Warga Tanggulangin blokir sumur Lapindo
A
A
A
Sindonews.com - Rencana Lapindo Brantas Inc yang akan memperluas sumur ekplorasi gas di Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin terus mendapat protes dari warga sekitar. Kali ini warga Desa Banjar Asri, Kecamatan Tanggulangin memblokir akses masuk ke sumur gas.
Warga mendirikan tenda di pintu masuk sumur gas Kedungbanteng, agar Lapindo tidak menjalankan aktifitas pengeboran. "Kami tetap menolak pengeboran oleh Lapindo di daerah ini," ujar Khoirul Umam, warga Banjar Asri saat melakukan pemblokiran sumur gas, Rabu (2/5/2012).
Selain membuat tenda, warga Banjar Sari juga menggelar spanduk penolakan dan berorasi. Meski, rencana perluasan sumur gas itu berada di Desa Kedungbanteng, namun berbatasan langsung dengan pemukiman warga Desa Banjar Asri.
Aksi yang dilakukan warga ini mendapat pengawalan cukup ketat dari Polres Sidoarjo. Namun, dari pihak Lapindo belum ada yang menemui warga. Warga mengaku akan bertahan di pintu masuk sumur gas milik Lapindo tersebut.
Alasan penolakan perluasan sumur gas oleh Lapindo, salah satunya warga masih trauma atas munculnya semburan lumpur di areal Sumur Banjar Panji I, di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Akibat semburan lumpur panas itu, sekitar 700 hektar kawasan Porong dan sekitarnya kini terendam lumpur.
Kepala Desa Banjar Asri, Didik Fakhrudin mengatakan selama ini tidak pernah ada sosialisasi kepada warganya. Namun, Lapindo sudah akan menambah sumur ekplorasi gas antara dua sampai tiga sumur.
"Warga tetap akan menolak pengeboran Lapindo, karena mereka masih trauma atas munculnya semburan lumpur," tegasnya.
Dihari yang sama, warga yang tergabung dalam Korban Lumpur Menggugat (KLM) juga menggelar aksi penolakan pengeboran oleh Lapindo, di Dusun Kaliwungu, Desa Banjar Asri dan di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin. Di kawasan ini terdapat beberapa sumur gas dan minyak Lapindo, yang rencananya juga akan diperluas lagi.
Aksi yang dilakukan warga itu merupakan lanjutan dari sosialisasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Lapindo di Sun Hotel Sidoarjo, Senin 30 Mei lalu. Warga yang menolak terutama berasal dari Desa Banjar Asri RT 02 dan RW 01 karena tempat tinggal mereka paling dekat dengan sumur di Tanggulangin (TGA)-1, TGA-2 dan TGA 4 di Desa Kedungbanteng.
Bahkan, kala itu Kepala Desa Banjar Asri Didik Fakhrudin, memilih walk out (WO) saat pembahasan draft dokumen Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL-UPL) pengembangan sumur migas di ruang Saturnus III, Sun Hotel Sidoarjo.
Alasan warga menolak pengeboran itu, karena mereka masih trauma atas semburan lumpur yang muncul di dekat Sumur Banjar Panji 1, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Akibatnya, ratusan hektar pemukiman warga terendam lumpur.
Didik mengaku, dia memilih keluar dari rapat karena sejak awal warganya menolak adanya pengeboran di sebelah persis wilayah pemukiman Desa Banjar Asri. Sehingga, tidak perlu lagi dibahas rencana penambahan sumur ekplorasi.
Warga Banjar Sari juga menyesalkan sikap Lapindo yang tidak pernah mensosialisasikan rencana penambahan sumur gas. Warga juga tidak tahu sama sekali kalau ada rencana penambahan sumur di wilayahnya yang berbatasan dengan Kedung Banteng.
"Lokasi sumur dengan pemukiman warga sekitar 100 meter. Jalan masuk ke lokasi itu juga melewati Banjar Asri, jadi wajat jika kami menolak rencana perluasan sumur Lapindo itu," tandas Didik Fakhrudin.(azh)
Warga mendirikan tenda di pintu masuk sumur gas Kedungbanteng, agar Lapindo tidak menjalankan aktifitas pengeboran. "Kami tetap menolak pengeboran oleh Lapindo di daerah ini," ujar Khoirul Umam, warga Banjar Asri saat melakukan pemblokiran sumur gas, Rabu (2/5/2012).
Selain membuat tenda, warga Banjar Sari juga menggelar spanduk penolakan dan berorasi. Meski, rencana perluasan sumur gas itu berada di Desa Kedungbanteng, namun berbatasan langsung dengan pemukiman warga Desa Banjar Asri.
Aksi yang dilakukan warga ini mendapat pengawalan cukup ketat dari Polres Sidoarjo. Namun, dari pihak Lapindo belum ada yang menemui warga. Warga mengaku akan bertahan di pintu masuk sumur gas milik Lapindo tersebut.
Alasan penolakan perluasan sumur gas oleh Lapindo, salah satunya warga masih trauma atas munculnya semburan lumpur di areal Sumur Banjar Panji I, di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Akibat semburan lumpur panas itu, sekitar 700 hektar kawasan Porong dan sekitarnya kini terendam lumpur.
Kepala Desa Banjar Asri, Didik Fakhrudin mengatakan selama ini tidak pernah ada sosialisasi kepada warganya. Namun, Lapindo sudah akan menambah sumur ekplorasi gas antara dua sampai tiga sumur.
"Warga tetap akan menolak pengeboran Lapindo, karena mereka masih trauma atas munculnya semburan lumpur," tegasnya.
Dihari yang sama, warga yang tergabung dalam Korban Lumpur Menggugat (KLM) juga menggelar aksi penolakan pengeboran oleh Lapindo, di Dusun Kaliwungu, Desa Banjar Asri dan di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin. Di kawasan ini terdapat beberapa sumur gas dan minyak Lapindo, yang rencananya juga akan diperluas lagi.
Aksi yang dilakukan warga itu merupakan lanjutan dari sosialisasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Lapindo di Sun Hotel Sidoarjo, Senin 30 Mei lalu. Warga yang menolak terutama berasal dari Desa Banjar Asri RT 02 dan RW 01 karena tempat tinggal mereka paling dekat dengan sumur di Tanggulangin (TGA)-1, TGA-2 dan TGA 4 di Desa Kedungbanteng.
Bahkan, kala itu Kepala Desa Banjar Asri Didik Fakhrudin, memilih walk out (WO) saat pembahasan draft dokumen Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL-UPL) pengembangan sumur migas di ruang Saturnus III, Sun Hotel Sidoarjo.
Alasan warga menolak pengeboran itu, karena mereka masih trauma atas semburan lumpur yang muncul di dekat Sumur Banjar Panji 1, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Akibatnya, ratusan hektar pemukiman warga terendam lumpur.
Didik mengaku, dia memilih keluar dari rapat karena sejak awal warganya menolak adanya pengeboran di sebelah persis wilayah pemukiman Desa Banjar Asri. Sehingga, tidak perlu lagi dibahas rencana penambahan sumur ekplorasi.
Warga Banjar Sari juga menyesalkan sikap Lapindo yang tidak pernah mensosialisasikan rencana penambahan sumur gas. Warga juga tidak tahu sama sekali kalau ada rencana penambahan sumur di wilayahnya yang berbatasan dengan Kedung Banteng.
"Lokasi sumur dengan pemukiman warga sekitar 100 meter. Jalan masuk ke lokasi itu juga melewati Banjar Asri, jadi wajat jika kami menolak rencana perluasan sumur Lapindo itu," tandas Didik Fakhrudin.(azh)
()