Tahanan Rudenim Surabaya rawan kabur
A
A
A
Sindonews.com - Pelarian tahanan imigran gelap dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya, di Bangil Kabupaten Pasuruan, agaknya tidak akan berhenti. Setelah 35 tahanan berhasil melarikan diri pada Sabtu-Minggu lalu, belasan deteni asal berbagai negara di Timur Tengah mencoba kabur dengan memanjat pagar setinggi lima meter.
Beruntung, aksi nekat tahanan pencari suaka politik ini keburu ketahuan petugas jaga Rudenim. Padahal sebuah kasur busa dan rangkaian kain sprei telah dipasang untuk melintasi rintangan kawat berduri.
"Petugas kami memergoki deteni yang akan melarikan diri. Peralatan yang digunakan sudah terpasang di pagar pembatas. Mereka sudah memanjat," kata Agus Susdamajanto, Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Surabaya di Bangil, Senin (21/5/2012).
Mudahnya tahanan imigran kabur ini juga didukung konstruksi bangunan Rudenim yang hanya berjarak satu meter dengan pagar pembatas. Dengan memanjat genteng, para imigran gelap ini sudah bisa menjangkau ujung pagar kawat berduri. Sebuah kasur busa untuk melapisi kawat berduri dan rangkaian kain sprei sudah cukup untuk mempermudah pelariannya.
Untuk mengantisipasi kaburnya tahanan imigrasi lebih banyak lagi, pihak Rudenim terpaksa memangkas ujung bangunan yang berdekatan dengan pagar pembatas. Pemangkasan dengan melepas genteng selebar satu meter ini diharapkan dapat menghambat pelarian deteni.
"Keterbatasan petugas juga menjadi faktor lemahnya pengamanan Rudenim. Satu orang harus mengawasi 64 deteni. Sementara bantuan personil kepolisian tidak bisa dilakukan untuk menjaga selama 24 jam," tandas Agus.
Selama ini, pihaknya sudah berupaya memberikan pelayanan maksimal dan memfasilitasi tahanan dengan UNHCR, badan PBB yang mengurusi pengungsian. Menurutnya, ketidak sabaran menunggu proses administrasi mendapatkan suaka politik menjadi penyebab utama tahanan yang kabur.
Musa, seorang deteni asal Sudan, mengaku jenuh berada didalam Rudenim. Hal ini karena tidak adanya kepastian adimistrasi untuk mendapat suaka politik dari UNHCR.
"Saya sudah satu bulan berada di Rudenim. Saya ingin segera mendapatkan suaka ke Australia. Tapi tidak tahu kapan akan selesai," ujar Musa yang cukup fasih berbahasa Indonesia.(azh)
Beruntung, aksi nekat tahanan pencari suaka politik ini keburu ketahuan petugas jaga Rudenim. Padahal sebuah kasur busa dan rangkaian kain sprei telah dipasang untuk melintasi rintangan kawat berduri.
"Petugas kami memergoki deteni yang akan melarikan diri. Peralatan yang digunakan sudah terpasang di pagar pembatas. Mereka sudah memanjat," kata Agus Susdamajanto, Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Surabaya di Bangil, Senin (21/5/2012).
Mudahnya tahanan imigran kabur ini juga didukung konstruksi bangunan Rudenim yang hanya berjarak satu meter dengan pagar pembatas. Dengan memanjat genteng, para imigran gelap ini sudah bisa menjangkau ujung pagar kawat berduri. Sebuah kasur busa untuk melapisi kawat berduri dan rangkaian kain sprei sudah cukup untuk mempermudah pelariannya.
Untuk mengantisipasi kaburnya tahanan imigrasi lebih banyak lagi, pihak Rudenim terpaksa memangkas ujung bangunan yang berdekatan dengan pagar pembatas. Pemangkasan dengan melepas genteng selebar satu meter ini diharapkan dapat menghambat pelarian deteni.
"Keterbatasan petugas juga menjadi faktor lemahnya pengamanan Rudenim. Satu orang harus mengawasi 64 deteni. Sementara bantuan personil kepolisian tidak bisa dilakukan untuk menjaga selama 24 jam," tandas Agus.
Selama ini, pihaknya sudah berupaya memberikan pelayanan maksimal dan memfasilitasi tahanan dengan UNHCR, badan PBB yang mengurusi pengungsian. Menurutnya, ketidak sabaran menunggu proses administrasi mendapatkan suaka politik menjadi penyebab utama tahanan yang kabur.
Musa, seorang deteni asal Sudan, mengaku jenuh berada didalam Rudenim. Hal ini karena tidak adanya kepastian adimistrasi untuk mendapat suaka politik dari UNHCR.
"Saya sudah satu bulan berada di Rudenim. Saya ingin segera mendapatkan suaka ke Australia. Tapi tidak tahu kapan akan selesai," ujar Musa yang cukup fasih berbahasa Indonesia.(azh)
()