Pengawas antisipasi joki SNMPTN

Rabu, 13 Juni 2012 - 06:01 WIB
Pengawas antisipasi joki SNMPTN
Pengawas antisipasi joki SNMPTN
A A A
Sindonews.com - Hari pertama pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) di Panlok 50 Surabaya berjalan sangat ketat. Pengawas sengaja memperketat peserta sebagai upaya mengantisipasi peredaran joki SNMPTN.

Keputusan mengerahkan pengawas lebih banyak sebagai upaya untuk kelancaran ujian dan mengawasi gerak-gerik peserta bahkan gerak joki SNMPTN.

Proses pengawasan secara ketat terlihat di lokasi IPS-26 Unesa, STIKES YARSIS, STIKOM, dan Unitomo. "Kami sudah dibekali untuk mengantisipasi keberadaan joki," kata Koordinator SNMPTN IPS-26 Unesa, Bambang Suratman Selasa (12/6/2012).

Bambang mengatakan pada 30 menit sebelum ujian dimulai, para pengawas memeriksa seluruh identitas peserta. Mulai dari kartu tanda peserta, foto, dan fotokopi ijazah. Tak hanya itu, setiap peserta yang izin ke toilet selalu dikawal.

"Intinya kami berusaha mengantisipasi dan menutup segala kemungkinan adanya kecurangan dan praktik perjokian. Para pengawas juga mengawasi gerak-gerik peserta jika ada yang mencurigakan," ujar dia.

Dosen Fakultas Ekonomi ini menambahkan, para pengawas ujian SNMPTN beberapa hari sebelumnya telah dibekali pengetahuan mengenai praktik perjokian. Harapannya, para pengawas dapat lebih waspada terhadap berbagai praktik kecurangan tersebut.

"Sampai hari ini (kemarin), kami belum menemukan adanya praktik joki. Kalau memang ditemukan, kami akan menindaklanjutinya setelah ujian selesai, agar tidak mengganggu konsentrasi peserta ujian lainnya. Mengenai sanksi ya... sesuai prosedur dan aturan yang berlaku," tambah Bambang.

Sementara itu, Ketua Panitia Lokal (Panlok) 50 Surabaya, Syahrani memaparkan, jumlah peserta SNMPTN Panlok 50 Surabaya tahun ini meningkat 25 persen, dari 36.340 menjadi 42.037 peserta.

Rinciannya, jumlah peserta dari program IPA lebih mendominasi yakni 17.368. Untuk peserta dari program IPS sebanyak 14.955, dan IPC 9.984 peserta.

Pelaksanaan SNMPTN ini digelar hingga Rabu 13 Juni, hari ini. Sedangkan pengumuman hasil SNMPTN akan dilakukan pada 7 Juli 2012. "Peningkatan ini diantisipasi dengan penambahan ruang ujian," katanya.

Syahrani menjelaskan, untuk soal tulis SNMPTN ini terdiri atas empat paket soal. Tujuannya adalah meminimalisir terjadinya kecurangan dan contekan sesama peserta.

"Hari pertama ini, seluruh peserta mengerjakan tes potensi akademik (TPA) dan tes bidang studi dasar (TBS). Tes terakhir ini meliputi matematika dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Masing-masing terdiri dari 75 soal, yang harus dikerjakan dalam waktu satu jam," papar Wakil Rektor I Unair.

Pada penambahan ruangan ini, beber dia, penambahan yang paling banyak dilakukan Unesa. Sebab pihak Unesa khawatir kalau ruangan yang dipergunakan akan berkurang. "Alhamdulillah masih belum ada masalah," beber Syahrani.

Sementara itu, salah satu peserta SNMPTN asal SMKN 11 Surabaya, Evi Prisciliana yang terlambat masuk ujian mengaku sedikit kesulitan mengerjakan soal-soal ujian SNMPTN ini.

Siswa yang memilih jurusan Ilmu Komunikasi Unair dan Psikologi Unesa ini menuturkan, banyak jawaban yang ia kosongi. Sebab, selain soalnya susah, menurutnya waktu ujian terlalu singkat hanya satu jam saja.

"Waktunya cuma satu jam, sementara soalnya 75 soal. Jadi untuk menghemat waktu, banyak soal yang saya lewati dan tidak saya kerjakan. Dan saya sengaja mengosongi dari pada saya ngawur dan salah, nilainya jadi minus. Selain itu mungkin saya kesulitan karena terlambat," aku Evi.

Hal senada juga dirasakan oleh Eka Kristian, siswa tunanetra asal SMAN 10 Surabaya. Ia mengikuti ujian SNMPTN di lokasi IPS-28 Unesa. Eka membeberkan sangat kesulitan dan khawatir dengan hasil ujian SNMPTN-nya. Sebab, banyak soal yang belum ia kerjakan dan isi karena waktunya terlalu mepet. "Pengerjaan soal tidak ada toleransi seperti saya," beber Eka.

Remaja kelahiran Surabaya, 26 Desember 2012 ini menuturkan, dirinya merasa dianaktirikan. Panitia dinilainya kurang persiapan dan kurang maksimal dalam hal pelayanan.

Sebab, tidak ada perlakuan khusus untuk ABK. "Soal ujiannya bukan braille. Soalnya adalah soal biasa, jadi harus dibacakan panitia. Padahal, sebagai tunanetra, saya harus membagi konsentrasi. Antara mendengarkan soal, dan berpikir. Saya cuma bisa pasrah dan berharap dapat lolos," tutur Eka.(lin)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5841 seconds (0.1#10.140)