Terjebak macet, satu keluarga keracunan CO2
A
A
A
Sindonews.com - Nasib nahas menimpa satu keluarga asal Kabupaten Pinrang saat banjir bandang terjadi di Kabupaten Maros. Ada satu keluarga yang keracunan gas karbon dioksida (CO2) saat hendak menuju Kota Makassar.
Hal itu dikarenakan, mereka terjebak kemacetan. Korban terlalu banyak menghirup CO2, karena kaca mobil terlalu rapat, sementara pendingin mobil tidak bekerja dengan baik. Diperkirakan, korban kebanyakan menghirup asap mesin mobil.
Menurut dokter Unit Gawat Darurat (UGD) RS Salewangang Maros, dr Reni Nurfitrah, yang ditemui di ruang perawatan UGD RS Salewangang kemarin menuturkan, sekeluarga yang terdiri atas ayah dan membawa tiga anaknya positif keracunan CO2. Mereka tiba di rumah sakit sekira pukul 03.45 Wita yang diangkut menggunakan sepeda motor atas inisiatif warga. Ironis, salah satu dari mereka harus meregang nyawa saat perjalanan menuju ke rumah sakit.
Sang ayah yang membawa mobil, Ungkus, masih terlihat lemah di ruang perawatan UGD RS Salewangang. Selang oksigen dan infus masih terpasang di tubuhnya. Menurut Dr Reni Nurfitrah, masing-masing korban dievakuasi ke rumah sakit dengan waktu yang berbeda.
Selain Ungkus, anak berumur tiga tahun, Issa, dan bayi dua bulan Antarun masih terbaring lemas. Namun sang kakak, Etri (19) harus meregang nyawa saat perjalanan menuju rumah sakit. Korban yang saat kejadian tengah menggendong adiknya, Antarun, tiba di UGD pukul 03.45 wita.
Namun saat itu pula dia menghembuskan nafas terakhirnya. Beruntung, dua adiknya, Antarun dan Issa masih selamat.
"Dari keadaan fisiknya, mereka sudah keracunan sejak pukul 01.00 wita, namun baru ditangani pukul 03.00 wita. Saat di tindaki, kesadaran mereka sudah menurun. Saya kurang tahu persis bagaimana kejadiannya. Namun akibat kaca tertutup dan sisa buangan gas mobil yang dihirup menyebabkan mereka keracunan. Sehingga sirkulasi udara tidak lancar dan berjam jam berada di jalanan. Saat ditemukan di dalam mobil mereka semua sudah lemas," jelasnya.
Etri adalah anak pertama lulusan Akademi Kebidanan Baramuli Pinrang. Menurut tante korban, Nuraeni, tahun lalu Etri baru saja menyelesaikan pendidikannya. Bahkan tahun ini dia berencana menikah.
Nuraeni menjelaskan hampir setiap pekan keluarga ini berangkat ke Makassar untuk berobat. Sebab sang istri harus berobat di Makassar dan menjemput istrinya yang telah duluan berada di Makassar saat itu. Namun baru kali ini, sepupunya itu membawa serta semua anaknya ke Makassar.
Selain itu, bencana banjir yang terjadi di kabupaten Maros juga turut menelan korban. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maros Yudhy Indrajaya, ada sekira tiga orang yang tewas dalam musibah banjir itu.
Satu meninggal karena tenggelam, atas nama Duci alias Ical (29), warga Lingkungan Allu Kelurahan Bajipammai Kecamatan Maros Baru. Korban terseret air, dari dusun Tabanga Desa Bori Kamase, Maros Baru.
Saat kejadian, korban bersama teman sedang berenang dan terbawah arus dan sampai saat ini belum di temukan dan masih dalam percarian. Asyad warga Kampung Tompo Balangi Lingkungan Mangalle ini meninggal setelah tertimpa pohon tumbang, Sabtu lalu.
Hal itu dikarenakan, mereka terjebak kemacetan. Korban terlalu banyak menghirup CO2, karena kaca mobil terlalu rapat, sementara pendingin mobil tidak bekerja dengan baik. Diperkirakan, korban kebanyakan menghirup asap mesin mobil.
Menurut dokter Unit Gawat Darurat (UGD) RS Salewangang Maros, dr Reni Nurfitrah, yang ditemui di ruang perawatan UGD RS Salewangang kemarin menuturkan, sekeluarga yang terdiri atas ayah dan membawa tiga anaknya positif keracunan CO2. Mereka tiba di rumah sakit sekira pukul 03.45 Wita yang diangkut menggunakan sepeda motor atas inisiatif warga. Ironis, salah satu dari mereka harus meregang nyawa saat perjalanan menuju ke rumah sakit.
Sang ayah yang membawa mobil, Ungkus, masih terlihat lemah di ruang perawatan UGD RS Salewangang. Selang oksigen dan infus masih terpasang di tubuhnya. Menurut Dr Reni Nurfitrah, masing-masing korban dievakuasi ke rumah sakit dengan waktu yang berbeda.
Selain Ungkus, anak berumur tiga tahun, Issa, dan bayi dua bulan Antarun masih terbaring lemas. Namun sang kakak, Etri (19) harus meregang nyawa saat perjalanan menuju rumah sakit. Korban yang saat kejadian tengah menggendong adiknya, Antarun, tiba di UGD pukul 03.45 wita.
Namun saat itu pula dia menghembuskan nafas terakhirnya. Beruntung, dua adiknya, Antarun dan Issa masih selamat.
"Dari keadaan fisiknya, mereka sudah keracunan sejak pukul 01.00 wita, namun baru ditangani pukul 03.00 wita. Saat di tindaki, kesadaran mereka sudah menurun. Saya kurang tahu persis bagaimana kejadiannya. Namun akibat kaca tertutup dan sisa buangan gas mobil yang dihirup menyebabkan mereka keracunan. Sehingga sirkulasi udara tidak lancar dan berjam jam berada di jalanan. Saat ditemukan di dalam mobil mereka semua sudah lemas," jelasnya.
Etri adalah anak pertama lulusan Akademi Kebidanan Baramuli Pinrang. Menurut tante korban, Nuraeni, tahun lalu Etri baru saja menyelesaikan pendidikannya. Bahkan tahun ini dia berencana menikah.
Nuraeni menjelaskan hampir setiap pekan keluarga ini berangkat ke Makassar untuk berobat. Sebab sang istri harus berobat di Makassar dan menjemput istrinya yang telah duluan berada di Makassar saat itu. Namun baru kali ini, sepupunya itu membawa serta semua anaknya ke Makassar.
Selain itu, bencana banjir yang terjadi di kabupaten Maros juga turut menelan korban. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maros Yudhy Indrajaya, ada sekira tiga orang yang tewas dalam musibah banjir itu.
Satu meninggal karena tenggelam, atas nama Duci alias Ical (29), warga Lingkungan Allu Kelurahan Bajipammai Kecamatan Maros Baru. Korban terseret air, dari dusun Tabanga Desa Bori Kamase, Maros Baru.
Saat kejadian, korban bersama teman sedang berenang dan terbawah arus dan sampai saat ini belum di temukan dan masih dalam percarian. Asyad warga Kampung Tompo Balangi Lingkungan Mangalle ini meninggal setelah tertimpa pohon tumbang, Sabtu lalu.
(rsa)