Rela lepas jabatan Sekdes demi Lutung

Jum'at, 07 Desember 2012 - 07:05 WIB
Rela lepas jabatan Sekdes demi Lutung
Rela lepas jabatan Sekdes demi Lutung
A A A
Sabar, tekun, disiplin, dan pantang menyerah begitulah sikap bawaan lahir dari Misdianto. Relawan Javan Langur Center (JLC) yang bertugas mengurusi lutung Jawa sebelum dilepas ke alam di area penangkaran lutung Jawa di kawasan Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji.

Kamis 6 November 2012 pagi, cuaca di Kota Batu tidak bersahabat. Sejak pagi mendung tebal menyelimuti bumi. Tepat tengah hari air hujan membasahi kawasan Coban Talun, tempat rehabilitasi luntung Jawa hasil sitaan dari tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dari berbagai daerah di Jatim.

Kendati cuaca mendung, suhu udara berkisar 20 derajat celcius. Misdianto terlihat tekun menganyunkan sabit dan cangkulnya untuk membersihkan rumput di halaman pondok tempatnya berteduh selesai merawat lutung Jawa dalam sangkarnya.

Ditemani dua cangkir kopi panas, bapak dua orang ini bercerita. Sesungguhnya dulu tidak memiliki cita-cita ingin menjadi relawan pemelihara lutung Jawa.

Karena pada tahun 1991-2000, sesungguhnya dia sudah memiliki jabatan yang mapan. Menjadi Sekretaris Desa (Sekdes) Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

"Awalnya saya kenal dengan Mas Iwan Kurniawan. Dia bekerja di Pusat Penyelamatan Satwa, Desa Petungsewu (PPS), Kecamatan Dau. Awal kenalnya Mas Iwan kini menjabat sebagai Direktur Java Langur Center. Ingin membeli tanah untuk memperluas area pusat penyelamatan satwa," urai Misdianto.

Setelah ada keyakinan, akhirnya dia memilih meninggalkan jabatan Sekdesnya. Lalu bergabung dengan Iwan untuk merawat aneka satwa liar yang ditangkap BKSDA.

"Hampir sembilan tahun saya berkecimpung dipemerintahaan desa. Lumayan bosan karena mengurusi orang banyak. Akhirnya saya tertarik untuk ikut merawat binatang langka yang ditangkap tim BKSDA. Kalau melayani binatang lebih gampang. Setelah dikasih makan dan minum pasti tidak rewel. Kalau hewannya sakit di obati pasti beres semua," urai dia sambil tersenyum.

Waktu bekerja di PPS Petungsewu. Ada 300 ekor binatang yang dirawat. Mulai hewan jenis primata, elang, reptil dan yang lainnya.

Kemudian awal tahun 2011, kantor PPS pindah ke kawasan Coban Talun. Fokusnya hanya merawat lutung Jawa yang berasal dari hasil penyitaan tim BKSDA dari rumah warga.

"Semua pekerjaan ada suka dukanya. Saya merasa senang ketika melihat kelompok lutung Jawa yang lama kita rawat di balai penangkaran bisa kembali melompat dari batang pohon satu ke pohon lainnya. Rasanya lega sekali karena sudah bisa memberi kebebasan lagi bagi lutung-lutung itu," ucap Misdianto sambil matanya menatap kearah sangkar pemeliharaan lutung tidak jauh dari tempatnya duduk.

Lantas dukanya, tidak setiap hari bisa bertemu dengan istri dan kedua anaknya. Karena tuntutan kewajiban dan tanggung jawabnya mengawasi dan memelihara lutung Jawa yang ada di dalam sangkar pemeliharaannya.

Selama 11 tahun menjadi relawan penyelamat lutung Jawa. Berbagai pengalaman sudah didapatkan. Salah satunya pernah terjebak banjir di dalam kawasan hutan di daerah Sukamade, Banyuwangi selama dua hari.

Bersama lima orang temannya dia hanya makan daun pakis. Untuk mempertahankan hidup ditengah hutan belantara.

"Ya intinya kita dituntut kesabaran saat memutuskan menjadi relawan penyelamat lutung. Sebab setelah proses pelepasan kealam liar, setiap relawan memiliki tugas mengawasi perkembang biakan lutung di alam sampai dua tahun lamanya," tandas Misdianto.

Kata dia, selama ini ada tiga orang teman yang menemani bekerja. Dua orang bergiliran mengawasi lutung ditengah hutan yang sudah dilepas.

"Tiga teman kami itu mulai pukul 07.00 WIB sudah berangkat ke tengah hutan untuk mengawasi lutung yang kita lepas. Mereka baru kembali ke pondok pukul 17.00 WIB Kalau cuaca hujan. Teman kami kembali pukul 14,00 WIB," tandasnya.

Misdianto tidak pernah berpikir kapan dirinya akan berhenti bekerja sebagai relawan penyelamat lutung Jawa. Katanya selama fisiknya masih kuat dan masih terjadi perdagangan Lutung Jawa maka dirinya tetap akan menjadi relawan.

"Kalau soal kesejahteraan yang jelas enak jadi Sekdes. Tapi rejeki itu sudah diatur oleh Allah SWT. Dan saya merasa nyaman dengan pekerjaan ini," selorohnya.

Ucapan serupa keluar dari lidah Heri Kiswoyo, teman Misdianto asal Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Karena tanggung jawab pekerjaannya, dia harus pulang dua minggu sekali ke Lumajang.

Tanggal 15 September kemarin dia ikut melepaskan 13 ekor Lutung Jawa ke hutan. Kebetulan Heri mendapatkan tugas mengawasi kelompok lutung yang diberinama Tukul yang memiliki lima orang anggota kelompok.

"Beberapa waktu lalu saya sempat diserang Tukul. Saya bersama teman saya hanya berdiri ditengah hutan mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Kebetulan kelompok Tukul ini agak galak. Saat melihat orang langsung diserang karena tidak ingin wilayah kekuasannya diganggu," tandas Heri sambil tertawa karena selamat dari terkaman lutung yang pernah dipeliharanya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6739 seconds (0.1#10.140)