Pembahasan amdal PLTA Karama hujan kritikan
A
A
A
Sindonews.com - Pemrakarsa atau penggagas Pembangunan PLTA Karama Sepang dan Karama Bone di Kecamatan Kalumpang, PT Vala Mestika Indonesia dihujani pertanyaan dan kritikan oleh para peserta pembahasan kerangka acuan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) di aula Kantor Bupati Mamuju.
Hampir semua SKPD menanyakan pelibatan mereka dalam pembangunan PLTA Karama yang difasilitasi oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDALDA) Kabupaten Mamuju.
Seorang pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Mamuju Muhammad Yani mengatakan, draf rencana pembangunan PLTA Karama yang telah disodorkan oleh pemrakarsa sama sekali tidak mencantumkan ataupun melibatkan Dinas Kehutanan.
Padahal, hampir 90 persen lahan yang akan menjadi areal pembangunan PLTA tersebut adalah kawasan hutan yang masih menjadi tupoksi dari Dinas Kehutanan.
Sementara Kepala Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Mamuju, Luthfi Muis, mempertanyakan izin terkait pemanfaatan ruang di Kecamatan Bonehau. Disebutkan, proyek tersebut belum diterbitkan oleh instansinya.
Tim leader dari Puslitbang Lingkungan Hidup UNHAS sebagai lembaga yang digandeng PT Vala Mestika, Ali Hamzah, mengakui munculnya sejumlah pertanyaan dan kritikan dalam tahapan pembahasan kerangka acuan Amdal adalah suatu hal yang wajar.
Arena memang tahap ini merupakan pintu atau media awal antara masyarakat dan pemrakarsa untuk kemudian mencari titik temu antara keduanya.
"Tahap ini juga sekaligus titik tolak untuk memasuki tahap selanjutnya yakni survei lapangan, analisis dan pengajuan proposal. Kritikan dan saran yang masuk akan kami jadikan sebagai acuan ataupun bahan dalam melaksanakan tahapan selanjutnya. Kami juga akan melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat sebelum pembangunan itu mulai dilaksanakan," kata pakar hidrologi ini.
Sementara HRD dan GA PT Vala Mestika Indonesia Trisna Putra Jaya, mengungkapkan, pembangunan PLTA di Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju berada di dua titik namun dalam satu kawasan yang sama. Dia yakin pembangunan itu akan berjalan lancar.
"Sepanjang kami tidak keluar dari koridor perizinan yang dikeluarkan Bupati, kami akan lanjut terus," tegasnya.
Pembangunan PLTA ini akan menghasilkan sekitar 400 Mega Watt tenaga listrik. Masing-masing 150 Mega Watt untuk PLTA Karama Bone dan 250 Mega Watt untuk PLTA Karama Sepang. Dituturkan Trisna, konsep pembangunan ini sangat ramah lingkungan, tidak akan ada penenggelaman, apalagi relokasi.
PT Vala Mestika Indonesia hanya akan meminjam air dari sungai Karama, kemudian diproses dan dialirkan kembali ke sungai Karama. Pembangunan proyek ini ditaksir menelan biaya cukup besar. Trisna Jaya membandingkan, pembangunan PLTA dengan kapasitas 1 Mega Watt saja akan menelan anggaran 6-10 juta Dollar.
Sekedar diketahui, proyek ini berbeda dengan proyek yang difasilitasi oleh Pemprov Sulbar. Dengan investornya asal Cina, China Gezhouba Group Corporation (CGGC).
Hampir semua SKPD menanyakan pelibatan mereka dalam pembangunan PLTA Karama yang difasilitasi oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDALDA) Kabupaten Mamuju.
Seorang pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Mamuju Muhammad Yani mengatakan, draf rencana pembangunan PLTA Karama yang telah disodorkan oleh pemrakarsa sama sekali tidak mencantumkan ataupun melibatkan Dinas Kehutanan.
Padahal, hampir 90 persen lahan yang akan menjadi areal pembangunan PLTA tersebut adalah kawasan hutan yang masih menjadi tupoksi dari Dinas Kehutanan.
Sementara Kepala Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Mamuju, Luthfi Muis, mempertanyakan izin terkait pemanfaatan ruang di Kecamatan Bonehau. Disebutkan, proyek tersebut belum diterbitkan oleh instansinya.
Tim leader dari Puslitbang Lingkungan Hidup UNHAS sebagai lembaga yang digandeng PT Vala Mestika, Ali Hamzah, mengakui munculnya sejumlah pertanyaan dan kritikan dalam tahapan pembahasan kerangka acuan Amdal adalah suatu hal yang wajar.
Arena memang tahap ini merupakan pintu atau media awal antara masyarakat dan pemrakarsa untuk kemudian mencari titik temu antara keduanya.
"Tahap ini juga sekaligus titik tolak untuk memasuki tahap selanjutnya yakni survei lapangan, analisis dan pengajuan proposal. Kritikan dan saran yang masuk akan kami jadikan sebagai acuan ataupun bahan dalam melaksanakan tahapan selanjutnya. Kami juga akan melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat sebelum pembangunan itu mulai dilaksanakan," kata pakar hidrologi ini.
Sementara HRD dan GA PT Vala Mestika Indonesia Trisna Putra Jaya, mengungkapkan, pembangunan PLTA di Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju berada di dua titik namun dalam satu kawasan yang sama. Dia yakin pembangunan itu akan berjalan lancar.
"Sepanjang kami tidak keluar dari koridor perizinan yang dikeluarkan Bupati, kami akan lanjut terus," tegasnya.
Pembangunan PLTA ini akan menghasilkan sekitar 400 Mega Watt tenaga listrik. Masing-masing 150 Mega Watt untuk PLTA Karama Bone dan 250 Mega Watt untuk PLTA Karama Sepang. Dituturkan Trisna, konsep pembangunan ini sangat ramah lingkungan, tidak akan ada penenggelaman, apalagi relokasi.
PT Vala Mestika Indonesia hanya akan meminjam air dari sungai Karama, kemudian diproses dan dialirkan kembali ke sungai Karama. Pembangunan proyek ini ditaksir menelan biaya cukup besar. Trisna Jaya membandingkan, pembangunan PLTA dengan kapasitas 1 Mega Watt saja akan menelan anggaran 6-10 juta Dollar.
Sekedar diketahui, proyek ini berbeda dengan proyek yang difasilitasi oleh Pemprov Sulbar. Dengan investornya asal Cina, China Gezhouba Group Corporation (CGGC).
(rsa)