Tercemar limbah batik, warga Mendiro trauma
A
A
A
Sindonews.com - Warga Dukuh Mendiro, Desa Gulurejo, Lendah, Kulonprogo tidak mau lagi memanfaatkan sungai Rawa Jembangan. Warga trauma menyusul adanya dugaan pencemaran sungai akibat limbah batik. Padahal, keberadaan sungai sangat mereka butuhkan.
Salah satu warga Joyo Dimejo (62) tidak mau lagi mencuci pakan ternak di Sungai Rawa Jembangan. Iritasi kulit yang dialaminya setelah bersentuhan dengan air sungai membuatnya berpikir dua kali untuk kembali.
"Sebelum air sungai benar-benar steril saya tidak mau turun lagi ke sungai. Nanti kena iritasi lagi, yang sekarang saja belum sembuh total. Kadang masih gatal-gatal padahal sudah saya bawa ke puskesmas," kata Joyo di rumahnya, Senin (18/2/2013).
Menurut dia, iritasi kulit yang dialaminya dan warga lain cukup merepotkan. Mereka langsung merasakan gatal-gatal disertai bercak merah setelah bersentuhan dengan sungai yang menjadi pembatas antara Gulurejo dan Ngentakrejo.
"Hanya selang satu jam langsung gatal," terangnya.
Dia mengatakan, di Dusun Mendiro ada 30 warga yang terkena iritasi kulit. Jumlah itu jauh lebih banyak dari laporan warga ke Balai Desa Gulurejo dua pekan silam. Kala itu dilaporkan ada 10 warga yang terkena iritasi kulit selepas beraktifitas di Sungai Rawa Jembangan.
Muryani (39) warga lain menyampaikan Hal serupa. Dia mengaku tidak berani mencuci pakan ternak di sungai. Ternak yang diperliharanya pun tak pernah dimandikan lagi.
"Kami mencari rumput yang sudah bersih. Kalau pun kotor kami bersihkan dengan air sumur atau dicuci di Sungai Progo," katanya.
Warga Mendiro berharap agar sungai tersebut segera steril dari limbah. Mengingat peran sungai itu cukup vital bagi hewan ternak mereka.
Salah satu warga Joyo Dimejo (62) tidak mau lagi mencuci pakan ternak di Sungai Rawa Jembangan. Iritasi kulit yang dialaminya setelah bersentuhan dengan air sungai membuatnya berpikir dua kali untuk kembali.
"Sebelum air sungai benar-benar steril saya tidak mau turun lagi ke sungai. Nanti kena iritasi lagi, yang sekarang saja belum sembuh total. Kadang masih gatal-gatal padahal sudah saya bawa ke puskesmas," kata Joyo di rumahnya, Senin (18/2/2013).
Menurut dia, iritasi kulit yang dialaminya dan warga lain cukup merepotkan. Mereka langsung merasakan gatal-gatal disertai bercak merah setelah bersentuhan dengan sungai yang menjadi pembatas antara Gulurejo dan Ngentakrejo.
"Hanya selang satu jam langsung gatal," terangnya.
Dia mengatakan, di Dusun Mendiro ada 30 warga yang terkena iritasi kulit. Jumlah itu jauh lebih banyak dari laporan warga ke Balai Desa Gulurejo dua pekan silam. Kala itu dilaporkan ada 10 warga yang terkena iritasi kulit selepas beraktifitas di Sungai Rawa Jembangan.
Muryani (39) warga lain menyampaikan Hal serupa. Dia mengaku tidak berani mencuci pakan ternak di sungai. Ternak yang diperliharanya pun tak pernah dimandikan lagi.
"Kami mencari rumput yang sudah bersih. Kalau pun kotor kami bersihkan dengan air sumur atau dicuci di Sungai Progo," katanya.
Warga Mendiro berharap agar sungai tersebut segera steril dari limbah. Mengingat peran sungai itu cukup vital bagi hewan ternak mereka.
(ysw)