Cirebon sasaran pencari harta karun
A
A
A
Sindonews.com - Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta Brigjen Marinir Ikin Sodikin mengatakan, wilayah Perairan Pantura, Cirebon tergolong rawan penggalian dan pengambilan harta karun secara ilegal.
Kondisi itu tak lepas dari adanya kapal-kapal yang karam dari zaman kekaisaran China. Hal ini setidaknya pernah terjadi ketika ditemukan benda-benda bersejarah yang berharga peninggalan Dinasti Ming pada 2010.
"Di Cirebon, penggalian harta karun ilegal termasuk yang terawan. Penggalian apapun di wilayah perairan tetap harus memiliki izin, mengingat benda-benda semacam itu termasuk cagar budaya," tutur dia usai acara pisah-sambut Komandan Lanal Cirebon, di rumah jabatan Bupati Cirebon, Jalan Kartini, Kota Cirebon, Rabu 23 Mei 2012 kemarin.
Dia menegaskan, pengamanan atas kerawanan itu menjadi tanggung jawab pangkalan Angkatan Laut (lanal) yang berkedudukan di Cirebon. Secara umum, perairan pantura merupakan lokasi pendaratan yang strategis bahkan dinilai baik.
Pantura dianggap lebih mudah untuk pendaratan dibanding pantai selatan yang bertebing. Karena itu, perairan pantura termasuk Cirebon, paling mudah dimasuki kapal-kapal perang dari luar. Hal ini telah menjadi perhatian sehingga dibutuhkan perkuatan lanal-lanal di sepanjang Pantura. Saat ini terdapat empat pos penjaga perairan Cirebon.
Sementara, untuk mengawasi perairan yang cukup luas, idealnya dibutuhkan enam hingga delapan pos penjagaan. Diakuinya, selain perairan Cirebon yang rawan penggalian harta karun ilegal, wilayah kerja Lantamal III juga terhitung rawan perompakan maupun penyelundupan imigran gelap.
Lantamal III dalam hal ini merupakan salah satu jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I dimana kapal-kapal asing diperkenankan masuk wilayah perairan Indonesia. Dia mengingatkan, jangan sampai ada kapal-kapal perang asing yang tak terpantau.
Sementara itu, Danlanal Cirebon sebelumnya, Letkol Laut (P) Hamzah Soerjo Widodo, menyatakan, sepanjang satu tahun terakhir, belum ditemukan adanya penggalian ilegal harta karun. Namun, dia mengakui, perairan Cirebon rawan pengambilan benda pusaka secara ilegal.
"Yang terakhir ketika ditemukan harta karun dari Dinasti Ming. Untuk mengantisipasi itu, kami optimalkan patroli di Karawang, Subang, Indramayu, maupun Cirebon," tandas dia. (san)
Kondisi itu tak lepas dari adanya kapal-kapal yang karam dari zaman kekaisaran China. Hal ini setidaknya pernah terjadi ketika ditemukan benda-benda bersejarah yang berharga peninggalan Dinasti Ming pada 2010.
"Di Cirebon, penggalian harta karun ilegal termasuk yang terawan. Penggalian apapun di wilayah perairan tetap harus memiliki izin, mengingat benda-benda semacam itu termasuk cagar budaya," tutur dia usai acara pisah-sambut Komandan Lanal Cirebon, di rumah jabatan Bupati Cirebon, Jalan Kartini, Kota Cirebon, Rabu 23 Mei 2012 kemarin.
Dia menegaskan, pengamanan atas kerawanan itu menjadi tanggung jawab pangkalan Angkatan Laut (lanal) yang berkedudukan di Cirebon. Secara umum, perairan pantura merupakan lokasi pendaratan yang strategis bahkan dinilai baik.
Pantura dianggap lebih mudah untuk pendaratan dibanding pantai selatan yang bertebing. Karena itu, perairan pantura termasuk Cirebon, paling mudah dimasuki kapal-kapal perang dari luar. Hal ini telah menjadi perhatian sehingga dibutuhkan perkuatan lanal-lanal di sepanjang Pantura. Saat ini terdapat empat pos penjaga perairan Cirebon.
Sementara, untuk mengawasi perairan yang cukup luas, idealnya dibutuhkan enam hingga delapan pos penjagaan. Diakuinya, selain perairan Cirebon yang rawan penggalian harta karun ilegal, wilayah kerja Lantamal III juga terhitung rawan perompakan maupun penyelundupan imigran gelap.
Lantamal III dalam hal ini merupakan salah satu jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I dimana kapal-kapal asing diperkenankan masuk wilayah perairan Indonesia. Dia mengingatkan, jangan sampai ada kapal-kapal perang asing yang tak terpantau.
Sementara itu, Danlanal Cirebon sebelumnya, Letkol Laut (P) Hamzah Soerjo Widodo, menyatakan, sepanjang satu tahun terakhir, belum ditemukan adanya penggalian ilegal harta karun. Namun, dia mengakui, perairan Cirebon rawan pengambilan benda pusaka secara ilegal.
"Yang terakhir ketika ditemukan harta karun dari Dinasti Ming. Untuk mengantisipasi itu, kami optimalkan patroli di Karawang, Subang, Indramayu, maupun Cirebon," tandas dia. (san)
()