Sukhoi Superjet 100 dilengkapi radar cuaca
A
A
A
Sindonews.com - Pakar aeronautika Hisar M Pasaribu menilai, medan dan cuaca Gunung Salak, Bogor, sebenarnya tidak masalah bagi pesawat secanggih Sukhoi Superjet (SJ) 100.
"Dari segi pesawat, Sukhoi SJ 100 sudah layak terbang, enggak ada keraguan kan. Bisa terbang dan aman karena sudah sertifikasi," ujar Hisar saat dihubungi, Senin (14/5/2012).
Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, Sukhoi SJ 100 sudah dilengkapi perlengkapan untuk hadapi cuaca, misalnya radar cuaca.
Alat ini akan bekerja ketika menghadapi cuaca Gunung Salak yang terkenal ekstrem. Artinya, dari segi operasional, Sukhoi SJ 100 sudah disiapkan untuk menghadapi medan dengan cuaca buruk. "Dari desain pesawat juga sudah dirancang untuk menghadapi kasus yang mungkin terjadi," ungkapnya.
Lanjut Hisar, selain itu joy flight alias terbang gembira itu sengaja memilih jalur selatan atau Gunung Salak. Tujuannya, untuk menghindar trafik lalu lintas udara. "Sebab kalau ke utara atau timur itu, trafiknya sibuk," jelasnya.
Menurutnya, jalur selatan relatif sepi. Sehingga layak untuk dipakai untuk joy flight. "Ini kan untuk penerbangan bukan reguler. Tapi ada ijin juga di ATC. Pasti ada rencana terbang di ATC," katanya.
Saat disinggung penyebab jatuhnya Sukhoi SJ 100, Hisar menegaskan sejauh ini memang masih simpang siur. Pertanyaan harus dijawab KNKT setelah berhasil menginvestigasi, khususnya mendapatkan rekaman percakapan pilot dan ATC yang ada di black box Sukhoi SJ 100.
Dia mengungkapkan, tragedi Sukhoi terlalu banyak spekulasi dan pertanyaan. Sementara bukti penyebab jatuhnya pesawat sejauh ini belum terungkap. "Sebaiknya kita tunggu tim pencari pakta atau KNKT. Kalau sekarang terlalu dini, terlalu banyak spekulasi," tukasnya.
Kata dia, pertanyaan yang harus dijawab di antaranya adalah, kenapa Sukhoi SJ 10 harus terbang rendah hingga 6.000 kaki, padahal situasi medan berupa pegunungan, apakah peralatan Sukhoi SJ 100 untuk menghadapi cuaca Gunung Salak sudah berfungsi saat joy flight itu.
Lalu, bagaimana percakapan pilot dan ATC sendiri ketika meminta turun ketinggian. "Itu saya kira belum bisa dijawab sekarang ya, harus nunggu bukti dari KNKT," tegasnya.
Dia menambahkan, ITB biasanya suka dilibatkan untuk menganalisis penyebab jatuhnya pesawat jika bukti-bukti sudah didapat. "Tetapi sejauh ini kita belum menerima permintaan dari KNKT. Sebab, untuk Sukhoi ini KNKT sudah banyak tim yang dilibatkan," pungkasnya. (san)
"Dari segi pesawat, Sukhoi SJ 100 sudah layak terbang, enggak ada keraguan kan. Bisa terbang dan aman karena sudah sertifikasi," ujar Hisar saat dihubungi, Senin (14/5/2012).
Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, Sukhoi SJ 100 sudah dilengkapi perlengkapan untuk hadapi cuaca, misalnya radar cuaca.
Alat ini akan bekerja ketika menghadapi cuaca Gunung Salak yang terkenal ekstrem. Artinya, dari segi operasional, Sukhoi SJ 100 sudah disiapkan untuk menghadapi medan dengan cuaca buruk. "Dari desain pesawat juga sudah dirancang untuk menghadapi kasus yang mungkin terjadi," ungkapnya.
Lanjut Hisar, selain itu joy flight alias terbang gembira itu sengaja memilih jalur selatan atau Gunung Salak. Tujuannya, untuk menghindar trafik lalu lintas udara. "Sebab kalau ke utara atau timur itu, trafiknya sibuk," jelasnya.
Menurutnya, jalur selatan relatif sepi. Sehingga layak untuk dipakai untuk joy flight. "Ini kan untuk penerbangan bukan reguler. Tapi ada ijin juga di ATC. Pasti ada rencana terbang di ATC," katanya.
Saat disinggung penyebab jatuhnya Sukhoi SJ 100, Hisar menegaskan sejauh ini memang masih simpang siur. Pertanyaan harus dijawab KNKT setelah berhasil menginvestigasi, khususnya mendapatkan rekaman percakapan pilot dan ATC yang ada di black box Sukhoi SJ 100.
Dia mengungkapkan, tragedi Sukhoi terlalu banyak spekulasi dan pertanyaan. Sementara bukti penyebab jatuhnya pesawat sejauh ini belum terungkap. "Sebaiknya kita tunggu tim pencari pakta atau KNKT. Kalau sekarang terlalu dini, terlalu banyak spekulasi," tukasnya.
Kata dia, pertanyaan yang harus dijawab di antaranya adalah, kenapa Sukhoi SJ 10 harus terbang rendah hingga 6.000 kaki, padahal situasi medan berupa pegunungan, apakah peralatan Sukhoi SJ 100 untuk menghadapi cuaca Gunung Salak sudah berfungsi saat joy flight itu.
Lalu, bagaimana percakapan pilot dan ATC sendiri ketika meminta turun ketinggian. "Itu saya kira belum bisa dijawab sekarang ya, harus nunggu bukti dari KNKT," tegasnya.
Dia menambahkan, ITB biasanya suka dilibatkan untuk menganalisis penyebab jatuhnya pesawat jika bukti-bukti sudah didapat. "Tetapi sejauh ini kita belum menerima permintaan dari KNKT. Sebab, untuk Sukhoi ini KNKT sudah banyak tim yang dilibatkan," pungkasnya. (san)
()