Penolakan rekonsiliasi memalukan

Jum'at, 25 Mei 2012 - 08:54 WIB
Penolakan rekonsiliasi memalukan
Penolakan rekonsiliasi memalukan
A A A
Sindonews.com - Ternyata masih ada saja pihak-pihak yang tidak ingin Keraton Solo damai. Sejumlah oknum kerabat keraton menolak rekonsiliasi dua raja yang selama ini bertikai.

Hingga tadi malam, Dwi Tunggal Raja Solo, Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi dan Maha Patih KGPH Panembahan Agung Tedjowulan XIII masih belum berhasil masuk keraton.

Hangabehi belum bisa masuk Sasana Sewaka, tempat yang seharusnya menjadi singgasana atau tahtanya. PB XIII masih tertahan di Sasana Narendra dan dia tidak bisa mengakses bagian lain yang ada dalam keraton dikarenakan semua jalan masuk tertutup.

Pagi kemarin, awalnya sejumlah kerabat keraton mengunci gerbang utama. Hangabehi dan Maha Patih KGPH Panembahan Agung Tedjowulan XIII kemarin memang berniat kembali ke keraton usai penandatanganan rekonsiliasi yang disaksikan Wali Kota Solo Joko Widodo dan Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo serta Muspida di Balai Kota.

Pengamat budaya dan sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo,Sudarmono, menilai penolakan rekonsiliasi ini memalukan rakyat.

”Sudah dikukuhkan sebagai raja seharusnya si raja sendiri memiliki ruang kebebasan di wilayahnya. Apalagi kemarin di media juga diberitakan putranya menginginkan raja pulang, ini pulang bersama rombongan malah tidak boleh masuk,” jelasnya.

Dia berharap sampai konflik seperti tahun 2005 tidak terulang. Apalagi saat ini sudah ada rekonsiliasi yang difasilitasi oleh pemerintah. ”Itu tidak dibenarkan dan raja pulang sendiri ke rumahnya malah diributkan. Kejadian ini justru memalukan rakyat Solo, duwe Raja Solo malah konflik dan padu dhewe. Sudah minta tolong Wali Kota Solo malah ditolak,” tegas Sudarmono.

Adu Mulut

Kedatangan Dwi Tunggal Raja Solo kemarin memang penuh ketegangan. Pintu Kori Kamandoengan yang menjadi pintu utama Keraton Solo tertutup rapat saat Dwi Tunggal turun dari kendaraan Mitsubishi Pajero Sport warna merah berpelat nomorkan AD 7220 AH.

Berulang kali pintu itu digedor namun tidak ada yang membukakan. Berdasarkan pengamatan SINDO, KRMH Satrio Hadinagoro yang merupakan suami dari GKR Galuh Kencono ini kemudian mempersilakan PB XIII Hangabehi beserta Maha Patih Tedjowulan memasuki ruang Kasentanan dulu, yang berada dekat dengan Museum Keraton Solo.

Mereka terlihat menghalang-halangi Dwi Tunggal tidak masuk Keraton Solo dulu. Menurutnya karena sejumlah sentana sedang menunggu di ruang tersebut. ”Sinuhun dan lainnya ke Kasentanan dulu karena sentana menunggu di sana,”ujar Satriyo.

Menanggapi hal ini, Maha Patih Tedjowulan terlihat geram karena seorang Raja Solo beserta Maha Patihnya yang sudah menjadi kesatuan Dwi Tunggal Raja Solo tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri.
”Saya wakil beliau dan ini bersama beliau (Sinuhun),” tegasnya.

Namun KRMH Satrio tetap berupaya menghalang-halangi dengan memasang badan di pintu masuk utama tersebut. Merasa tidak diperlakukan dengan baik, putra PB XII yang juga adik PB XIII GPH Soeryo Wicaksono atau Gusti Nino menarik lengan KRMH Satriyo dengan paksa supaya tidak menghalangi kakak-kakaknya untuk pulang ke rumahnya sendiri.

Keributan kecil dan tindakan adu mulut ini kemudian dilerai oleh GPH Dipokusumo dan GPH Madu Kusumo. ”Anda itu siapa, beliau itu Raja Solo beserta Maha Patih,” kata Juru Bicara Dwi Tunggal Raja Solo KRH Bambang Pradotonagoro mempertanyakan sikap KRMH Satrio yang melarang Raja Solo masuk ke rumahnya sendiri.

Selama sekitar 45 menit menunggu, PB XIII Hangabehi bersama KGPH Tedjowulan akhirnya berhasil masuk Keraton Solo secara paksa melalui pintu samping barat Sasana Putra, yang sehari-harinya juga menjadi kediaman Sinuhun Hangabehi.

Namun hingga tadi malam, Sampeyan Ndalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) PB XIII Hangabehi tidak bisa memasuki Sasana Sewaka, tempat yang seharusnya menjadi singgasana atau tahtanya.

PB XIII masih tertahan di Sasana Narendra dan dia tidak bisa mengakses bagian lain yang ada dalam keraton dikarenakan semua jalan masuk tertutup.

Sasana Narendra merupakan bangsal dalam keraton yang selama ini digunakan sebagai tempat tinggal raja. Bangsal ini memiliki pintu yang dapat mengakses ke bagian dalam Kaputren, Sasana Sewaka, hingga Menara Sangga Buwana.

Pengageng Lembaga Hukum Keraton Solo KP Eddy S Wirabhumi membenarkan bahwa akses dari Sasana Narendra ke bagian dalam keraton lainnya memang sengaja ditutup.

”Sebisa mungkin kami mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik antara PB XIII dengan kerabat lainnya,” jelas Wirabhumi usai menemui Wali Kota Solo Jokowi dalam pertemuan tertutup bersama sejumlah kerabat keraton lainnya di Loji Gandrung tadi malam.

Pihaknya baru akan membuka akses bila sudah ada musyawarah antara kerabat keraton dengan Sinuhun Hangabehi. ”Kami meminta kepada pemerintah untuk bersedia memfasilitasi musyawarah itu,” kata pria yang juga suami dari GRAy Koes Murtiyah atau Gusti Moeng ini.

Sementara itu Wali Kota Solo Joko Widodo menyatakan kesiapannya untuk melakukan mediasi dan menjadi fasilitator bagi kerabat Keraton Solo dengan Sinuhun Hangabehi bersama Maha Patih Tedjowulan.

Sampai tadi malam, pihak kerabat keraton masih belum bersedia berdialog dengan Sinuhun Hangabehi dan Maha Patih Tedjowulan tanpa adanya mediasi dari pemerintah.

Di sisi lain, kuasa hukum Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi, Hari Sulistyo melaporkan Satrio Hadinagoro dan KGPH Puger, karena menghalangihalangi PB XIII bersama KGPH Panembahan Agung Tedjowulan untuk masuk keraton.

Kapolresta Solo Kombes Pol Asdjima’in menyatakan akan tetap mengerahkan personelnya sebanyak 30 orang untuk berjaga- jaga di bagian depan Keraton Solo sebagai tindak pengamanan. Soal laporan laporan kuasa hukum PB XIII, pihaknya segera menindaklanjuti.(lin)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4464 seconds (0.1#10.140)