Fosil prasejarah akan dipamerkan
A
A
A
Sindonews.com - Goa Harimau Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidangaji yang menyimpan fosil manusia prasejarah yang berusia sekitar 3.000 tahun akan dibuka untuk umum.
Kerangka manusia kuno yang ditemukan tim arkeologi nasional (arkenas) akan dipasang vitrin dan dinding kaca agar bisa dilihat oleh pengunjung.
”Karena Goa Puteri (situs Padangbindu) ini statusnya masih dibawah pengawasan arkeologi nasional maka harus ada izin dengan tim arkeolog. Untuk tahap awal ini tiga kerangka manusia prasejarah inilah yang akan dipasang kaca, jangka panjang kedepan semuanya akan dipasang kaca,” ungkap Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten OKU Aufa S Syarkomi menjelaskan kepada wartawan, Selasa 17 April 2012.
Menurut Aufa, Ketua tim peneliti fosil manusia purba Prof Truman Simanjuntak mengizinkan fosil M7 dan N7 yang terindikasi sebagai pasangan suami isteri yang saling merangkul akan dipasang dinding kaca.
”Kelihatannnya fosil-fosil ini merupakan sebuah makam keluarga kerajaan di masa lampau,” kata Aufa.
Soal dana, Aufa mengatakan Disporabudpar mendapat bantuan dari pemerhati sejarah dan budaya yang peduli dengan hasil temuan fosil manusia purba yang ditemukan tim arkeolog di Situs Padangbindu.
“Ada pemerhati sejarah dan budaya yang terpanggil ikut membantu dan tidak mengikat,” ungkap Aufa.
Dibukanya situs bersejarah tersebut untuk publik dilatarbelakangi adanya kunjungan dua arkeolog warga negara Australia ke Goa Harimau untuk melihat langsung lokasi kerangka fosil manusia prasejarah. Namun sayangnya tim arkelog sudah selesai melakukan penelitian dan semua kerangka fosil sudah ditutup kembali.
“Nampaknya arkelog dari Austarlia ini agak kecewa karena tidak bisa melihat langsung.Ke depan kita ingin temuan ini dipamerkan,” papar Aufa.
Aufa mengatakan, pemasangan kaca kepada tiga kerangka akan dilakukan setelah tim selesai melakukan ekskavasi.
Rencananya tim arkeolog akan selesai 20 April.Selanjutnya, akan diusulkan pembuatan museum lapangan kepada DPRD Ogan Komering Ulu (OKU). Diharapkan dengan museum tersebut masyarakat bisa melihat lebih dekat namun aman untuk fosil.
“Pengerjaan pemasangan vitrin dan dinding kaca terhadap individu M7 dan N7 ini setelah kerangka dibersihkan dan diberi obat pengawet oleh tim arkelog. Tujuannya agar kerangka fosi yang berusia ribuan tahun ini tetap awet karena apabila tidak dirawat fosil sangat sensitif bersentuhan dengan udara luar,” katanya.
Pemasangan kaca yang hampa udara memungkinkan fosil tidak cepat rusak.Kerangka yang akan dipasang kaca ini adalah kerangka yang sudah diregistrasi tim arkeolog yang ditemukan tahun 2011 lalu.
Sebagaimana diketahui, tahun 2011 lalu tim melakukan ekskavasi jumlah temuan yang sudah registrasi mencapai 35 kerangka (termasuk temuan tahun-tahun sebelumnya). Ketua tim arkeolog yang dipimpin Prof DR Truman Simanjuntak mengaku sangat mengapresiasi Pemkab OKU, dalam hal ini Disporabudpa OKU yang sangat mendukung kegiatan penelitian.
Selain itu,pihaknya juga senang banyak pengunjung yang berminat melihat temuan fosil tersebut.
“Hampir tiap hari ada wisatawan yang datang ke Goa Harimau, padahal tempat ini tergolong sulit dijangkau,” tandasnya.(azh)
Kerangka manusia kuno yang ditemukan tim arkeologi nasional (arkenas) akan dipasang vitrin dan dinding kaca agar bisa dilihat oleh pengunjung.
”Karena Goa Puteri (situs Padangbindu) ini statusnya masih dibawah pengawasan arkeologi nasional maka harus ada izin dengan tim arkeolog. Untuk tahap awal ini tiga kerangka manusia prasejarah inilah yang akan dipasang kaca, jangka panjang kedepan semuanya akan dipasang kaca,” ungkap Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten OKU Aufa S Syarkomi menjelaskan kepada wartawan, Selasa 17 April 2012.
Menurut Aufa, Ketua tim peneliti fosil manusia purba Prof Truman Simanjuntak mengizinkan fosil M7 dan N7 yang terindikasi sebagai pasangan suami isteri yang saling merangkul akan dipasang dinding kaca.
”Kelihatannnya fosil-fosil ini merupakan sebuah makam keluarga kerajaan di masa lampau,” kata Aufa.
Soal dana, Aufa mengatakan Disporabudpar mendapat bantuan dari pemerhati sejarah dan budaya yang peduli dengan hasil temuan fosil manusia purba yang ditemukan tim arkeolog di Situs Padangbindu.
“Ada pemerhati sejarah dan budaya yang terpanggil ikut membantu dan tidak mengikat,” ungkap Aufa.
Dibukanya situs bersejarah tersebut untuk publik dilatarbelakangi adanya kunjungan dua arkeolog warga negara Australia ke Goa Harimau untuk melihat langsung lokasi kerangka fosil manusia prasejarah. Namun sayangnya tim arkelog sudah selesai melakukan penelitian dan semua kerangka fosil sudah ditutup kembali.
“Nampaknya arkelog dari Austarlia ini agak kecewa karena tidak bisa melihat langsung.Ke depan kita ingin temuan ini dipamerkan,” papar Aufa.
Aufa mengatakan, pemasangan kaca kepada tiga kerangka akan dilakukan setelah tim selesai melakukan ekskavasi.
Rencananya tim arkeolog akan selesai 20 April.Selanjutnya, akan diusulkan pembuatan museum lapangan kepada DPRD Ogan Komering Ulu (OKU). Diharapkan dengan museum tersebut masyarakat bisa melihat lebih dekat namun aman untuk fosil.
“Pengerjaan pemasangan vitrin dan dinding kaca terhadap individu M7 dan N7 ini setelah kerangka dibersihkan dan diberi obat pengawet oleh tim arkelog. Tujuannya agar kerangka fosi yang berusia ribuan tahun ini tetap awet karena apabila tidak dirawat fosil sangat sensitif bersentuhan dengan udara luar,” katanya.
Pemasangan kaca yang hampa udara memungkinkan fosil tidak cepat rusak.Kerangka yang akan dipasang kaca ini adalah kerangka yang sudah diregistrasi tim arkeolog yang ditemukan tahun 2011 lalu.
Sebagaimana diketahui, tahun 2011 lalu tim melakukan ekskavasi jumlah temuan yang sudah registrasi mencapai 35 kerangka (termasuk temuan tahun-tahun sebelumnya). Ketua tim arkeolog yang dipimpin Prof DR Truman Simanjuntak mengaku sangat mengapresiasi Pemkab OKU, dalam hal ini Disporabudpa OKU yang sangat mendukung kegiatan penelitian.
Selain itu,pihaknya juga senang banyak pengunjung yang berminat melihat temuan fosil tersebut.
“Hampir tiap hari ada wisatawan yang datang ke Goa Harimau, padahal tempat ini tergolong sulit dijangkau,” tandasnya.(azh)
()