Dipukuli preman, buruh sambangi Polda Jatim
Rabu, 05 September 2012 - 13:17 WIB

Dipukuli preman, buruh sambangi Polda Jatim
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan buruh menuntut agar Polda Jawa Timur (Jatim) mengusut tuntas aksi premanisme yang terjadi ketika buruh melakukan mogok kerja di PT Langgeng Makmur, Sidoarjo. Buruh yang tergabung dalam Buruh Sidoarjo Bergerak (BSB) mendatangi Mapolda Jatim.
"Aksi kali ini kami menuntut tindakkan tegas kepada Kapolda Jatim terhadap aksi premanisme yang melakukan pembubaran paksa saat aksi mogok kerja di PT Langgeng Makmur," kata Doni Ariyanto, Koordinator Aksi, Rabu (5/9/2012).
Ia menjelaskan, beberapa waktu lalu, sejumlah buruh dari PT Langgeng Makmur melakukan aksi mogok kerja. Aksi itu, menolak outsourcing. Rupanya aksi mogok kerja ini dibubarkan oleh sejumlah preman yang diduga dibayar oleh PT Langgeng Makmur.
"Aksi ini membuat lima buruh terluka. Ini merupakan aksi premanisme yang sengaja dibiarkan," ungkapnya.
Di perusahaan tersebut terdapat 500 orang orang terikat oleh perusahaan outsourcing yang kemudian perusahaan ini lari dari tanggung jawab. Buruh menuntut kejelasaan nasib dan menolak sistem kerja outsourcing yang merugikan kaum buruh.
Ironisnya, saat mogok kerja itu dibubarkan preman bayaran. Namun, sejumlah aparat kepolisian yang ada di lokasi hanya diam saja.
"Saat aksi itu terjadi ada petugas dari Polsek Waru dan Polres Sidoarjo malah membiarkan aksi tersebut. Kami menuntut komitmen Polri yang menentang segala bentuk aksi premanisme," ujarnya seraya menyebut aksi pembiaran ini sudah terjadi dua kali.
"Aksi kali ini kami menuntut tindakkan tegas kepada Kapolda Jatim terhadap aksi premanisme yang melakukan pembubaran paksa saat aksi mogok kerja di PT Langgeng Makmur," kata Doni Ariyanto, Koordinator Aksi, Rabu (5/9/2012).
Ia menjelaskan, beberapa waktu lalu, sejumlah buruh dari PT Langgeng Makmur melakukan aksi mogok kerja. Aksi itu, menolak outsourcing. Rupanya aksi mogok kerja ini dibubarkan oleh sejumlah preman yang diduga dibayar oleh PT Langgeng Makmur.
"Aksi ini membuat lima buruh terluka. Ini merupakan aksi premanisme yang sengaja dibiarkan," ungkapnya.
Di perusahaan tersebut terdapat 500 orang orang terikat oleh perusahaan outsourcing yang kemudian perusahaan ini lari dari tanggung jawab. Buruh menuntut kejelasaan nasib dan menolak sistem kerja outsourcing yang merugikan kaum buruh.
Ironisnya, saat mogok kerja itu dibubarkan preman bayaran. Namun, sejumlah aparat kepolisian yang ada di lokasi hanya diam saja.
"Saat aksi itu terjadi ada petugas dari Polsek Waru dan Polres Sidoarjo malah membiarkan aksi tersebut. Kami menuntut komitmen Polri yang menentang segala bentuk aksi premanisme," ujarnya seraya menyebut aksi pembiaran ini sudah terjadi dua kali.
(azh)