Perhari, sampah di Bendungan Sungguruh 200 meter kubik
A
A
A
Sindonews.com - Selama musim penghujan, sampah yang tertahan di Bendungan Sengguruh, Kepanjen, Malang, dinyatakan mencapai 200 meter kubik per hari. Hal itu sangat naik secara drastis, dimana biasanya hanya 30 meter kubik per hari.
Sampah yang menumpuk tersebut mengalir dari sungai Brantas yang melintasi Kota Batu, dan Malang hingga akhirnya sampah plastik, kasur, kayu batangan, menumpuk di bendungan.
Menurut juru bicara Perusahaan Umum Jasa Tirta 1, Tri Hardjono, setiap tahun rata-rata total sampah dan sedimen mencapai lima juta kubik. Sementara kemampuan teknis mengeruk sampah dan sedimen hanya sekira 300 ribu meter kubik per tahun.
"Selebihnya, sampah mengendap dan mengganggu bendungan," kata Tri Hardjono, Selasa (8/1/2013).
Endapan sampah dan sedimen, kata Tri Hardjono, berdampak pada produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mengalami penurunan dari produksi listrik yang awalnya mencapai 29 Mega Watt turun menjadi sekira 18 MW per hari.
"Jika sedimentasi dan sampah terus berlanjut, bisa mengancam bendungan rusak," katanya.
Menurutnya, Bendungan Sengguruh memang dirancang untuk memproduksi listrik dan berfungsi mengendalikan dan menahan sedimen yang mengancam waduk Sutami di bawahnya. Waduk Sutami yang berumur 42 tahun ini merupakan waduk utama untuk menampung air guna kepentingan pembangkit listrik, industri, irigasi dan bahan baku air minum.
Karena itu, Tri Hardjono meminta masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Brantas tidak membuang sampah ke sungai karena bisa mengganggu produksi listrik. Selain itu, sedimentasi juga bertambah terus jika kebiasaan membuang sampah tidak dihentikan.
Sampah yang menumpuk tersebut mengalir dari sungai Brantas yang melintasi Kota Batu, dan Malang hingga akhirnya sampah plastik, kasur, kayu batangan, menumpuk di bendungan.
Menurut juru bicara Perusahaan Umum Jasa Tirta 1, Tri Hardjono, setiap tahun rata-rata total sampah dan sedimen mencapai lima juta kubik. Sementara kemampuan teknis mengeruk sampah dan sedimen hanya sekira 300 ribu meter kubik per tahun.
"Selebihnya, sampah mengendap dan mengganggu bendungan," kata Tri Hardjono, Selasa (8/1/2013).
Endapan sampah dan sedimen, kata Tri Hardjono, berdampak pada produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mengalami penurunan dari produksi listrik yang awalnya mencapai 29 Mega Watt turun menjadi sekira 18 MW per hari.
"Jika sedimentasi dan sampah terus berlanjut, bisa mengancam bendungan rusak," katanya.
Menurutnya, Bendungan Sengguruh memang dirancang untuk memproduksi listrik dan berfungsi mengendalikan dan menahan sedimen yang mengancam waduk Sutami di bawahnya. Waduk Sutami yang berumur 42 tahun ini merupakan waduk utama untuk menampung air guna kepentingan pembangkit listrik, industri, irigasi dan bahan baku air minum.
Karena itu, Tri Hardjono meminta masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Brantas tidak membuang sampah ke sungai karena bisa mengganggu produksi listrik. Selain itu, sedimentasi juga bertambah terus jika kebiasaan membuang sampah tidak dihentikan.
(rsa)