan agar memudahkan Melani untuk mencerna makanan. Selain itu pemberian daging pada melani juga dilakukan pencacahan untuk tujuan yang sama. Dia mengatakan, cara-cara tersebtu hanya untuk membuat Melani bertahan hidup, namun tidak untuk mengobati sakit pencernaan tersebut.
KBS, katanya, tidak bisa melakukan upaya operasi pada Melani. Sebab, selain keterbatasan peralatan juga daya tahan tubuh Melani yang sangat rendah. Akhirnya, diprediksi risiko kematian pada Melani jika dilakukan upaya pengoperasian sangat tinggi.
Sakit pencernaan yang dialami Melani menambah daftar panjang hewan yang sakit atau mati karena penceranaan. Sebelumnya, Harimau Sumatera yang dinamai Rozek yang juga mati karena sakit komplikasi akut baik penceranaan dan paru-paru sekitar 14 hari yang lalu. Selain itu pada 2012 juga ada harimau yang juga mati karena sakit yang serupa.
(rsa)